janeeta97Avatar border
TS
janeeta97
Budaya Indonesia yang Perlu Dilestarikan
Nyadran! Bersama Melestarikan Tradisi.



Apa yang agan dan sista lakuin di hari minggu atau ahad tadi? Pasti asyiklah ya weekend bareng keluarga?

Oke berhubung bulan sya'ban aku mau cerita tentang pengalaman dan budaya yang aku alami dibulan ini. Ini tadi oleh-oleh dari upacara nyadran bisa dilihat gan! Sederhanakan!


Sumber gambar: dokumen pribadi


Sebelum menuju ke budaya marilah mengenal lebih dekat bulan sya'ban.


Bulan sya'ban adalah bulan pada penanggalan hijriyah yang perhitungannya berdasarkan perputaran bulan atau bisa disebut qomariyah. Kalau masehi berdasarkan pada matahari atau syamsiyah. Itulah bedanya antara tahun masehi dan hijriyah.

Nah, kalau orang jawa bulan sya'ban sering disebut bulan ruwah. Padahal ruwah sama sya'ban itu beda, bedanya kalau ruwah berdasarkan perhitungan penanggalan jawa. Cuman hampir sama bahkan kadang beriringan tanggalnya, tidak beda jauh.

Oke, ini tidak ngomongin masalah penanggalan. Mungkin bisa dibahas lain waktu. Mari kita fokus menuju budaya dan tradisi.

Quote:


Pernahkah agan atau sista mendengar kata tersebut?

Bagi yang daerah Jateng dan Jogja pasti tidak asing dengan kata nyadran. Tapi, bagi yang lainnya mungkin asing.

Penasaran apa itu nyadran?

Nyadran dari kata kerja dalam Bahasa Jawa, (Sadran = Ruwah, Syakban) yang juga dimaknai dengan Sudra (orang awam) menyudra berarti berkumpul dengan orang awam yang mengingatkan kita akan hakekat bahwa manusia pada dasarnya sama.

Tradisi ini sudah ada sejak zaman hindu-budha. Kemudian dengan datangnya walisongo budaya ini dikembangkan, kalau umat islam memaknai nyadran digunakan untuk mengirim atau berziarah kepada leluhur yang sudah lebih dulu meninggalkan kita.

Tradisi nyadran dilaksanakan sebelum menjelang ramadhan pada bulan sya'ban umumnya.

Sekarang beralih ke pengalamanku ya?


Sekarang seiring perkembangan zaman upacara nyadran tidak seperti dulu lagi.

Dulu upacara nyadran setiap orang diharuskan membawa makanan dengan berbagai lauk-pauk dan dibawa ke pendopo makam. Lauk-pauknya seperti daging ayam goreng, bihun, mie kuning, tempe bacem, tahu bacem, ikan bandeng, dam pokoknya sesuka yang membuat dach. Kalau nasi jelaslah ya, namun kadang ditambahi nasi uduk dan berbagai jajanan pasar (ketan, kolak, dan apem tak pernah ketinggalan). Kalau buahnya yang paling populer ya pisang, bengkoang, dan yang lainnya cuma pelengkap aja. Makanan itu nantinya dimakan sendiri secara bareng-bareng. Bukan untuk sesajen lho gan! Karena didalam ajaran islam gak ada sesajen. Kalau sedekah begitu orang tempatku manggilnya. Sedekah sama artinya dengan shodaqoh. Nantinya diambil sedikit-sedikit dari makanan yang dibawa tadi oleh panitia untuk diberikan kepada orang yang tidak bisa hadir, fakir-miskin dan kaum rois yang memimpin tahlil.

Jadi upacara inti berada dalam tahlil untuk mengirim leluhur yang sudah meninggal. Setelah itu baru acara tambahan seperti penjelasan diatas.

Namun, sekarang tempatku sudah merubah budaya itu gan. Sekarang banyak orang yang sibuk gak seperti dulu lagi. Emak-emak aja sekarang pada kerja. Kalau disuruh masak begini-begono kayaknya waktunya gak memungkinkan. Jadinya budaya bawa makanan ke pendopo makam saat nyadran sudah gak ada lagi. Sekarang cukup bayar uang dan nantinya makanan itu dibagi saat upacara.

Nah, kalau begitu gak ribet juga kan? Selain itu makanan orang satu sama yang lainnya sama, gak ada perbedaan makanan. Serasa, gak ada yang pamer makanan yang begena-beginikan? Kalau bawa makanan dari rumahkan bisa jadi ada yang niatnya pamer makananku enakkan? Bukannya su'udzon loh? Tapi kenyataannya ada yang kek gitu.

Kalau kek gitu yang mimpin tahlil gak kebagihan ambilan makanan dikit-dikit dari warga dong? Ya kagaklah warga berangkat gak bawa makanan kog. Cuma bawa orang doang gan. Di ganti uanglah sedangkan bagi yang tidak bisa berangkat tetep diambilin dikit-dikit dari warga.

O ya sampai lupa. Ini buahnya dari oleh-oleh upacara nyadran.


Sumber gambar: dokumen pribadi


Gue kagak ikut gan karena upacara itu dominan untuk Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang suaminya gak berangkat, kalau anak muda biasanya mewakili kalau keluarga gak ada yang berangkat. Anak muda juga boleh berangkat juga.



Jogjakarta,
Janeeta Mz, 21 April 2019


Referensi:
1. Pengalaman pribadi.
2. Opini.
3. klik disini


Quote:
Diubah oleh janeeta97 20-06-2019 10:46
LiaManik33Avatar border
astian.rachmanAvatar border
swiitdebbyAvatar border
swiitdebby dan 17 lainnya memberi reputasi
18
5.5K
149
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.