Gunung Sindoro, biasa disebut Sindara, atau juga Sundoro (Ketinggian puncak 3.150 mdpl) (Jawa: ꦒꦸꦤ​ꦱꦶꦤ꧀ꦢꦫ, translit. Gunung Sindara) merupakan sebuah gunung volkano aktif yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dengan Temanggung sebagai kota terdekat. Gunung Sindoro terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing.Gunung sindara dapat terlihat jelas dari puncak sikunir dieng

Mendaki gunung adalah salah satu cara saya menikmati keindahan alam jagat raya ini, yang begitu indah tanpa saya tau kapan Tuhan menciptakan alam yang begitu indah ini. Mendaki gunung juga saya jadikan hobi sampai saat ini, meski tak sesering dulu saat masih duduk dibangku kuliah. Saat ini dengan pekerjaan saya sebagai pengajar tak mungkin juga saya sering mendaki gunung. Alhasil sekarang cuma beberapa kali dalam setahun untuk mendaki gunung yaitu waktu libur panjang.

Ini adalah kisah saya saat mendaki Gunung Sindoro saat pergantian tahun baru 2017 ke 2018. Sebuah pendakian yang tak mungkin bisa saya lupakan sampai saat ini. Pendakian yang penuh tantangan, pendakian yang tak memakai akal fikiran, pendakian yang intinya bertaruh nyawa.

Gunung Sindoro yang memiliki ketinggian diatas 3000 Mdpl, tentunya memiliki kesulitan tersendiri dibandingkan dengan gunung yang memiliki ketingian dibawah 3000 Mdpl seperti gunung Ungaran, Telomoyo, Prau, Andong dan masih banyak lagi. Seperti halnya gunung Sindoro yang memiliki ketinggian diatas 3000 Mdpl atau lebih tepatnya 3.150 Mdpl pasti memiliki kesulitan tersendiri, ditambah lagi gunung Sindoro juga masuk dalam gunung yang masih aktif sampai sekarang.

Tak perlu basa-basi lagi, dibawah ini adalah kisah saya mendaki gunung Sindoro sampai ada kata Bertaruh Nyawa.







Pendakianku kali ini via jalur Kledung, jalur yang sengaja saya pilih karena aksesnya mudah ditemukan, selain itu banyak yang menyarankan jalur kledung untuk melakukan pendakian gunung Sindoro. Bersama 4 teman termasuk saya, berangkat dari Grobogan dengan menaiki sepeda montor berboncengan.

ertamax

ertamax

ertamax

Sesampainya di Basecamp Sindoro Via Kledung saya bersama teman-teman langsung beristirahat sejenak sembari menyiapkan peralatan seadanya. Peralatan mendaki yang boleh dikatakan jauh dari aman dikarenakan mendaki saat tahun baru jadi tak kebagian sewa peralatan mendaki. Mendaki dengan membawa terpal dan sarung saja tanpaSB, Kimpor dan Tenda Mendaki. Saya dan teman saya cuma membawa peralatan seadanya dan perbekalan cuma Susu, Roti dan Mie Instan saja. Sebelum mendaki sengaja saya dan teman-teman makan sebanyak-banyaknya dan membungkus nasi untuk dimakan diatas gunung karena tak membawa kompor untuk masak.

Pendakian gunung Sindoro dimulai ! ! !





:

:merdeka


Sekitar jam 16.00 wib pendakian dimulai, tak lupa saya memimpin do'a terlebih dahulu. Semoga pendakian kali ini diberi keselamatan dari awal keberangkatan sampai kepulangan tanpa ada hambatan-hambatan berarti. Suasana awal pendakian terasa indah dengan hamparan ladang petani yang begitu luas. Sapaan ramah para petani terhadap saya semakin membuat saya semangat mendaki.

Langkah demi langkah mengantarkan saya dan teman-teman saya sampai pos 1. Di pos 1 ada penjual gorengan dan lain sebagainya, alahasil gorenganpun saya makan begitu lahapnya. Setelah merasa cukup melepas lelah akhirnya perjalananpun dimulai lagi.


Sekitar 200 Meter dari pos 1 saya disambut gerimis rintik-rintik yang memaksa saya memakai jas hujan. Pandangan mata terbatas karena tebalnya kabut yang menyelimuti. Sepanjang perjalanan saya cuma beberapa kali menemui rombongan lain. Saya tak tau pasti pos-pos mana saja yang sudah saya lewati karena tebalnya kabut dan suasana yang sudah mulai malam. Beberapa kali saya dan teman-teman beristirahat dan melanjutkan perjalanan yang masih diselimuti kabut tebal dan suasana dingin yang mulai menusuk tulang belulang tubuh yang mulai rentang ini.








Tiba-tiba bau belerang tercium pekat dihidung dan akhirnya saya memutuskan mendirikan tenda ala kadarnya. Susana gelap dengan penerangan yang kurang ditambah lagi kabut tebal disertai angin kencang terus saja mengampiri saya. Mendirikan tenda dari terpal sangatlah sulit, saya harus mencari kayu sebagai tiangnya dikeadaan dingin yang menusuk tulang disertai hujan rintik-rintik yang terus saja turun. Tenda dari terpal akhirnya berdiri dengan sempoyongan dan saya beserta teman-teman saya segera masuk.









Dingin !!!!!



Dingin !!!!


Dingin !!!!


Hal itulah yang saya rasakan bersama teman-teman Dingin menusuk tulang belulang. Tubuh cuma berbalut pakaian seadanya ditambah sarung saja alhasil udara dingin menyerang dari segala penjuru, ditambah lagi hujan dan tenda yang bolong sana sini. Saya dan teman-teman cuma bisa mengigil didalam tenda sembari makan perbekalan seadanya saja.

Tepat pukul 00.45 wib kilat petir menyambar-nyambar yang keluar dari awan gelap yang tebal diatas kota Magelang. Hal ini saya lihat dari celah terpal yang bolong, sungguh pemandangan yang indah meski dalam keadaan mengigil.

Semalaman suntup saya beserta teman saya tak bisa tidur karena kedinginan, selain itu tak ada pula rombongan pendaki lain yang melintas. Dalam otak cuma berfikir Wah bakaln hipo ini, mati digunung dan fikiran aneh-aneh berterbangan diotak saya.

:ceyem


:ceyem

:ceyem


Ketakutanpun tak lepas dari benak saya, tapi semuanya berlalu begitu lama. Akhirnya jam tangan menunjukan waktu 05.00 wib. Tapi hujan dan kabut tak juga kunjung reda. Kedua teman saya akhirnya turun duluan dengan membawa tenda. Saya sendiri bersama 1 teman saya yang bernama Fuad tetap mendaki sampai puncak Sindoro.









Bersama Fuad saya melewati jalur berbatuan yang licin dan bau belerang yang menyegat meski sudah memakai masker. Sesampain dipuncak tertinggi Gunung Sindoro bau belerang menyengat sekali ditambah jarak pandang yang cuma 5 Meter membuat saya dan Fuad segera turun. Diatas puncak saya dan Fuad cuma beberapa menit tanpa sempat karena dingin dan bau belerang yang menyengat.

Ditengah-tengah perjalanan tiba-tiba Fuad yang berjalan didepan saya terperosok dalam jurang karena licinnya batu untuk pijakan. Saya lantas panik dan teriak-teriak memangil nama "

Fuad ! ! !


Fuad ! ! !


Fuad ! ! !

Berulang kali saya memangil dan akhirnya Fuad menjawab Aku tak apa-apa dan masih bisà berjalan keatas. Suasana yang awalnya tegang akhirnya menjadi agak mencair. Saya sendiri tak melihat Fuad sejauh mana ia terperosok karena kabut yang amat tebal membatasi penglihatan saya. Akhirnya dengan teriakan yang menandakan posisi Fuad, saya mengulurkan tali yang kebetulan terbawa dalam tas. Akhirnya Fuad sampai diatas dan kami berjalan hati-hati sembari berpegangan tangan dan saling mebalikan tali yang mengikat tubuh saya dan Fuad agar tak terpisah.


Lelah, letih, putus asa semua ada dalam fikiran beberapa jam kami berjalan dan akhirnya tepat pukul 15.00 wib saya dan Fuad sampai di Basecamp Sindoro Via Kledung, dengan selamat meski ada luka lecet-lecet berdarah. Sedangkan ke 2 teman saya yang turun duluan juga sudah beristirahat duluan di Basecam.

Nah itulah cerita saya mendaki di Gunung Sindoro, sedikit pesan buat agan-agan yang ingin mendaki siapkanlah peralatan yang lengkap dan cari waktu yang tepat.


Nah buat agan-agan yang belum sempat baca cerita pendakian saya di gunung Slamet dan Lawu Yuk segera kepoin.

Cerita Mistis Saat Mendaki Gunung Slamet


[url=Cerita Mistis Saat Mendaki Gunung Slamet]
Misteri Kakek Serba Putih Di Gunung Lawu[/url]