Cerita seru saat Pemilu





Hai agan dan sista, apa kabarnya, nih?


Aku harap semua baik-baik saja, ya. Bagaimana tanggal 17 kemarin, agab dan sista yang sudah berhak memilih, datang ke TPS, kan?


Ah, syukurlah.


Jangan kalah sama emak-emak rempong kayak aku, ya gan And sista. Aku tuh, biarpun (sok) sibuk dengan seabrek kerjaan di rumah sebagai ibu sekaligus harus mencari segentong nasi (banyak amat kan, gan?) dan segenggam berlian (Aamiin), tapi menyempatkan diri buat nyoblos, lho.


Kalau agan ga percaya, boleh di cek nih jari kelingkingku yang berwarna ungu, Sebagi tanda aku sudah ikut berpartisipasi dalam Pemilu.




Gimana gan dan sista Pemilu di kita agan semua? Meriah, sepi atau biasa-biasa aja? Semoga semua warga negara yang sudah memiliki hak pilih, mau dan bisa berkontribusi dalam pemilu kali ini, ya.


Karena apa?





Hehe ...sudah ah, masalah itu sih agan dan sista juga sudah pada tau, aku yakin kok.


Oh, iya gan dan sista agan tinggal di kota apa? Apakah ada acara yang khas untuk menyambut pemilu kemarin?


Aku tinggal di sebuah desa yang lumayan jauh dari kota, gan dan sista. Tepatnya di sebuah desa yang termasuk kecamatan Cikajang, kabupaten Garut. Desaku terletak di punggung gunung Papandayan yang berhawa dingin, ga kalah dengan Puncak.


Mungkin karena lokasi desaku yang jauh dari keramaian kota itulah, maka tak ada acara khusus untuk menyambut pemilu.




Tapi bukan berarti Pemilu di desaku berlalu tanpa kesan, gan.


Sebagai desa yang terletak di pegunungan, pastinya hampir 90% penduduk desaku adalah petani. Atau yang berhubungan dengan pertanian.


Dan you know lah, kalau petani itu kerjanya setiap hari ke ladang yang letaknya cukup jauh dari pemukiman. Sebagai info tambahan juga, saat Pemilu kali ini, bertepatan dengan musim tanam beberapa komoditi pertanian. Jadi gan And sista, para petani ga bisa bolos kerja agar mereka bisa panen tepat waktu. Apalagi kalau buruh tani yang kerja pada orang lain.


Nah, inilah yang membuat aku salut sama mereka.


Gimana ga salut, gan And sista …

Demi dapat berpartisipasi dalam Pemilu kali ini, sehari sebelum pencoblosan, para bapa pejuang keluarga ini rela lembur, lho. Seharusnya mereka bisa pulang setelah waktu Dzuhur, atau kurang lebih jam 12 siang.


Tapi tanggal 16 April kemarin, para bapa dan juga para ibu yang bekerja di ladang, rela menukar jam istirahatnya dipake lembur agar saat hari pencoblosan mereka dapat mencoblos dengan tenang.


Tidak hanya sampai disitu.


Setelah pencoblosan selesai, mereka antusias sekali mengikuti penghitungan suara, khususnya suara presiden. Akan terdengar sorakan saat nama jagoan mereka disebut disertai tepuk tangan meriah, begitu silih berganti.


Apakah pilihan mereka sama? Tentu saja tidak, gan dan sista. Jangankan sesama teman dan tetangga, bahkan ada suami istri yang pilihannya beda!


Apakah mereka bertengkar dan bermusuhan?

Tidak sama sekali! Hanya sekedar saling ledek lucu-lucuan yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal saat si suami yang berlagak bilang tak akan memberi jatah belanja kalau jagoan istrinya kalah tapi si balas oleh sang istri dengan ucapan yang membuat si suami mati kutu saat si istri bilang 'nya udah, kalo situ ga mau kasih uang belanja, awas aja kalo ntar malam minta jatah!’


Pliiisss jangan tanya aku jatah apa yang ga akan diberikan si istri hingga membuat suaminya berwajah masam, tapi malah disambut dengan tawa terpingkal dari orang-orang yang mendengar!



Yang pasti, pemilu, kita boleh beda pilihan. Tapi jangan membuat satu sama lain bermusuhan apalagi sampai suami istri pisah ranjang.


Siapapun yang diberi amanat memimpin, semoga menjadi pemimpin yang adil untuk seluruh rakyatnya, ya gan dan sista. Bisa mengayomi dan melindungi kita semua dengan sepenuh hati.


Itulah sekelumit kisah yang terjadi di desaku, khususnya TPS 23 tempatku terdaftar sebagai pemilih di Pemilu tahun ini.


Bagaimana di tempat agan dan sista?

Ayo berbagi cerita dong, bagaimana seru dan meriahnya pesta demokrasi tahun ini?