museonindonesiaAvatar border
TS
museonindonesia
Mantan Manten : Kisah Perempuan Gigih

BABAK PERTAMA Mantan Manten saya merasakan hal yang sama saat menonton film Korea bergenre drama. Dimana ada orang biasa saja yang mencintai/dicintai oleh pria kaya, lalu ada usaha si yang dicintai ini untuk naik ke kasta tertinggi. Bedanya film Korea genre drama tersebut dengan Mantan Manten adalah identitas budaya.
Identitas Indonesia dibawanya dengan narasi Yasnina (Atiqah Hasiholan) harus menjadi Pemaes karena diberikan syarat oleh ibu Marjanti  (Tutie Kirana) untuk bisa membeli vilanya kembali, yang merupakan aset satu-satunya Nina untuk melawan Iskandar (Tyo Pakusadewo). Yang mana Iskandar merupakan ayahnya Surya, tunangannya. Namun, Nina tidak patah arang, dia berusaha memenuhi kemauan ibu Marjanti untuk menjadi asisten Pemaes. Sifat dari kebanyakan orang bersuku Jawa yang ikhlas dan sabar sangat menonjol pada film ini.
Kebiasaan-kebiasan dari Pemaes ditampilkan sesuai porsinya, untuk menunjukkan pekerjaan dariPemaes, seperti menikahi dan membaca mantra serta mengawal jalannya pernikahan. Bahkan, untukorang yang bukan bersuku Jawa seperti saya akan paham bahwa betapa orang-orang Jawa sangat bergantung dengan Pemaes ini. Setidaknya saat Pemaes ini masih ada.
Yasnina yang sebelumnya sebagai manajer investasi terkenal dengan kegigihannya untuk membalas dendam, karakter ini gigih juga dalam membantu dan menyelesaikan persyaratan dan ibu Marjanti.

Dua Wanita yang Berkarakter
Sejak babak awal dua karakter wanita ini (Yasnina dan Marjanti) sangat menarik perhatian saya. Yasnina yang ambisius dalam bisnis dan ibu Marjanti yang konsisten terhadap Pemaes yang dinarasikan pada film sudah hampir punah karena ibu Marjanti tidak mempunyai keturunan.
Yasnina yang berjuang untuk mendapatkan haknya kembali dari Iskandar merupakan sosok yang tangguh. Didera macam-macam halangan Yasnina tetap bisa bangkit lagi. Ciri manajer investasinya pun masih terpakai saat Yasnina harus menjajal menjadi Pemaes pertama kali. Keahliannya dalam ‘membujuk’ klien dia gunakan untuk meyakinkan calon pengantin perempuan dan berhasil dengan pendekatan layaknya mendekati rekanan bisnis yang suka konsultasi ke Yasnina.

Belum lagi kita lihat bagaimana ibu Marjanti yang tidak mempunyai keturunan berusaha keras mempertahankan tradisi Pamaes ini. Seorang ibu yang masih menjadi istri dan berbicara dengan mendiang suaminya. Entah itu mimpi atau memang berbicara dengan sang mendiang. Hingga Yasnina didaulat menjadi pengganti bu Marjanti karena meninggal. Yang menggambarkan kesetiaan ibu Marjanti terhadap suami dan juga pamaes.
Film pun sebenarnya mempunyai cerita yang biasa saja. Namun, naskah yang bagus dan totalnya performa Atiqah Hasiholan dalam berperan menjadi Yasnina haruslah diacungi jempol. Adegan tiap adegan begitu efektif, perubahan emosi dari Atiqah pun perlu diakui dapat membuat kita empati.
Mantan Manten mungkin tidak hanya menceritakan betapa gigihnya perempuan, namun, bagaimana perempuan menjadi penjaga budaya dalam masyarakat kita terutama di suku Jawa Surakarta. Film ini sangat asyik ditonton oleh kamu yang ingin menikah dengan adat Jawa Surakarta. Selain hal tersebut, keluarga pun bisa banget nonton film ini.

Penulis Minfadly Robby
Editor Dwirulianti Midori Putri

Baca versi Website


Diubah oleh museonindonesia 14-04-2019 01:10
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
967
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Film Indonesia
Film IndonesiaKASKUS Official
3.3KThread3.1KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.