Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aniesdayAvatar border
TS
aniesday
Golongan Putih, Potret Arogansi Dari Yang Merasa Paling Bersih
Golongan Putih, Potret Arogansi Dari Yang Merasa Paling Bersih

Pesta politik negeri kita Indonesia telah nampak di depan mata. Konstelasinya kita rasakan semua makin memanas, berepisode debat terbuka dari dua kandidat calon presiden Jokowi dan Prabowo telah pula kita saksikan. Ada kagum, ada geregetan, ada gemes, ada macam macam rasa yang kita rasakan, ketika menyaksikan penampilan keduanya dalam berbagai kajian materi tentang berbagai pemikiran untuk Indonesia ke depan.

Like and dislike tak bisa lepas dari penilaian. Mereka yang pendukung Jokowi akan mengiyakan saja segala hal yang dipaparkan. Tanpa sanggahan, tanpa bantahan, meskipun dari kubu Prabowo tak henti mencari celah menyerang. Demikian pula sebaliknya.

Bagi saya itu sah sah saja. Pro kontra, setuju tak setuju ada di mana mana. Jangankan terhadap pemikiran seorang calon presiden. Terhadap pasangan pun kita sering kali berselisih. Tinggal bagaimana kita menyikapi beberapa hal berbeda itu. Bukan memperlebar kesenjangan namun dengan menghormati perbedaan itu. Mendukung yang sama pandangan. Akan menuai keindahan.

Dalam hal ini, sebetulnya dua kandidat kita telah memberikan contoh nyata dalam mempersempit perbedaan ide atau pandangan terhadap sesuatu. Yakni ketika pemakaian baju warna putih disarankan dipakai saat pencoblosan nanti oleh Jokowi. Dia memandang menggunakan baju putih ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 17 April 2019, tak melanggar aturan atau asas pemilu.

"Ya sekarang pake baju putih ndak apa-apa. Dulu pakai baju kotak-kotak juga enggak apa-apa. Enggak ada apa-apa, sekarang apalagi baju putih, semua orang memiliki," ujar Jokowi saat ditemui usai berorasi di Stadion Kalegowa, Gowa, Sulawesi Selatan, pada Ahad, 31 Maret 2019. Sebagaimana dilansir Indonesiainside 7 April 2019 lalu.

Sontak pernyataan Jokowi itu menuai kritikan pedas dari pendukung Prabowo
Bahkan Jokowi dilaporkan Advokat Cinta Tanah Air atau ACTA ke Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu atas imbauannya tersebut. Jokowi dilaporkan atas dugaan menyampaikan pernyataan provokatif saat kampanye, dengan dugaan melanggar aturan kampanye dan UU Pemilu yaitu pasal 280 ayat (1) huruf C dan D Jo. Pasal 521 undang undang nomor 17 tahun 2017 tentang Pemilu.

Polemik anjuran memakai baju warna putih ini terus bergulir memanaskan pemberitaan politik kita. Hingga akhirnya Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan pernyataan menyejukkan.

"Karena presiden sudah menganjurkan untuk pakai baju putih, daripada kita terkotak-kotak terpisah-pisah warna, jadi kita menganjurkan untuk pakai baju putih," kata Sandiaga usai acara nonton bareng debat capres di Rumah Siap Kerja di Jakarta Selatan, Sabtu malam, 30 Maret 2019.

Sandiaga mengatakan imbauan menggunakan baju putih untuk putihkan Indonesia serta sucikan hati. "Jangan melihat perbedaan pilihan, karena kita semua satu bangsa," ujar dia.

Sejak itu tak terdengar lagi konflik penggunaan warna putih. Telah sepakat semua kandidat untuk tak lagi mempermasalahkan warna putih. Rela kompromi. Itu yang saya rasakan dari dua kandidat tersebut. Tidak merasa paling benar. Tapi bersedia menyamakan pandangan. Wong cuma masalah warna saja.


Dari warna putih itu, hanya satu catatan jejak tertinggal dari ketidak sepahaman. Yakni adanya Golongan Putih. Mereka bukan kubu Prabowo atau Jokowi. Namun mereka adalah bagian dari kita. Suka atau tidak suka, mereka ada. Golongan ini tidak mau mendukung dua kandidat tersebut. Jangankan mendukung, peduli adanya pemilu saja mereka tak mau
Bagi mereka Jokowi atau Prabowo tak ada baik baiknya. Yang paling baik ya diri mereka sendiri.

No bodies perfect. Tak ada manusia sempurna. Tempat salah dan lupa. Itu sunnatullah. Telah dikatakan Tuhan saat menciptakan. Maka saling memaklumi, memaafkan. Itu cara berhubungan dengan sesama manusia. Atau mengingatkan bila buat kesalahan. Menegur bila lupa. Kadang tak sesuai dengan mau kita memang tapi di situlah letak ujiannya.

Ujian ke aku an kita. Merasa paling benar sendiri, atau paling sempurna sendiri. Potret arogansi. Baiklah saya tak menutup mata terhadap beberapa alasan yang membuat mereka akan golput. Sebagaimana dikatakan

Quote:
manado.tribunnews.com

Ya, Golput adalah hak seseorang. Tak satu orang pun berhak memaksa seseorang untuk memilih, termasuk untuk tidak memilih. 4 alasan yang dikemukakan Aghil di atas rasanya cukup mewakili potret musabab seseorang memilih golput.

Spoiler for Beberapa hal tersebut bisa saya tanggapi menjadi beberapa Poin penting seperti berikut:





Kandidat yang maju pada pencalonan adalah manusia terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini. Mengapa kita enggan memilih terbaik diantara yang baik. Apakah kita merasa begitu baiknya sehingga memandang tak ada yang lebih baik?

Hati hati dengan hati karena dialah sumber penyakit hati. Merasa lebih baik dari orang lain juga salah satu bentuk adanya sakit dalam hati, terjangkit arogansi. Angkuh, merasa dirinya paling baik dibandingkan orang lain. Hingga memutuskan tak mau menjadi bagian dari mereka yang berada dalam kehidupannya.

Bagi saya, mereka yang merasa dirinya bersih, menjadi golongan putih, tak mau memilih dengan alasan 3 poin di atas adalah potret arogansi yang sedang berkembang di masyarakat kita. Padahal mereka belum tentu sebersih yang mereka duga. Itu pendapat saya. Bagaimana dengan anda?
Diubah oleh aniesday 13-04-2019 00:46
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
5
851
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
Pilih Capres & CalegKASKUS Official
22.5KThread3.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.