Budaya Norwegia secara khusus mengenal Friluftsliv. Kata ini diciptakan pada 1859 oleh penulis Henrik Ibsen.

Friluftsliv bisa diartikan sebagai "kehidupan di udara bebas". Ini menandakan pemahaman mendasar tentang efek alam yang menyembuhkan. Friluftsliv adalah bagian mengakar dari budaya Norwegia. Istilah ini mencakup pemahaman tentang hubungan esensial antara manusia dan alam.

"Sejarah kehidupan di alam terbuka di Nordik panjang dan benar-benar menyatu dengan budaya, karena kami dikaruniai tanah luas dan populasi kecil," kata narablog Vandringsbloggen, Angeliqa Mejstedt.

Psychology Today melaporkan, melalui pengamatan dalam psikoterapi kita tahu bahwa kesehatan mental dan kesejahteraan meningkat ketika orang bersinggungan dengan sesuatu yang lebih besar di luar diri mereka sendiri. Segala bentuk keterlibatan dengan alam, di luar dunia internal meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, dan merupakan dimensi penting dari kesehatan mental sejati.


Berada di alam terbuka dan menyediakan waktu untuk menikmati momen tanpa gangguan, notifikasi ponsel, dan tekanan lain adalah salah satu cara paling sederhana untuk mengatur kembali pola pikir.

Karena itulah, orang-orang Norwegia senang menghabiskan masa liburannya dengan berpiknik dengan cara berjalan kaki untuk mendaki bukit ataupun gunung-gunung di Norwegia ataupun berjalan kaki mengelilingi kota atau daerah tertentu di Norwegia baik dalam grup, keluarga, ataupun sendirian.

Maksudnya adalah sebuah nilai penting yang hingga saat ini masih diterapkan oleh warga Norwegia dalam hal makanan. Jika pada beberapa negara barat kebanyakan orangnya lebih memilih sandwich ataupun junk food untuk dikonsumsi atau di negara kita kebanyakan lebih sering memilih membeli makanan yang tersedia di warung-warung ataupun kafetaria tempat kita bekerja.

Maka lain halnya dengan warga Norwegia yang senang menyantap bekal makanan yang disebut matpakke (sebuah tradisi turun-temurun dalam menyiapkan bekal makanan untuk disantap pada waktu makan siang), idealnya bekal ini terdiri dari sepotong roti coklat dengan diolesi butter (mentega) di atas roti tersebut dan irisan tipis keju putih (keju tersebut di iris dengan menggunakan alat pemotong keju yang menjadi sebuah simbol dari kesederhanaan tersebut dengan tujuan untuk mengiris keju tersebut setipis mungkin) dan biasanya bekal tersebut disantap dengan meminum susu dan juga sedikit sayuran dan buah-buahan.


Sepaket matpakke tentu saja lebih menyehatkan dan juga sangat mengenyangkan perut atau dapat kita sebut sebagai makanan empat sehat lima sempurna. Tradisi tersebut telah ada pada tahun 1930an dimana para orang tua diharuskan untuk menyiapkan bekal makanan bagi anak-anaknya untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup setiap harinya bahkan kebiasaan tersebut masih mereka terapkan ketika mereka telah menjadi dewasa. Orang Norwegia biasanya selalu menyantap matpakke selama enam hari saja dan pada akhir pekan mereka bebas memakan makanan junk food dan juga jenis makanan lainnya terutama pada hari sabtu dan minggu.

Di Norwegia, setiap ada rilisan satu buah buku baru, maka pemerintah akan langsung memesan sekitar 1000an kopi. Tujuannya untuk disebar ke berbagai perpustakaan dan bisa dibaca oleh siapa pun. Kriteria bukunya sendiri tidak dibatasi. Asalkan ada buku baru yang rilis, beberapa hari kemudian kita sudah bisa menemukannya di banyak perpustakaan di sana.

Tentu ini jadi hal yang sangat hebat. Bagi penyuka buku, Norwegia adalah surga karena tak harus keluar banyak uang untuk membeli buku-buku baru. Cukup meminjamnya di perpustakaan terdekat. Lalu bagaimana dengan pendapatan penulis? Tentang itu, pendapatan per kapita Norwegia sudah tinggi. Sepertinya penulis di sana takkan jatuh miskin hanya karena bukunya diborong oleh pemerintah dan digratiskan untuk dibaca.

Tentang biaya pendidikan, pasti setuju kan kalau makin lama makin mahal? Tak hanya di ranah universitas, sekolah PAUD saja sudah lumayan bikin panas biayanya.

Di Norwegia tidak seperti ini. Pemerintah mereka benar-benar menggeratiskan sekolah. Di jenjang apa pun dan bagi siapa pun. Ya, termasuk kita, sangat mungkin untuk menempuh pendidikan di sana dan tanpa biaya.