Menginjakkan kaki di Lorong Merdeka pertama kali, reaksi H. Mustafa Kamal sangat takjub. Menemukan rumah limas yang legendaris. Rumah Limas saat ini sangat sulit ditemukan, dengan arsitektur aslinya.



Sekitar 25 m dari rumah limas tersebut, beliau terkesan kembali dengan langgar Merdeka yang merupakan asal muasal dari nama Lorong tersebut. Ya, Langgar Merdeka telah berdiri sejak 1830, jauh sebelum kemerdekaan RI langgar ini sudah menggaungakan kata Merdeka!
Langgar Merdeka didirikan seorang kiyai H. M. Akil. Sampai sekarang masih terawat dengan baik, oleh anak beliau kiyai Nurdin dan keturunannya.



H. Mustafa Kamal, S.S sangat terkesan dengan sejarah Lorong Merdeka dan langgarnya yang legendaris.



Mengingat beliau adalah lulusan UI, dengan sejarah sebagai latar pendidikan S1nya. Beliau sangat antusias dan bersemangat dengan kondisi langgar yang terawat, mengingat usia langgar termasuk sangat tua.



Namun masih mempertahankan fungsinya dengan baik.



Kunjungan ini berlangsung di rumah Muhammad, yang merupakan cicit dari kiyai H. Akil. Sekaligus sosialisasi H. Mustafa Kamal sebagai Caleg DPR RI di pemilu 17 April 2019 nanti. Beliau yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKS Pusat.



Silaturahim ini terlaksana pada hari Minggu 3 Maret 2019, pukul 16.00 WIB. Pada kesempatan ini beliau mensosialiasasikan program PKS yaitu pajak motor hanya dibayar sekali seumur hidup, khusus untuk masyarakat dengan penghasilan 8 juta kebawah. Juga berlakunya SIM seumur hidup, sehingga tidak perlu dilakukan perpanjangan lagi. Program ini sangat menguntungkan masyarakat menengah kebawah, hanya bisa diwujudkan jika PKS menang disetiap tingkat kota, propinsi dan pusat. Pertemuan tertutup ini dihadiri sekitar 30 orang warga.







Dalam kesempatan ini dihadiri juga oleh ketua DPC PKS Ilir Barat II, Firmansyah, S.P.



Beliau juga sebagai Caleg DPRD kota Palembang dengan no urut 1.




Ketua RT 30 di mana langgar Merdeka berdiri Syamsudin yang juga cicit dari Kiyai Nurdin, menjelaskan detail sejarah langgar tersebut.



Dalam kata sambutan H. Mustafa Kamal memberikan pengarahan, agar langgar bersejarah tersebut menjadi salah satu objek wisata religi di Palembang Darussalam. Beliau juga memberikan solusi agar pemerintah daerah kota Palembang mengetahui dan mengakui eksistensi langgar tersebut melalui media masa dan staf pemerintah. Sehingga akan menarik perhatian pemerintah pusat. Mengingat beliau masih tercatat sebagai anggota dewan DPR RI dari PKS.



Sehingga pemerintah kota dan propinsi memiliki perhatian untuk kemudian dapat direkomendasikan ke pemerintah pusat untuk mengokohkan keberadaannya.



Dalam bincangbincang yang hangat dengan warga sekitar, yang dilanjutkan dengan menyantap kuliner khas "wong plembang" yang legendaris. Ragit, klempang deleg (ikan gabus), kue Gandus, kue Pare, kue Lumpang dan martabak.

Ragit

klempang ikan gabus

Kue Pare, kue Gandus, kue Lumpang dan Martabak kentang.

Disiapkan oleh emakemak dengan penuh cinta.



Dipenghujung perjuampaan yang telah mendekati terbenamnya matahari, sesi potopotopun berlanjut.