"Ini malam Jum'at kan?" bisik Tono pelan. Dia berhenti dan berdiri dengan lutut sedikit
gemetar. Matanya melirik sekelilingnya.

"Lah iya, memang kenapa?" Mamat ikutan berhenti.

"Buruan yuk jalannya!" ajak Tono cepat.

"Dulu... Dulu... Lo kenapa?" Mamat masih belum mau beranjak.

Tono yang sudah melangkah, berhenti dan menengok ke Mamat.

"Lo gak sadar apa? Tuh di samping kanan kita kan kuburan keluarga Haji Sodik. Terus malam ini malam Jum'at...."

"Ah, ribet amat Lo! Sedari dulu, di sini gak ada tuh cerita tentang setan. Udah gak usah lari. Emang Lo gak sadar?"

Tono mengernyitkan dahinya.

"Di depan tuh ada anjing galak punyanya pak Tigor. Mau kita dikejar tuh anjing?"

Wajah Tono menampakan kebingungan. Simalakama nih. Dia takut ketemu setan. Sementara di depan.... Tahu gini tadi dia gak usah ngeyel waktu Mamat ngajak pulang jam sepuluhan tadi. Sekarang udah mau jam dua belas, waktu yang tepat buat setan nongol. Apalagi ini malam bulan purnama.

"Udah Lo gak usah takut, Ton! Sebentar lagi juga Lo bakalan gak perlu banyak pikiran."

"Maksud Lo?"

"Ya ini salah Lo. Kan Gue ngajak pulang dari tadi. Sekarang...."

Tono menatap bingung.

"Satu... Dua... Ti...."

Tono melotot, lalu tak bersuara. Sementara Mamat menyeka mulutnya dan tersenyum, lalu beranjak pergi.

"Pak itu suara apa tadi?" bisik Neneng ke suaminya Haji Sodik. "Kayak suara anjing...."

"Sssttt... Udah kamu tidur sana! Gak perlu diurus biar bapak keluar sebentar."

Tak lama Haji Sodik kembali pulang dengan wajah terlihat lebih segar dari sebelumnya dan sesekali dia mengusap sekitar mulutnya.

****

Paginya.

Mamat ikutan bergerombol dengan kerumunan warga kampung di dekat rumah Haji Sodik, yang membentuk lingkaran kecil sambil saling berbisik dan menunjukkan wajah campur aduk, antara sedih, takut dan kaget. Di tengah mereka terbaring sosok tubuh dengan luka di leher. Dan di dada sosok itu terbentuk beberapa garis panjang.

"Hmmm...." Haji Sodik tersenyum ke Mamat yang mengangguk kecil padanya.