Generasi Anti Korupsi




Telah mafhum pada kita kondisi iklim perpolitikan Indonesia terkini. Panas, segala rupa cara dilakukan demi memenangkan pencalonan. Tim sukses, dari tingkat atas sampai bawah bergerak massive. Melakukan upaya pemenangan. Dari yang bersifat intelektual, dengan mengikuti gelar debat, atau dialog, hingga cara murahan bagi-bagi uang pada para konstituen.

Black campaign, money politic tak mudah dienyahkan begitu saja. Meskipun ada Panwaslu, Bawaslu, peraturan perundangan undangan. Itu semua tak cukup sakti dan menakutkan buat menghentikan nafsu menang dengan menggunakan segala cara. Imbasnya, untuk memenangkan itu, dibutuhkan biaya yang sang sangat besar.



High cost economy, politik dengan biaya tinggi menjadi keniscayaan. Dalam hal ini, beban terbesar tentu saja menjadi beban para calon. Mereka harus punya cukup dana untuk membiayai pencalonan mereka, dari mulai pendaftaran, hingga saatnya tiba untuk pertarungan. Ya, mereka mengeluarkan modal besar demi menang dalam sebuah pemilihan. Kecuali bila diri kita yang dipinang, maka pihak pengusunglah yang akan menjadi sponsor, menjadi penyandang dana utama.


Dalam pengamatan saya, baik pribadi maupun sponsor tetap butuh biaya. Tak cukup bila hanya mengandalkan subsidi pembinaan saja. Nah, disinilah kadang mendapatkannya yang menjadi persoalan. Halal haram bukan lagi menjadi ukuran. Sekelas mereka yang mengerti hukum agama, atau yang pandai hukum pidana, seolah buta. Asal bisa mendapatkan dana itu. Maka persoalan bagaimana mendapatkan seringkali dikesampingkan.

Tidak hendak saya menunjuk sesiapa, yang pasti tlah ramai dan menjadi viral, proses tangkap tangan beberapa kepala daerah, politisi, bahkan pejabat tinggi di negeri ini. Padahal ketokohan mereka tak diragukan. Nama besar disandang. Uang, menjadi ujian melenakan yang mereka kerap tak mampu menghindarinya.

Untuk memilih calon pemimpin bagi saya setidaknya haruslah yang mendekati sempurna kepribadiannya. Iman, tahan godaan menjadi satu poin penting yang saya utamakan. Tak peduli, asal dari mana, etnis apa, terlahir dari rahim siapa. Yang penting karakter jujur disamping tentu lulus fit and proper tes, uji kelayakan sebelum mereka maju ke gelanggang atau diangkat menjadi pejabat.

Untuk mereka yang pernah tersandung kasus korupsi, apalagi pernah tertangkap tangan saya katakan TIDAK untuk memilih mereka bila mencalonkan. Meskipun proses hukum masih berjalan, meskipun palu belum diketukkan. Namun bila cukup bukti dihadirkan, dari pemberitaan atau dari laporan Investigasi polisi atau KPK yang dirilis untuk publik, maka bagi saya itu sudah menjadi salah satu alasan untuk tidak memilih mereka.


Maka untuk membebaskan Indonesia dari korupsi, bisa kita mulai dari diri kita. Jangan mudah dibeli. Berikan suara pada mereka yang bersih dari korupsi. Ini awal agar tak terdengar koruptor merajai negeri ini. Salam damai, untuk Indonesia bebas korupsi.


Sumber gambar : Pixabay