Halo, Selamat datang di thread ane, Gan! 

Sebentar lagi kita akan mengalami pesta rakyat yang rutin diadakan tiap 5 tahun sekali. Apa itu?
Yap. PEMILU 

Seperti yang kita semua ketahui, menjelang waktu-waktu pemilihan seperti ini, semakin banyak orang yang mengelu-elukan jagoannya. Namun, tidak sedikit pula yang menjelekkan jagoan dari kubu lain. Sering liat begini kan? Sering pastinya! 

Ane mau share sedikit nih pengalaman ane dengan salah satu teman ane yang dulunya sama-sama fanatik buta terhadap pemimpin yang mau kita pilih nantinya. 

Singkat kata, pada tahun 2014, saat mau terjadi pemilu, ane bareng temen-temen ane yang lain nonton debat capres-cawapres.  Debat berjalan seru karena ini adalah momen ketika pasangan nomor 1 dan nomor 2 berhadapan untuk saling menyerang visi-misi satu sama lainnya. Ane dan temen ane yang kebetulan punya pilihan terhadap calon yang akan kita pilih, akhirnya ikutan berdebat. Ane keluarin tuh semua kelebihan-kelebihan dari pilihan ane. Temen ane juga gak mau kalah, dia keluarin segala macam kelebihan dari calon yang mau dia pilih nantinya. Semua berjalan baik-baik saja pada awalnya, tetapi semakin lama kami berdebat, semakin menurun pula kualitas argumentasi yang kita keluaran. Alih-alih perdebatan kita menjadi semakin seru, malah menjadi semakin tidak nyaman. Hal ini dikarenakan kita melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan: menjelekkan pilihan calon pemimpin yang tidak kita pilih. 
Debat kami yang berkualitas kemudian berubah menjadi ajang menjatuhkan orang lain yang bahkan sebenarnya tidak kita kenal secara langsung. Pertemanan kami mulai merenggang hanya karena berbeda pilihan saja.

Gak banget kan ya? 

Kejadian 5 tahun lalu itu kini tidak lagi ane rasakan. Ane banyak merenungkan kebodohan-kebodohan yang sudah ane lakukan di masa lalu tersebut. Ane menyadari satu hal bahwa memilih itu adalah hak. Ini yang sering kali kita -termasuk ane- lupakan. Hak orang untuk memilih itu dijamin Undang-Undang dan kita tidak berhak memaksa orang lain agar sejalan dengan pemikiran/pilihan kita. Jika kita terus memaksakan pilihan orang lain agar sesuai dengan kemauan kita, maka sangat besar kemungkinan akan terjadi perpecahan.

Sekarang kita sedang memasuki era teknologi yang semakin canggih. Dengan semakin majunya peradaban manusia, seharusnya akhlak kita menjadi lebih baik pula, misalnya dengan menghindari perdebatan yang tidak penting. Kita harus jadi pemilih yang cerdas. Lihat baik-baik apa saja yang sekiranya positif dari calon pilihan kita, dan kritisi yang buruk. Tidak perlu sampai menjatuhkan pilihan orang lain.

Sadarkah kita bahwa dengan menjatuhkan pasangan lainnya, itu berarti bahwa kita juga sedang menjelek-jelekkan saudara sebangsa dan setanah air kita? 
Apakah kita tidak malu dengan cara "kotor" yang kita gunakan hanya untuk memenuhi ego kita?
Mau kah kita kebencian demi kebencian akan terus-menerus diturunkan hingga nanti ke anak cucu kita? Bukankah kita semua suka dengan perdamaian?



Ane di sini bukan sedang men-judge agan-agan kaskuser. Ane hanya berbagi pengalaman. Semoga apa yang menimpa ane dengan teman ane dulunya tidak sampai terjadi kepada kalian.

Note: Ane sekarang sudah akur dengan teman ane yang dulunya berbeda pilihan tersebut. Dan sekarang, orang yang dulunya ane jelek-jelekkan di tahun 2014 kemungkinan besar akan ane pilih di tahun ini. Teman ane begitu juga, dia sudah menyatakan secara terang-terangan kepada ane bahwa dia akan memilih calon yang dulunya ane pilih. Terdengar seperti cerita karangan, bukan? Tetapi kenyataannya tidak. Ini adalah cerita nyata dan ane bangga bahwa ane bisa menjalani pemilihan umum tahun ini dengan hati yang lebih damai tanpa ada prilaku buruk yang dulunya ane lakukan.