Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

telah.ditipuAvatar border
TS
telah.ditipu
Toleran itu seperti Bakso

Toleran itu seperti Bakso


Tinggal beberapa pekan lagi menjelang Pilpres. Indonesia tentu disibukkan dengan kegiatan kampanye politik dan persiapan menjelang pemilu, terlebih bagi partisipan, simpatisan, para calon legislator maupun eksekutor. Bahkan di luar itu, masyarakat biasa yang tidak memiliki peran secara langsung pun ikut sibuk. Rakyat yang tidak ikut partai politik misalnya, juga sibuk menentukan pilihan siapa yang akan dipilihnya pada 17 April nanti.
Seperti yang kita ketahui bahwa Pemilu diadakan untuk memilih wakil rakyat berupa presiden dan anggota dewan perwakilan. Namun faktanya, pemilihan presiden lebih menarik sorotan media daripada pemilihan dewan.
Mungkin karena pemilihan presiden hanya menyisakan dua pilihan saja, yaitu calon presiden nomor urut 1 dan nomor urut 2. Jadi rakyat pada umumnya tidak dibingungkan dengan pilihan yang banyak. Tapi di sisi lain, karena pilihan dikerucutkan menjadi dua saja maka otomatis rakyat pun terbagi menjadi setidaknya dua kubu. Kenapa setidaknya dua? Karena masih ada beberapa rakyat yang berada di luar kedua kubu, entah karena mereka netral, tidak mau ambil pusing, atau mungkin apatis.
Tapi yang jelas, kedua kubu menarik untuk diperbincangkan, terutama jika mereka dipertemukan dalam sebuah acara debat. Dalam debat tentu akan tertampil kesan dan citra dari calon presiden yang termaksud, namun itu saja belum cukup dijadikan patokan dalam mencoblos nanti, karena Indonesia adalah negara besar. Tidak mungkin persoalan negara besar bisa diselesaikan semuanya dalam satu dua putaran debat. Walaupun itu memang bisa dijadikan awal untuk mengambil kebijakan selanjutnya.
Tapi menurut saya, kedua calon presiden sama - sama baik dalam hal visi, karakter, dan keinginan beliau untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. Hanya saja, yang di bawah masih belum bisa disesuaikan pandangannya. Maksudnya, kedua kubu yang berbeda pilihan capres masih belum mampu menerima perbedaan baik di tingkat mental maupun fisik.
Contohnya, ada beberapa yang menyabotase pilihan orang lain. Maksudnya mereka mengajak orang lain untuk tidak memilih capres tertentu. Mereka mengajak lewat obrolan langsung dan chat di medsos.
Sikap itu tentu berpengaruh kepada kerukunan warga. Awalnya tentram saja namun karena tindakan beberapa pihak malah menjadi ribut, ketidakpercayaan meningkat dan tentu memicu permusuhan.
Praktek intoleransi semacam ini bisa memporak-porandakan bangunan demokrasi Indonesia yang katanya terbaik di seluruh dunia. Dan jika demokrasi rusak maka akan terjadi konflik disana-sini, dan berimbas kepada kita secara langsung atau tidak.
Jadi, menjaga toleransi itu penting untuk menjaga warga tetap rukun, guyub, dan kompak. Bagaimana caranya menjaga toleransi, apalagi di tengah demam Pilpres seperti sekarang ini? Ada banyak cara.
Misal, saat mau kumpul dan nongkrong bareng ada seorang teman yang tidak bisa hadir. Cara toleransinya adalah dengan menerima itu dan bilang tidak masalah, bukannya malah memaksa untuk datang.
Contoh lain adalah ketika kita pesan makan lalu ada yang mau membayari makanan kita. Cara toleransinya adalah dengan menerima (walaupun sebenarnya kita tidak bisa karena satu dua alasan), bukannya menolak. Karena saat kita menerima kebaikan yang mereka tawarkan itu bisa saja berarti kita menghargai niat baik mereka.
Lalu jika di tengah obrolan terjadi ketidaksamaan pendapat, maka cara toleransinya adalah dengan menerima, bukannya semakin menggiring mereka agar ikut dengan kita. Kalau itu tidak bisa, maka cara toleransinya adalah menutup pembicaraan. Bersikap diam, atau alihkan pembicaraan yang lain.
Masih banyak cara toleransi yang bisa dilakukan di tengah perbedaan pilihan, tapi intinya adalah bukan tentang dia-nya, tapi tentang aku-nya. Maksudnya selama kita bisa menerima perbedaan maka toleransi bisa tercapai. Tapi kalau kita tidak menerima, orang lain tidak meng-kompori kita pun bisa mengarahkan kita membuat masalah dengan mereka.
Diri kita sendiri yang mesti kita jaga. Jaga diri dari prasangka dan berusaha menerima perbedaan, maka walaupun beda pilihan diri kita akan tetap toleran. Karena toleransi sama dengan bakso, tidak bisa sekadar diucapkan tapi harus dirasakan.


0
334
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.