Tiap kali kau melihat tanganku menjalari kulit renta ayah bundaku dengan segenap kasih sentuhan jemariku, pandanganmu terpaku, kutahu beribu tanya berpendar mengapa. Padahal dia hanya lanjut usia. 

Ini adalah kegiatan rutin pagi hari untuk menyegarkan tubuhnya. Yang kalau dia lakukan sendiri kutahu itu akan memberatkan. Gerakannya lambat, jalan terseok. Kutakut dia akan terpeleset ketika menginjak ubin kamar mandi. Maka yang kulakukan adalah membantunya menyiramkan air ke tubuhnya.

Kau bertanya, " Mengapa dia kau manjakan?"

Senyum simpul kujawabkan, " Karena kuingin meneman, sesudah aku pernah rasa kehilangan, sebelum lagi aku mengalami kehilangan."

 Aku ingin mengusap sekujur tubuhnya dengan kasih sayang sebelum dia berpulang. Menyusul separuh sukmaku, menemui adikku yang tlah berpulang lebih dahulu.

Ibuku tlah berat melaksanakan kebiasaan, sakit menggerogoti tulangnya, tak bisa sekedar dia gerakkan tangan. Kini kugantikan. Siapa yang mau dihinggapi lara, siapa suka ada kelemahan pada dirinya. Sekedar ingin tunjukkan cinta pada mereka, itu saja.

Tlah lanjut usia mereka, berkurang kekuatan, makin lemah gerakan. Butuh bantuan. Sebisaku meneman, agar mereka tak sampai bisikkan keluhan." Mengapa sekarang tubuhku seperti ini, seperti tak berguna lagi. "

Pada mereka aku pernah bermanja. Hampir tak kudengar kata " Tidak" bila aku meminta. Kini apa salahnya? Bila aku manjakan mereka?

Mungkin hanya hitungan hari atau bulan atau tahun saja. Tak sebanding dengan manjaku pada mereka yang tlah kugayutkan bertahun sejak dikandung hingga kupersembahkan cucu untuknya.

Biar kulewatkan hariku untuk ayahku, untuk ibuku, hanya mengguyurkan air cinta saja. Sesudah itu kutinggal demi penghidupan hingga senja datang. Kalau suka lihatlah, kalau kau tak suka pelajarilah, tanyakan pada dirimu. Apa kau tak akan menua juga?

Tak kuharap apa-apa dari mereka, hanya do'a  saja. Untuk hidupku bahagia, untuk kuat mengarungi hidup sendiri. Bersama dua orang tua yang telah senja usia aku ingin berbagi cinta. Karena kutak tahu mereka atau aku dahulu yang akan dipanggil sang kuasa. Pendampingku berpulang saat muda usia, adikku demikian juga. Sang pencipta memanggil sesuai maunya, tak pandang usia, tempat, atau bagaimana caranya.

Cinta ini begitu besar pada mereka, pun pada yang tlah berpulang. Aku ingin kelak kembali ke pangkuan Tuhan, menemui mereka dengan kemudahan,  berkumpul kembali dengan orang-orang yang kucinta di keabadian. Karena aku tak punya apa-apa, selain cinta.

Untuk orang tuaku, untuk anak anakku, agar buah hatiku meniru caraku mencintai kedua cahaya hidupku. Aku ingin kelak di sisa hidupku, anakkupun tak berat lakukan itu, siapa yang tahu akhir manusia seperti apa, aku ingin mengajarkan cinta, itu saja.