Rudi sedang melepas lelah sepulangnya dari bekerja, ditemani Rara dan Riri anak kembarnya. Mereka sedang menonton televisi, acara sinetron komedi yang bercerita tentang lika liku kehidupan tukang ojek di ibu kota.

Sementara Intan, sang istri. Dia sedang bertempur di dapur, memasak sesuatu untuk mereka makan malam.

Rudi termenung ketika melihat iklan sebuah merk kecap. Yang menceritakan kekuatan super mom. Dia bisa bangun lebih pagi, pergi bekerja tapi masih sempat memasak buat keluarga. Sementara sang ayah, hanya bisa bekerja saja.

Rudi merasa tertampar oleh iklan itu. Melihat dirinya, bisa bersantai setelah bekerja. Sementara Intan, pulang bekerja masih harus membuatkan makanan. Bahkan beres-beres rumah dan pekerjaan lainnya, Intan yang mengerjakan. Dan tidak pernah mengeluh.

***

[Yah, hari ini ibu lembur. Buat makan malam beli aja, ya. Ayah aja yang beliin sekalian ]

Sebuah pesan WhatsApp dari Intan buat Rudi.

Tiba-tiba Rudi mendapat ide cemerlang. Dia tidak akan membeli lauk buat mereka makan malam, tetapi dia akan memasaknya sendiri.

Rudi berniat memberikan kejutan buat Intan. Dan sekalian membuktikan bahwa sebagai ayah yang bekerja, dia pun bisa memasak.

Sesampainya di rumah, dia mengecek isi lemari es. Ternyata ada ayam dan sayuran.

Kemudian dia googling mencari resepnya.

Mulailah dia bertempur di dapur, memasak tumis sayuran dan ayam kecap.

Beruntung ada si kembar, mereka bertiga sibuk diselingi tawa ceria bercampur minyak sayur dan bumbu dapur.

Pukul 20.30, Intan tiba di rumah.

Betapa terkejutnya dia, di meja makan sudah tersaji makanan spesial. Spesial kerena itu hasil tangan orang-orang tersayang. Anak-anak dan suami tercinta.

Mereka berempat duduk mengelilingi meja makan. Suapan pertama, Intan membelalakkan mata.

"Wow ... mantap! Enak sekali. Ayah belajar dari mana masak ini?" tanya Intan.

"Ada deh ...," jawab Rudi sambil tersenyum bangga.

"Eh, ini bukan cuma buatan Ayah, lho. Tapi juga kita," protes Rara.

"Iya, kenapa cuma Ayah aja yang dipuji?" timpal Riri cemberut.

"Iya, kalian semua hebat. Kapan-kapan, boleh dong bantuin ibu masak lagi ...," ucap Intan mengedipkan mata kepada mereka.

"Siaaap ...," ucap Rudi, Rara dan Riri kompak sambil tersenyum bahagia.

Mereka menikmati makan malam spesial itu sampai selesai.

Intan membereskan piring-piring kotor dan membawanya ke dapur.

Tiba-tiba ....

"Astagfirullah ... Ayah!" Intan berteriak dari dapur.

Rudi dan si kembar bergegas ke dapur. Khawatir Intan kenapa-napa.

"Kenapa, Bu?" tanya mereka.

Intan berdiri di pintu dapur, dengan piring-piring kotor masih di tangan, untung tidak jatuh.

Matanya melotot melihat dapur seperti kapal pecah. Minyak sayur, kecap dan sisa-sisa potongan sayur berceceran di mana-mana. Toples-toples tempat bumbu tak beraturan dengan tutupnya entah ada di mana. Wajan kotor tidak hanya satu bertengger di atas kompor, belum panci.

"Kalian habis ngapain? Masak buat se-RT saja ga akan kaya gini, deh?" tanya Intan menatap Rudi dan si kembar.

Sementara Rudi dan si kembar cengar-cengir sambil menggaruk kepala mereka yang sebenarnya ga gatal.

"Kenapa begini ya ... Kak, Dek?" tanya Rudi kepada si kembar.

Sementara si kembar mengangkat bahu, "Ga tau ...," katanya kompak.

Mereka pun baru menyadari kalau keadaan dapur sudah seperti kapal pecah, dan itu ulah mereka.

"Kita, ada PR. Mau dikerjain sekarang ya, De?" Rara mengedipkan mata ke arah Riri.

Riri mengangguk, "Huuh ...."

Mereka berdua langsung ngacir ke dalam.

Intan menatap Rudi tajam.

"Iya, iya. Ayah beresin," katanya melangkah gontai mengambil ceceran sayuran.

Intan tersenyum, "I love you ...."

"Love you too," jawab Rudi lemas.