Jika mendengar Uni Sovyet pada perang Dunia II apa yang terlintas di benak kalian? Pasti tergambar bagaimana heroiknya pasukan sovyet membalikkan keadaan di front timur Perang Dunia II ketika menghentikan laju pasukan Jerman Nazi dan bagaimana dunia menahan nafasnya ketika pertempuran penentu di Stalingrad terjadi ? dari kejadian yang terekam jelas di benak kalian terutama ketika kalian menyaksikan Film seperti Enemy at The Gates atau film My Way pasti akan setuju dengan satu kata yaitu, Ngeri!



Dalam kedua film tersebut diberikan gambaran bagaimana ganasnya pertempuran yang terjadi. Namun, pertempuran yang terjadi jelaslah berbeda dengan front lainnya yang ada pada masa Perang Dunia II. Dalam salah satu scene film tersebut pasti memuat adegan dimana banyak tentara Sovyet yang kabur mundur dari pertemuran akan di tembak habis oleh rekannya sesama Prajurit Sovyet. Hal ii memang benar adanya, bahkan perintah untuk menembak prajurit yang mundur dikeluarkan secara resmi oleh perwira tinggi pasukan merah Sovyet yang ditanda tangani langsung oleh Josep Stalin selaku komisar Pertahanan Rakyat atau pemimpin tertinggi sovyet. Perintah itu dikenal dengan nama Order 227 atau Perintah Nomer 227 yang di tanda tangani pada 28 Juli 1942. Kalimat yang terkenal dari perintah itu adalah “Tidak ada satu langkah Mundur” atau dalam bahasa rusia tertulis Ни шагу назад! / Ni shagu nazad!), yang menjadi slogan pemberontakan Soviet melawan invasi Jerman.




Perintah ini dilatarbelakangi oleh semakin mundurnya moral dan banyaknya wilayah Sovyet yang jatuh ke tangan Jerman Nazi. Secara berturut wilayah bagian barat Sovyet jatuh ke tangan Wehrmacht sampai pada pertengahan September 1942, jerman sudah merangsek masuk 1000 Mil ke arah timur Sovyet dan hanya tertahan oleh sebuah kota yaitu Stalingrad. Pada saat pertempuran di Stalingrad, perintah 227 dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan sekuat tenaga kota Stalingrad yang dianggap sebagai simbol politik dan wujud kekuasaan militer Sovyet . Stalingrad yang artinya Kota Stalin tidak boleh jatuh karena akan kian menurunkan moral rakyat Uni Sovyet. Dengan segala daya upaya dikerahkan salah satunya diberlakukan perintah 227. Usaha ini dibarengi dengan melakukan serangan frontal ke basis pertahanan musuh. Hasilnya jelas, korban besar diderita oleh ihak Sovyet. Banyak prajurit yang mundur ditangkap atau yang lebih parahnya lagi di tembak di tempat. Mereka dianggap sebagai pengecut dan penghianat bangsa yang memalukan.




Mereka yang tertangkap akan dimasukan dalam Penal Batalyon. Penal Batalyon adalah sebutan untuk mereka yang tertangkap mundur tanpa adanya perintah resmi atasan dan dianggap penghianat. Hukuman mereka yang berkhianat dan pengecut ini akan dimasukan dalam Penal Batalyon yang bertugas melakukan misi bunuh diri. Meraka akan menjadi yang terdepan berjalan di ladang ranjau dan menjadi pengetes ledakan. Begitu sati orang meledak satu yang lainnya akan menggantikannya begitu seterusnya. Atau mereka juga akan diberikan tugas untuk meledakan diri ke depan posisi musuh atau misi bunuh diri lainnya. Diperkirakan Penal Batalyon berjumlah sekitar 430.000 orang yang setengahnya tewas atau hilang.





Selain Penal Batalyon, Perintah 227 juga menghadirkan unit pasukan baru yang dinamakan Blocking Detachmen atau dalam bahas Rusia disebut dengan zagradbat. Berkekuatan sekitar 200 orang, mereka lah yang menjadi algojo bagi prajurit yang dianggap penghianat. Dalam unit ini, bersenjatakan Senapan Mesin jenis Maxim dan juga dilengkapi dengan Senapan SMG berjenis PPSH. Dalam unit ini biasanya memiliki satu orang perwira politik yang memimpin. Menurut estimasi, sekitar 158.000 orang tewas di tangan algojo ini. Bahkan pada minggu awal pertempuran Stalingrad saja sekitar 15.000 Prajurit dari pihak Sovyet tewas dihabisi oleh rekan mereka sendiri.





Mengerikannya Perintah 227 ini menjadikan Pasukan Sovyet lebih disiplin. Bagi mereka perang yang ada di depan mata adalah perkara mati, baik mati di tangan musuh atau di tangan kawan. Menjadikan semnagat bertempur pasukan Sovyet menjadi semakin beringas dan mengerikan. Mereka menjadi pasukan yang tidak takut mati. Seringkali gelombang serangan manusia yang dilancarkan oleh Sovyet menjadikan pertahanan Jerman kalang kabut. Saking banyaknya serangan yang dilakukan, pasukan jerman sering kali kehabisan peluru yang mengharuskan mereka bertempur dengan tangan kosong. Manambah kesan horor pertempuran di Stalingrad. Dengan serangan yang mengerikan itu perlahan garis pertahanan Jerman semakin menipis dan ahirnya pengepungan Stalingrad dapat dipatahkan. Dengan semangat itulah pertempuran Stalingrad dapat dimenangkan dan menjadi titik balik perang dunia II di Front Timur. Walaupun menang, angka yang harus di tebus sangatlah mahal bagi pihak Sovyet. 3 juta nyawa prajurit dan penduduk Stalingrad melayang akibat upaya merebut ”kota Stalin’ tersebut.




Perintah 227 seringkali dianggap sebagai taktik yang barbar oleh beberapa pengamat militer barat. Namun, mereka semua lupa dengan adanya Perintah 227 tersebut memungkinkan Sovyet membalikkan keadaan dan mengubah jalannya Perang Dunia II dan memperlambat Jerman menguasai Eropa sampai penerjunan sekutu di Pantai Normandy tahun 1944. Dalam pertempuran Stalingrad ditujukan bagaimana kengerian demi kengerian yang dilakukan Sovyet untuk bertahan dan membalikkan keadaan. Perintah 227 bagaimanapun juga berperan penting dalam kemenangan Sovyet atas Jerman di Perang Dunia II.

SUMBER

SUMBER 1
SUMBER 2
SUMBER 3