Oleh : Petrus Kia
Sumber Inspirasi Bulan Februari 2019.


Foto Ilustrasi

Ibarat rindu cumbui Monalisa, kisah kasih penuh tawa diruang nostalgia.
ah, Monalisa, ku ingin ludahi kebodohanku ini.

Cerita lepas, terlintas dibenak akan seorang teman ku. Cerita akan hadirnya aplikasi milik Jan Koum bersama dengan Brian Acton, yaitu aplikasi WhatsApp. Aplikasi instan messaging ini lagi tenar-tenarnya di Kabupaten ku Flores Timur.

Mungkin saja teman ku, yang konon katanya paling hebat, hebat dalam menulis, hebat dalam berargumen bahkan tidak suka digurui ini belum familiar dengan dunia komputer (internet). Sehingga tidak berlebihan jika aku nobatkan dirinya Gagap Teknologi (Gaptek).

Suatu ketika, Ia menanyakan kepada ku, " dimana aku bisa mendapatkan kartu yang bisa WhatsApp,?"

Yah, entah apa yang Ia maksud kan itu membuat ku semakin bingung. Tanya ku dalam hati, kok bisa orang yang merasa hebat di Kabupaten ini, orang yang merasa berkuasa di profesinya ini, bisa-bisa nya menanyakan hal bodoh ini kepada ku,?

Itulah sob, terlalu menganggap orang tidak bisa berbuat apa-apa, orang yang diam bukan berarti tidak bisa berbuat, tetapi diamnya mereka karena menertawakan kebodohan mu itu.

Mari kita tertawa, sebelum tertawa itu dilarang.
Mari kita ajari cara berteknologi sebelum kita dianggap Gaptek dalam hal ini.

Kami pun tidak mau membiarkan kebodohannya ini membias. Yah, aku menyarankan agar Ia pelajari lagi yang namanya aplikasi. Mudah didapat bahakan gratis kita unduh melalui Play Store.

Inilah yang selalu aku khawatirkan, selalu aku takuti. Ternyata orang hebat ini kok bisa menanyakan beli kartu WhatsApp.
Di atas langit masih ada langit.

Jadi jangan membuat diri luar biasa, Tidak menghargai sesama temanmu, akibatnya mereka akan menertawai mu seperti ini.