Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sultanmasikerenAvatar border
TS
sultanmasikeren
Aku Merindukanmu (3)


Saat itu, sudah lewat sekian menit dari waktu yang kami tentukan. tapi aku lega saat menyadari bahwa aku tiba lebih dulu. aku memilih tempat yang paling dekat dengan pintu masuk kafe. pikirku, agar ia tak kesulitan mencari.

tadinya aku berdebar. lama-lama, aku malah sebal sendiri sebab ia tidak datang-datang. bukan aku tak sabar. tapi entah. kepalaku tidak berhenti celingukan ke luar jendela.

ia datang lalu aku terkekeh. kami membicarakan apapun yang terlintas di kepala. membolak-balik buku menu, membahas lagu yang tengah diputar, mengomentari hal-hal kecil, intinya aku senang.

"gimana ya, biar hilang? ini loh, kayak beruntus gitu, di sini," ia berucap seraya menyentuh pangkal hidungnya dengan ujung-ujung jemari.

"apa sih? nggak ada apa-apa tuh," balasku heran sembari memperhatikan.

"itu, tuh, di kamu juga ada,"

aku jadi ikut memegang pangkal hidung. berusaha memahami apa yang ia permasalahkan. "komedo?" tanyaku.

"bukan. ini, nih, lihat," ia mendekatkan wajahnya. tingkahnya malah membuatku hilang fokus.

"mana, sih?"

"ini!" ia gemas sendiri. "eh, udah, jangan dekat-dekat, bahaya," ia kembali menegapkan badan ke posisi semula. aku tergelak karena ucapannya. memang bahaya. dasar.

ada lagi yang paling kuingat. ini terjadi karena saat itu paket internetku habis. aku rewel, menyuruhnya menanyakan kode akses wifi kafe ini.

"mas, mas," ia memanggil pelayan yang kebetulan melewati meja kami. "kode akses wifi di sini apa, ya, kalau boleh tau?"

"jodohmu di depanmu,"

"apa?"

"jodohmu di depanmu."

ia tergelak keras. sebab yang duduk di hadapannya adalah aku, orang yang belum seminggu mengenalnya. aku menunduk, berdebar, ikut tertawa. entah mengapa tiba-tiba merasa canggung dan malu. apa karena waktu itu aku sudah suka?

***

dulu, aku pernah menghabiskan malam bersamanya. menikmati lampu-lampu jalanan, angin dingin, suara kendaraan, sembari cekikikan berdua. tak jarang pukulan pelanku mendarat di bahunya.

"jadi, perasaan kamu gimana?" ia bertanya.

"perasaanku?" aku terkejut.

"sayang nggak, sama aku?" suaranya terdengar jelas meski kami sedang di atas motor.

aku tertawa. takut jika kujawab serius, ternyata ia hanya bercanda, "apa sih?"

"buru, jawab!"

"memang kenapa?" kutanya balik. aku sebetulnya kurang menyukai situasi ini. sebab dadaku berdebar terus. lidahku juga jadi sulit melafalkan kalimat.

"jawab aja,"

aku menghela napas. menyiapkan hati, "iya," jawabku.

"iya, maksudnya iya apa?"

"astaga!" entah keberapa kali aku memukul bahunya, "masa nggak paham?"

ia tertawa kecil, "iya kan bisa iya nggak sayang, bisa iya sayang,"

aku marah-marah. ia memang paling menyebalkan. "iya, aku sayang," akhirnya kuucapkan. beruntung ia tak bisa melihat wajahku yang sudah merah padam.

setelah itu, aku menutupi kecanggungan hatiku dengan tertawa. sambil berhati-hati agar tak salah tingkah. aku juga ingat. aku sudah memintanya untuk pulang saja, tapi ia bersikeras untuk mengantarku dulu.

"pulang aja, aku bisa ke rumah sendirian. tadi katanya ngantuk, kan?"

"udah jam segini. jangan ngeyel," ia menukas. alisnya mengerut tegas. jadi aku tak bisa menolak.

aku bahagia di malam itu. tapi sedih, saat kami berpisah. padahal sudah sampai waktu sahur begini. tapi entah. aku tiba-tiba merasa betah berada di sisinya.

***

kami kekenyangan. bakso ojolali itu memang enak, apalagi sambalnya pedas. sampai kini pun kami masih rajin mengunjungi.

"mau cium," aku menyampaikan kejujuranku.

"ramai, bodoh!" ia tertawa, meledekku di detik itu juga.

"ih!" aku manyun. justru ia yang bodoh. jika aku bilang mau cium, berarti aku sedang ingin dicium, bukan sedang meminta dicium. aku kan juga tau kalau ini ramai. dasar. untung aku suka.

***

kebiasaan burukku adalah aku belum terbiasa bertatapan dengannya. setiap berbincang, pandanganku pasti kualihkan ke ponsel, atau minuman dalam gelas yang kuaduk, atau apapun selain matanya.

malam itu, tak lama setelah minum kami habis, kami beranjak dari kafe ke sebuah mall di daerah bekasi.

kami bercanda saat terjebak macet. saling menggenggam saat menyebrang jalan. lalu berniat menikmati merdunya nyanyian.

"itu siapa, sih?" setengah berteriak aku menyipitkan mata, berusaha mengenali penyanyi cantik yang tengah bersenandung di atas panggung.

"oh! itu marion jola!" jawabnya kemudian seraya terkekeh, membuatku menyikut lengannya pelan.

ada lagi yang tak bisa kulupa. di malam itu juga. kira-kira begini. aku tak bisa lama-lama menemaninya. sebab aku tak siap menelan omelan ayah bunda di rumah jika aku pulang terlalu larut. yang membuatku gemas adalah, ia terlihat seperti masih betah berdua denganku. lucu.

"pulang, nih?" tanyanya.

"umm, iya. takut kemalaman!" jawabku.

"bener, nih? pulang?" ia menggoda, tanpa melihatku.

"ih! iya, takut dimarahin,"

"yakin? pulang sekarang?"

"iya!"

"beneran?"

aku mendengus kesal. tapi juga tak bisa menyembunyikan senyum malu-malu. astaga. ia lucu, aku gemas. jadi makin suka.

***

ia tetap berada di sebelahku, menuruti kemauanku. padahal sedang mengantuk. seperti biasa. ia menemaniku menyantap nasi goreng, sembari sesekali melempar guyonan khasnya yang ringan dan hangat.

ada seorang bocah mungil menghampiri kami. di tangannya membawa beberapa tisu yang kemudian ia tawarkan.

awalnya, aku menolak dengan halus sebab merasa tak begitu membutuhkan tisu. tapi lelakiku buru-buru menahan gerak si bocah yang baru saja ingin beranjak pergi.

"satunya berapa, dek?"

"lima ribu,"

selanjutnya, lelakiku menerima tisu, sedang si bocah menerima lima ribu. bocah itu pergi setelah lelakiku mengucap terima kasih.

"aku suka kasihan, sama anak yang kehilangan masa kecilnya seperti tadi," ucapnya iba.

aku tersenyum tipis. yang dibilang mamanya terbukti benar. lelakiku ini memang baik. jadi makin suka.

***

"re?"

"kenapa?"

"gapapa."

lalu ia menatap sinis, membuatku cekikikan. memang. hobiku adalah memanggilnya, lalu tak membicarakan apa-apa. aku suka saja. kadang, aku menatap punggungnya, lalu berpikir, kenapa dia bisa suka aku juga?

maksudku begini. aku bukan perempuan cantik. sedang yang ia sukai adalah perempuan cantik. tapi ia bilang kalau ia suka aku, padahal ia suka perempuan cantik, dan aku bukan perempuan cantik, tapi ia suka aku! ah, aku juga tidak pintar, aku juga tidak—apalagi, ya? pokoknya, tak ada apapun yang bisa dibanggakan dariku.

"kamu kenapa bisa suka aku?" aku bertanya di seberang telepon.

"memangnya kenapa?" sesuai dugaanku, ia malah bertanya balik.

"pengen tau," balasku.

"tapi aku juga nggak tau. tiba-tiba suka,"

aku memiringkan bibir, sebab tak puas dengan jawabannya.

belum sempat aku bertanya kembali, ia lebih dulu bertanya hal yang sama, "kalau kamu, kenapa, kok bisa suka aku?"

aku berpikir keras. tapi tidak ada jawabannya. "nggak tau juga," jawabku.

"lah, ikut-ikut!" protesnya.

"memang aku nggak tau!" aku tergelak.

"nggak boleh gitu, harus ada alasan!" ujarnya.

tuh, kan. ia sangat menyebalkan. aku sebal, tapi sekaligus sayang juga.

***


#Repostfromriana
#SepenggalCeritaKawan
Diubah oleh sultanmasikeren 01-08-2019 06:09
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
6
1.2K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.