IndonesiainfoAvatar border
TS
Indonesiainfo
Mata Pena Bersembunyi Dibalik Ketiak Kapitalis
Catatan Lepas ll : Petrus Kia Adonara




Pers nasional hari ini di era reformasi dan keterbukaan; sedang digerogoti virus dan tumor yang merusak. Meski demikian tiap orang yang memandang dari luar menampak sehat.

Pers nasional dengan komponennya berbagai wahana media informasi dan konfirmasi dan ujung tombaknya para pelaku jurnalistik; adalah pers yang dinodai oleh berbagai kepentingan para pemilik modal dan media dengan sedikit mengakomodir kepentingan publik.

Apriori terhadap pers nasional yang benar-benar independen masih pantas dilontarkan oleh siapapun, karena belum dapat dikatakan memenuhi keinginan publik.

Bagai borok zaman reformasi. Era kebebasan berpendapat yang menumbuhkan banyak media, tercoreng dengan munculnya oknum-oknum wartawan yang mengaku pejuang keadilan tetapi kok kasus yang diduga korupsi, selalu diamankan.

Bagai borok zaman reformasi. Era milenial dekat dengan para Kapitalis, integritas dan nilai etika profesi dilacurkan demi isi perut. Aku mohon jangan sembunyikan mata penamu dibalik ketiak para Kapitalis itu....sumpah ini profesi sungguh sangat mulia.

Aku ingin jurnalis berpegang teguh dengan independen dan idealis jurnalis, agar tidak berpengaruh apapun selain idealisme, visi, dan misi media mu itu. (kok, Catatanku romantis seperti surat adinda Amar Ola Keda ya, hehehe)

Saudara, media itu anjing penjaga (watchdog) demokrasi, bukan humas, apalagi pujangga istana. Sayangnya, bila kita amati secara saksama, media di Indonesia saat ini fungsinya sudah berubah 180 derajat.

Media-media arus zaman, kebanyakan sudah menjadi alat penguasa. Mereka sangat galak dan rajin menggonggong kepada kelompok oposisi dan masyarakat madani. Sebaliknya menjadi alat legitimasi, berbagai kebijakan pemerintah. Dalam beberapa kasus, bahkan menjadi bagian dari operasi mendelegitimasi oposisi.

Banyak fakta seputar ini. Yang paling kontroversial dan banyak dibicarakan di Kabupaten Flores Timur tercinta adalah pembangunan gedung baru DPRD Kabupaten Flores Timur dan JTP Sagu. Timbul ada beberpa media yang menyoroti kasus itu, dan kebalikannya ada sejumlah media di Flores Timur mencoba mengklarifikasi dan menenggelamkan pemberitaan yang kini Viral "JTP Sagu". Peristiwa ini bisa menjadi studi dan pembahasan yang menarik tentang eksistensi media di Flores Timur.

Bagaimana mengembalikan kepercayaan publik terhadap setiap pemberitaan mu, dimana publik sudah menggap mata penamu dibawah Ketiaknya para Kapitalis?

Secara alami dan sisi idealisme, tugas media bukan membela pemerintah. Itu adalah tugas humas pemerintah. Secara lugas pendiri harian Kompas P.K. Ojong menyatakan: “Tugas pers bukanlah untuk menjilat penguasa tapi untuk mengkritik yang sedang berkuasa.”

Tugas media berbeda dengan para pujangga istana yang menggambarkan para penguasa dan kroninya sebagai manusia sempurna. Manusia titisan dewa, yang tak pernah salah, dan semua titahnya tak boleh ditentang.

Dalam negara demokrasi, kekuasaan itu harus dikontrol. Tanpa kontrol, kekuasaan yang besar akan cenderung menjadi korup. Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely (Lord Acton). Media adalah salah satu elemen utama yang harus menjalankan peran itu.
Maka kemudian muncullah terminologi, media sebagai watchdog, demokrasi. Saking pentingnya media dalam negara negara demokrasi sampai disebut sebagai the fourth estate, pilar ke-empat demokrasi, di luar eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Sebagai pilar dia harus tegak dan kuat. Berdiri sama tinggi dengan cabang-cabang kekuasaan lain, terutama eksekutif. Peran ini sangat terasa pada awal kemerdekaan RI, sampai pada masa awal Orde Baru. Tirto Adisuryo, Djamaluddin Adinegoro, dan Mochtar Lubis, adalah beberapa nama dari sederet tokoh yang bisa disebut sebagai ikon media pergerakan di Indonesia.( sendiri referensi biar tau perjuangan pendahulu kuli tinta kita).

Setelah saya mendapatkan beberapa link berita dari Media mu, terlintas dibenak ku, apa yang mau klarifikasi lagi, mau kembalikan citra dan cintamu kepada Monalisa.? Monalisa sudah dalam pelukan nya senja.
Mari kita bernostalgia saudara, naluri investigasimu masih dibawah. Jadi jangan merasa hebat di masyarakat.

Mari kita saling mengoreksi diri menyambut Hari Pers Nasional di tanggal 9 Februari 2019 nanti.
Sebagi masyarakat yang selalu kagum pada profesi ini, hanya satu harapan saya, Jadilah jurnalis sejati, jangan jadi jurnalis yang taunya hanya mengklarifikasi.....

SENAREKO..

*) Batulicin Tanah Bumbu Kalsel
Diubah oleh Indonesiainfo 31-01-2019 15:59
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
780
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen JournalismKASKUS Official
12.5KThread3.4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.