IndonesiainfoAvatar border
TS
Indonesiainfo
Catatan Lepas : Masih Adakah Idealisme Wartawan di Flotim,?

Foto Ilustrasi

Catatan Lepas oleh : Petrus Kia Adonara

Berbagai persoalan yang terjadi di Kabupaten Flores Timur,  Propinsi Nusa Tenggara Timur, akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik, hingga reaksi beragam juga muncul di media sosial oleh para netizen.

Persoalan-Persoalan yang menjadi perdebatan itu antara lain, adanya rencana pembangunan gedung baru DPRD Kabupaten Flores Timur  di Kelurahan Waibalun,  Kecamatan Larantuka dan Jembatan Tambatan Perahu (JTP) di Sagu pulau Adonara, yang diduga bermalasah.
Akibatnya sang juru warta (baca: wartawan) pun tidak luput dari sorotan publik di Kabupaten Flores Timur.

Media-media lokal seperti Diantimur. com dan zonalinenews.com, mendahului menyajikan pemberitaan hangat yang kini topik pemberitaan itu menjadi Viral di media sosial.

Diantimur.com dengan topik pemberitaan " Pembangunan JTP Sagu Sarat Korupsi : Segera tangkap PPK dan kontraktor," disusul Zonalinenews.com, dengan judul beritanya, " PPK JTP Sagu Sejak Awal Keberatan Soal Lokasi Namum di Paksakan."

Akibat pemberitaan itu, reaksi pun muncul dari para aktivis, mahasiswa maupun dikalangan akademis Flotim. Mereka menuntut agar proyek ini segera mendapatkan perhatian khusus dari Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Masyarakat dibingungkan lagi dengan sajian pemberitaan dari Media Online milik SITKOM Bali, dengan media onlinenya www.balinewsnetwork.com. Media Balinewsnetwork pun datang dengan judul beritanya, " Pembangunan JTP Sagu Tahap Pertama Berjalan Normal, Inilah Riwayatnya."

Dalam ulasannya Balinewsnetwork menyoroti jika Pembangunan JTP di desa Sagu, kecamatan Adonara, Flores Timur yang lagi santer diributkan  warganet akhir-akhir ini ternyata dipicu oleh beberan informasi yang keliru baik oleh oknum masyarakat  maupun oleh pemberitaan beberapa media online.

Khusus untuk pemberitaan media online, banyak penjelasan PPK JTP Sagu  yang terpotong sehingga membias pada kesalahan sajian informasi yang berdampak pada penafsiran miring oleh publik Flotim, seolah-olah ada masalah dalam pekerjaan tersebut.

Leonardus Neko Keban, selaku PPK JTP Sagu seperti yang dikutip dari Media Online Balinewsnetwork ini, mengaku kesal dengan cara penyajian berita dari wartawan  media online yang mewancarai dirinya, baik di kantor maupun melalui telepon. Banyak penjelasan darinya  yang terpotong bahkan tidak dimasukan dalam sajian berita media sehingga terputus pula hakikat fakta sesungguhnya.

Dari pemberitaan inilah, warga net seperti dibuat geram, banyak dari mereka (warganet-red) menyoalkan pemberitaan yang disajikan oleh Balinewsnetwork. com. Diduga wartawannya menulis akibat ada pesan sponsor.

"Jangan ada dusta di antara kita, Integritas seorang wartawan Flotim sedang dipertanyakan," tulis Maria Ensa Riberu dalam komentar nya pada link berita Balinewsnetwork.com.

"Mengapa ada wartawan tiba-tiba datang dan menulis dng berita klarifiikasi,? bahkan menyalahkan pemberitaan teman profesinya,? Disinilah integritas jurnalis diuji. Bahkan, saya menduga wartawan ini tak punya kemampuan sama sekali menginvestigasi sebuah persoalan yang mash misteri," tulis aqun Amar Ola (wartawan Liputan6), mengomentari link berita Balinewsnetwork. com yang di share oleh Wartawan Balinewsnetwork.com, Eman Niron.

Masih adakah idealisme wartawan? Pertanyaan ini sungguh menohok. Apa itu idealisme wartawan? Jawaban gampangnya ialah seorang wartawan yang dalam menjalankan profesinya selalu dituntut bersikap netral, jujur, berimbang dan bertanggung jawab.

Soal tanggung jawab wartawan, Theodore Peterson dalam buku Four Theory of The Press menyebutkan bahwa pers dalam negara demokrasi memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada masyarakat, ketika menjalankan fungsi-fungsinya.

Secara tegas teori ini mengungkapkan bahwa wartawan sebagai salah satu unsur terpenting pers, dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, terutama ketika membuat berita dan menyiarkannya kepada publik.

Sebagai salah satu subjek penting dalam dunia pers, wartawan mempunyai dua fungsi yaitu pertama sebagai seorang profesional. Dalam fungsi ini, seorang wartawan berkewajiban menyampaikan berita kepada publik agar masyarakat well inform.

Dunia pers identik dengan media massa (surat kabar, majalah, televisi dan radio) serta media online (website). Wartawan zaman now, dinilai sebagai profesi atau pekerjaan yang banyak menghasilkan uang, kenal dan akrab dengan sejumlah selebritis, atlet, pejabat dan konglomerat.

Rekan-rekan seangkatan saya di dunia pers (sekitar tahun 1994 lalu), saat ini sudah banyak yang sukses. Mereka ada yang jadi anggota parlemen, direktur marketing perusahaan otomotif, staf ahli lembaga survey. Bahkan, ada yang jadi bos dalam bisnis properti dan owner media online.

Saya tidak tahu, apakah rekan-rekan saya masih kuat memegang idealisme? Atau mungkin saja, jabatan dan harta benda yang mereka miliki merupakan hasil dari  ‘penjualan’ idealismenya. Itu semua hanya mereka yang tahu.

Berprofesi sebagai wartawan di era milenal, sangat sulit untuk tidak bersentuhan dengan uang dan harta benda. Antara kepentingan profesi dan kebutuhan hidup, tanpa disadari sering bercampur jadi satu.

Sebagian besar masyarakat menganggap, profesi wartawan sebagai salah satu jalan pintas untuk cepat menjadi kaya raya. Namun, itu semua tergantung dari niat orangnya. Ada sejumlah wartawan yang menjual idealismenya kepada kelompok kapitalis dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah uang dan harta benda.  Kalau ini terjadi, maka dalam menjalankan profesinya, seorang wartawan akan didikte kaum kapitalis.

Namun, ada juga wartawan yang masih mempertahankan idealisme. Kebutuhan hidup mereka tetap terpenuhi, walaupun terkadang terpaksa harus ngutang sana-sini untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.

Wartawan idealis akan terus berkarya jurnalistik dengan tetap menjaga etika dan bertanggungjawab secara moral, agama serta sosial. Mereka juga akan selalu berhati-hati ketika mengungkapkan data dan fakta berita, agar kebersihan hati dan pikiran masyarakat tetap terjaga.

Semoga saja idealisme pers di Kabupaten Flores Timur khususnya masih ada.
Ada sebuah kenikmatan bathin yang tidak ternilai harganya, ketika seorang wartawan mempertahankan idealismenya yaitu mereka bisa bebas menulis atau meliput apa saja tanpa ‘dicekoki’ oleh kepentingan apa pun. (*)



anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen JournalismKASKUS Official
12.5KThread3.4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.