hannabi98Avatar border
TS
hannabi98
( Review Destinasi Wisata ) Mengintip Satwa Liar Di Ujung Kulon.
Quote:

Photo 1: Dokumentasi Pribadi : ( Potret Padang Cidaong Tempat Para Satwa Liar Merumput ).



Quote:

Photo 2: Dokumentasi Pribadi : ( Memandang Keteduhan Laut Dari Tepi Pantai ).



Yang terbayang saat mendengar Ujung Kulon adalah badak. Ternyata, badak itu pun sulit untuk ditemui. Tapi tanpa badak, Ujung Kulon tetap menawan.

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu world heritage, yang mestinya jadi kebanggaan kita. Banyak orang asing sengaja menabung untuk bisa menyaksikan ragam pesona alam langka yang terkandung di dalamnya, sementara kita, sebagian besar masyarakat Indonesia cenderung lebih memilih jalan - jalan menikmati budaya mall yang instan. Sungguh sayang sekali.

Badak jawa yang jarang muncul.

Tersembul di ujung barat Pulau Jawa, di kawasan darat seluas sekitar 420 kilometer persegi, Taman Nasional Ujung Kulon ( TNUK ) terdiri dari Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Pecuang, dan pulau - pulau kecil lain di sekitarnya. TNUK menyimpan pesona alam langka dan bahkan ( beberapa di antaranya ) tak ada duanya di dunia.

Hamparan laut sepanjang Selat Panaitan ( yang merupakan jalur utama lalu lintas internasional dari Samudera Hindia menuju Laut Jawa dan Laut Cina Selatan ) dan Teluk Selamat Datang yang berbentuk huruf " V ", misalnya, sejak lama menjadi salah satu lokasi favorite para pencinta olahraga selam tingkat dunia. Terumbu - terumbu karangnya memang bukan yang terbaik, tapi disebut - sebut masuk dalam kategori sepuluh besar dunia, sebagaimana situs terumbu karang di kawasan Kepulauan Wakatobi ( Sulawesi Tenggara ), Kepulauan Raja Ampat di Sorong ( Papua ), Kepulauan Derawan ( Kalimantan Timur ), dan Kepulauan Komodo ( Nusa Tenggara Barat ).

Perairan Ujung Kulon juga merupakan habitat hiu yang menarik untuk di amati. Sarangnya, antara lain terdapat di sekitar Karangpocong, Pulau Pecuang.

Hutan tropis basah, dengan ratusan jenis flora berkhasiat medis dan berpotensi dibudidayakan sebagai produk ekonomis, menutup nyaris seluruh areal semenanjung dan pulau - pulau yang ada. Sebuah virgin land, berbatas Selat Sunda dan Lautan Hindia, berpagar tebing - tebing kokoh dan hamparan pantai berpasir landai yang senyap dan tenteram.

Di kawasan konservasi ini hidup liar ragam satwa, yaitu monyet, rusa, kancil, babi hutan, ular sanca, banteng jawa, macan tutul dan kumbang, merak, hornbill ( burung enggang ), buaya muara, biawak, dan banyak lagi. Sang primadona ? Siapa lagi kalau bukan badak jawa ( Rhinoceros sondaicus ), spesies langka yang tercatat cuma 60 ekor, dan cuma bisa di temui di habitat aslinya di Semenanjung Ujung Kulon.

Jujur saja, keberadaan badak jawa ( salah satu alasan mengapa TNUK dijadikan world heritage ) ini merupakan daya tarik utama wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke TNUK. Meski begitu bukan perkara mudah untuk bisa melihat sosoknya.

Para peneliti dan jagawana TNUK sendiri menjuluki badak jawa sebagai si pemalu. Ia sangat sensitif menghadapi hal - hal asing di sekitarnya. Dengan daya penciumannya yang tajam, biasanya ia segera menghindar, bila merasakan kehadiran manusia di dekatnya. Tapi, bila beruntung, seseorang bisa tanpa sengaja bertemu badak. Hmm . . . ternyata tidak mudah juga ya bertemu badak ini ..
0
391
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Travellers
TravellersKASKUS Official
23.1KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.