hannabi98Avatar border
TS
hannabi98
( Cerpen ) Dia pengemis bukan yah ?.
Quote:

Photo 1: Dokumentasi Pribadi.



Teringat beberapa saat yang lalu saya pernah menyaksikan ada tayangan televisi berupa wawancara beberapa tokoh politik soal peraturan baru tentang denda bagi pengemis jalanan bila ketahuan mengemis. " Kalau didenda dengan nominal sebesar itu ( kurang lebih 10 juta ke atas lah ), pasti pengemisnya akan memilih masuk penjara, daripada membayar denda itu. Di penjara - kan malah enak, ada tempat tinggal dan dapat makan secara gratis ". Komentar salah satu dari politisi itu, dan saya setuju pendapat itu. Sebab seseorang mengemis - kan, sebenarnya sekadar untuk mendapatkan sesuap nasi ya toh ( dan sebutir berlian, hehe ). 

" Sedekah kan hak pribadi. Mau empati, simpati, itu urusan masing - masing. Masa mau ngasih sedekah saja dilarang - larang ". Komentar yang lain. Memang kedengarannya nggak masuk akal, ya. Orang mengemis, kok, didenda 20 juta. Kalau memang punya 20 juta, ngapain atuh, dia ngemis ?. Kan bisa buat modal buka warteg atau usaha kecil lainnya !

Saya jadi ingat pengalaman abang saya, saat bertugas ke Cina. Ada aturan kurang lebih serupa. Barang siapa mengemis dan diberi sedekah, akan dihukum. Tanpa bermaksud melecehkan peraturan di negeri orang, seseorang dalam rombongan mendadak jatuh kasihan pada pengemis di Nan Jing Road. Ia tulus memberi sedekah.

Namun, tak sampai hitungan menit, si pengemis langsung dapat hukuman dari petugas. Tapi hukumannya bukan denda uang yang nggak masuk akal, melainkan harus membersihkan kota. Berapa lama dan berapa luas area yang harus disapu terhukum ? Juga ada aturan mainnya sendiri. hasilnya ? Kota jadi bersih dan pengemis benar - benar kapok. Artinya, peraturan yang dijalankan terbukti berhasil. Apakah aturan serupa tak mungkin diterapkan di Indonesia ?.

Quote:

Photo 2: Dokumentasi Pribadi.



Mengekspresikan rasa iba memang perlu ada aturannya. Jangan sampai maksud baik kita jadi nyusahin orang. Seperti teman abang saya tadi. Dia sendiri tak habis menyesali diri telah membuat pengemis Cina itu terhukum, hanya karena menerima sedekahnya.

Atau, lebih ironis lagi, niat baik memberi sedekah, karena kurang periksa, malah salah alamat dan menjadi hinaan bagi seseorang. Ini terjadi pada salah satu om saya sewaktu menyetir di jalan DI Pandjaitan, Jakarta. Bukan hal aneh kalau lampu merah di perempatan jalan itu berlangsung lumayan lama. Begitulah, di saat lampu merah. Om berhenti. Tiba - tiba seorang ibu berkebaya lusuh dan berkain sarung, berjalan agak kepayahan. Ia tak menyebrang di tempat semestinya, hingga terpaksa mencari - cari celah di antara kendaraan, termasuk mobil om saya.

Entah apa yang ada di benak om saya, spontan ia membuka jendela dan mengeluarkan recehan seraya menjulurkannya kepada ibu tua itu. Si ibu berhenti dan menatap si Om dengan pandangan yang sulit diterjemahkan. Om pun mengangguk ramah. Tapi, apa yang terjadi ? " Wah, bapak ini menghina sekali ? " Ujar ibu itu pelan.

Om kaget dan tersipu, merasa barangkali sedekahnya terlalu sedikit. Hanya recehan lima ratus rupiah. Lalu ia bersiap cari tambahan di laci mobil. Namun, si ibu cepat menyela, " Saya mau menyebrang, Pak, bukan mau mengemis. " Ibu itu mengembalikan recehan dan berlalu sambil ngomel.

Om tak mampu berkata - kata, ditambah perasaan gundah. Memang tak sepantasnya menilai orang dari penampilan semata. Mentang - mentah pakaian lusuh, orang menyeberang dikira pengemis, ha .. ha .. ha .. !


Cerita: One of My Family Short Story.

Foto : Dokumentasi Pribadi.

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
426
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.