Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
Tania, Hilang! (EVENT FWM)




Namaku Dinda, kini aku menjadi seorang mahasiswi di salah satu Universitas Negeri di kota sebelah. Siang ini, selepas mengikuti kegiatan keorganisasian di kampus, aku dijemput oleh kekasihku, Bima.

"Bim!!" teriakku dari depan ruang kesenian.
Bima yang sudah menungguku di halaman kampus yang tidak jauh dari tempatku berdiri lalu melambaikan tangannya padaku. Akupun berlari kecil mendekat padanya.

"Udah lama ya?" tanyaku sambil bergelayut manja pada lengan Bima yang kokoh. Bima menoleh padaku sambil memamerkan barisan gigi putihnya.

"Baru 10 menit kok, Sayang, " ujarnya sambil mencubit hidungku pelan.

"Hehe ... Ya udah yuk. Jalan. " aku segera naik ke jok belakang motor Bima.

"Besok jadi tah ke rumah Tania?" tanya Bima sedikit berteriak karena suara bising mesin kendaraan yang lalu lalang di jalanan.

"Jadi sayang ...," sahutku ikut berteriak juga.

Tania adalah sepupuku yang tinggal di Ibukota. Dan besok aku akan menemuinya karena sudah 3bulan terakhir dia tak kunjung memberi kabar pada keluarganya. Tanteku akhirnya meminta bantuanku untuk menengok ke kos nya. Dia seorang mahasiswi juga disebuah perguruan tinggi negri ternama di Jakarta.

======
Aku dan Bima naik kereta menuju Jakarta. Kebetulan disana kami akan dijemput oleh teman kami yang kuliah satu kampus dengan Tania.

"BIM!! " teriak seseorang dari kejauhan sambil melambaikan tangannya pada kami.

"Reno, kan itu yank?" tanyaku sambil masih tetap menatap pria diujung sana.

"Iya, Reno. Yuk samperin" ajak Bima sambil menggandeng tanganku.

"Bro... Sis... Gimana perjalanan?" tanya Reno sambil menyalami kami bergantian.

"Lancar jaya, Bro. "Kata Bima santai.

"Kamu udah lama, Ren?" tanyaku.

"Hmm... Baru 15 menit lah. " kata Reno sambil menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ya udah yuk, langsung ke kosan Tania. "Ajakku.

Kami naik mobil Reno menuju tempat kos Tania.

"Nah, ini nih tempatnya. " ucap Reno ke arah bangunan di depan kami.

Bangunannya bertingkat dengan beberapa kamar ada ditiap lantainya. Mirip apartement. Tapi lebih sederhana. Kami bertiga segera turun dan masuk. Setelah bertanya- tanya pada orang yang lalu lalang, kami berhasil menemukan kamar Tania.

"Tan... Tania... "Panggilku diikuti suara ketukan pintu beberapa kali.

Namun hening.
Semua saling tatap dengan wajah bingung. Tak lama ada seorang wanita yang akan keluar dari kamar sebelah Tania.
"Maaf Mba... " panggilku sambil mendekat padanya.

Dia menoleh pada kami dan menatap kami satu persatu.
"Ada apa ya?" tanyanya heran.

"Mba... Tau nggak, pemilik kamar kos ini kemana? " tanyaku sambil menunjuk kamar Tania.

Seketika wajahnya pucat.
"Maaf saya nggak tau! " ucapnya tergesa gesa sambil menenteng beberapa tas ditangannya

"Mba... Mba... Tolong kami. Kami jauh jauh kesini buat cari Tania. Udah 3 bulan dia ilang. Nggak ada kabar. Mba... Tolong, apa yang mba tau soal Tania? " bujukku dengan tatapan mengiba.

"Iya, Mba. Tania kemana emangnya kenapa mba kayak ketakutan gitu?" tanya Reno ikut menanggapi.

"Dia... Dia hilang sekitar 3,5 bulan lalu. Beberapa penghuni kos nggak tau dia kemana, tapi kami juga kadang melihat dia, entah di tangga, koridor, lobby, bahkan kemaren yang tinggal di kamar sebelah situ!"tunjuk nya ke kamar depan Tania, "juga melihat Tania berdiri di balkon kamarnya. Hanya, tiap kami tegur dia nggak ada respon. Bahkan dia aneh. Gosip yang beredar, dia udah... Mati. "

"Hah? Yang bener Mba. Jangan main - main mba sama omongan. " ujar Reno agak takut.

"Kalau kalian nggak percaya, ya udah terserah. Itulah alasan saya pindah kos. Saya takut sebelahan sama kamar kos angker.. Ih... " katanya bergidik ngeri lalu melenggang begitu saja.

Kami bertiga menjadi tegang. Kulihat gurat ketakutan pada wajah kedua pria dihadapanku ini.
"Gimana?" tanya Bimo.

"Aku mau masuk! Aku harus cek sendiri. Mungkin ada petunjuk dimana Tania. " paksaku lalu berjalan ke depan kamar Tania.

Klek
Klek
Klek

Handle pintu ku buka beberapa kali. Namun terkunci.
Kuintip keadaan didalam dari lubang kunci. Dan...

"Astaga!! Tania!! " pekikku lalu menatap Bima dan Reno.

"Hah? Yang bener, Din!" Reno terkejut lalu ikut mengintip dari lubang kunci.

"Tadi aku liat ada Tania lagi jalan. " jelasku ke Bimo yang sedari tadi masih diam.

"Nggak ada ah, Din! Ngigo lu ah! " cetus Reno.

"Ya ampun bener loh, Ren. Coba aku liat lagi! " kudorong Reno agar menyingkir. Dan kembali ku intip kamar Tania dari lubang kunci.
Dan lagi lagi, aku melihat Tania yang masih memakai baju tidur berwarna putih lewat begitu saja. Dia seperti sedang mondar mandir didalam.

"Tuh kan! Iya bener! Dia ada didalem loh. Buka deh, Yank! Buruan! " pintaku ke Bima dengan sedikit memaksa.
Bima dan Reno saling pandang lalu mendobrak pintu kamar Tania.

Braaaaak!

Pintu berhasil dibuka paksa. Namun, kami bertiga malah terpaku didepan pintu. Entah kenapa suasana kamar Tania agak aneh.

"Serius nih, mau masuk? Tadi aja tu cewek bilang ni kamar horor loh, Din. Tania udah jadi setan! Gue ogah ah masuk. " tolak Reno takut.

Aku tak memperdulikan Reno lalu masuk ke dalam begitu saja.
"Udah, masuk!" paksa Bima dengan menarik tangan Reno mengikutiku masuk kedalam.

Sampai didalam, kamar ini masih kelihatan rapi, hanya di meja ruang tamu banyak kertas kertas berserakan. Akupun mendekat dan memungut selembar kertas yang ternyata ini adalah tugas tugas kampus Tania yang mungkin sedang dia kerjakan.

"Sayang..., " panggil Bima.

Aku menoleh dan mendapatinya sedang duduk di meja komputer Tania yang ternyata masih menyala.

"Kenapa, Bim?" tanyaku mendekat.
Reno pun ikut mendekat.

"Dimana mana nggak ada petunjuk apa apa" terang Reno.

"Liat nih. " tunjuk Bima ke komputer Tania.

Ku kernyitkan kening sambil mengamati lebih rinci.
"Ini apa sih?" tanyaku penasaran.

"Kamu nggak tau ini apa?" tanya Bima malah balik bertanya padaku.

"Deep web! " ucap Reno dingin.

"Apa? Deep web?" tanyaku bingung.

"Kamu nggak tau deep web?" tanya Bima.

"Hmm... Iya, aku tau. Tapi maksudnya kenapa Tania buka situs ini?" tanyaku penasaran.

Bima mulai melihat komputer Tania dan sangat berkonsentrasi.

"Liat nih! Tania lagi buka situs tentang Human trafficking! " kata Bima antusias.

Dan disana, ada beberapa video yang dapat kami tonton tentang perdagangan manusia. Bagaimana mereka di culik dan lalu disekap.
Ada yang dijual, sebagai pramuria, ada yang disiksa, bahkan... Dibunuh.

Kami terus melihat video itu sampai habis, dan video terakhir. Lokasinya...
APARTMENT TANIA?!

Kami bertiga saling pandang, ketegangan mulai kami rasakan saat tau lokasi video terakhir ada di sini.
Terlihat di video itu ada beberapa orang datang dengan pakaian hitam hitam dan memakai penutup wajah. Lalu terus berjalan menuju mencari cari sesuatu atau bahkan seseorang.
Hingga mereka berhenti didepan kamar ini.

"Tunggu! Serius gue takut beneran sekarang. Mending kita lapor polisi aja, terus mereka yang urus deh. " pinta Reno.

"Tunggu Ren! Kita liat dulu video nya. Lagian kita nggak bisa sembarangan lapor polisi kalau belum ada bukti yang kuat. " terang Bima masih terus melihat video itu.

Akupun sependapat dengan Bima, walau jujur aku takut akan apa yang kami lihat. Aku takut membayangkan yang terjadi pada Tania.
Kami kembali fokus melihat kelanjutan video itu, walau Reno terus merengek ingin pergi.

"Tuh, Tania!" tunjuk Bima.

Tania terlihat memakai baju tidur putih lalu membuka pintu dengan santainya. Orang- orang tadi langsung merangsek masuk kedalam dan langsung membekap mulut tania lalu mengunci pintu. Kemudian mereka mengikat Tania pada sebuah kursi kayu yang ada ditengah ruangan. Kami menoleh ke kursi itu yang ternyata letaknya masih ada dan sama seperti di video itu.

Bima menatapku dengan seolah sedang mengajukan pertanyaan yang tidak tau apa, dan aku hanya mengangguk pelan menanggapinya. Bima kembali melanjutkan video itu. Tania yang sudah dalan keadaan diikat, lalu didekati oleh salah satu pria bertubuh tambun dengan sebilah pisau yang kurasa sangat tajam. Tania meronta agar bisa terlepas, pria itu mengarahkan pisaunya ke wajah Tania lalu menggoresnya perlahan. Darah mengalir dari pipinya. Tak hanya pipi, tapi leher lengan semua tak luput dari benda tajam berkilau itu. Hanya dalam hitungan menit, tubuh Tania penuh luka sayatan. Kini pria itu mendekatkan pisaunya ke mata Tania. Entah kenapa tidak ada suara sedikitpun dari video itu. Hanya gambar saja. Dan aneh, siapa yang merekamnya.

Jleeeeb!

Mata Tania ditusuk dan dicongkel keluar dari tempatnya. Tania terlihat kesakitan dan berteriak namun tidak terlihat tanda-tanda orang lain masuk untuk menolongnya. Apakah kos ini saat itu sepi? Atau suara Tania memang tidak dapat didengar orang lain?

Aku menutup mataku dan benar benar ketakutan dan takut melihat hal itu.
"Udah! Aku nggak mau liat. Aku nggak kuat! " aku beranjak dari kursi samping Bima dan Reno kini malah penasaran pada video itu. Aku berjalan ke arah balkon kamar karena tidak tahan dengan adegan kekerasan itu. Semilir angin menerpa tubuhku dan rasa dingin mulai kurasakan. Dingin nya lain. Tiba tiba aku mencium bau busuk yang cukup menyengat. Hingga kututup hidungku rapat rapat. Tapi, aku kembali masuk untuk mencari dimana asal bau ini berasal. Apakah... Tania? Karena melihat video tadi, aku menjadi berfikir kalau Tania memang sudah meninggal.
Aku mendekat ke sebuah ruangan yang sepertinya kamar mandi. Reno dan Bima seketika menoleh ke arah ku.
"Sayang... Mau ngapain? " tanya Bima.

"Bau busuk disini..., " sahutku sambil kutunjuk pintu didepanku.

"Din... Tania... " kata Reno ragu.

"Hm... Tania udah meninggal kan?" tanyaku yang sudah yakin akan jawabannya.

"Tapi, Din... Tania..., " kata Reno lagi lalu menunjuk komputer didepannya.

Walau jaraknya agak jauh, tapi aku bisa melihat adegan dimana pria pria itu menyeret tubuh Tania yang sudah berlumuran darah kedalam ruangan ini. Aku kaget. Dan mundur selangkah sambil menatap pintu ini.
Bima mendekat lalu memelukku.
"Jangan, Sayang. " bisiknya lalu membawaku mundur lebih jauh. "Ren!! " panggil Bima.

"Hm... Iya iya. Gue lagi, gue lagi. " Reno merajuk.

Reno pun melangkahkan kakinya mendekat lalu membuka handle pintu dengan pelan sekali. Sesekali dia menoleh pada kami dengan wajah takut. Aku masih terus bersembunyi dibalik tubuh Bima yang memang tinggi. Bima terus memelukku sambil tetap memperhatikan Reno.

"Buruan sono ah! Liat! " suruh Bima.

Reno melihat kedalam lalu dengan langkah ragu mulai masuk.

Tik
Tok
Tik
Tok

Tak lama Reno keluar sambil mengerdikan bahunya.
"Kagak ada apa apa." ujarnya yakin disertai kebingungan juga.

"Yang bener?" Tanya Bima tak percaya.

"Liat sendiri sono!" suruh Reno lalu kembali duduk didepan komputer Tania dan mengklik klik sesuatu.

Bima melepaskan pelukannya lalu berjalan masuk, aku pun mengikutinya. Saat sampai kamar mandi, kami tolah toleh dan memang keadaan rapi dan bersih. Tidak ada apapun disini.

"BIMA!! DINDA!! SINI BURUAN!! " teriak Reno panik.

Kami berlari ke Reno. Dia menunjukan video lain. Disana Tania masih hiduo dan ada disebuah ruangan pengap. Keadaan nya masih sama. Perlahan dia mendekat ke sebuah monitor yang merekam keadaannya.

'Pergi... Atau mereka akan mendatangimu, sepertiku. !!' ucapnya dingin.

Kami bertiga terpaku.
"Nggak beres! Yuk... Mending kita pergi!! CABUT!!! " Kata Reno ketakutan.
Reno yang sudah beranjak lalu ditarik oleh Bima. Bima menatap monitor dengan tatapan kaku.
"Liat tuh! " suruhnya.

Dilayar monitor, terlihat kejadian yang sama seperti sebelum Tania dianiaya. Beberapa pria berbaju hitam datang dan masuk dari pintu bawah.

"Mampus kan! Kabur!! " suruh Reno.

Kami bertiga pun berlari keluar.
"Kita lewat mana? Mereka kan dilantai bawah! Gimana kita pergi dari sini! " rengekku ketakutan.

Bima dan Reno sama sama berfikir keras. Mereka mondar mandir sambil menjambak rambut mereka sendiri.
Disini memang tidak ada jalan keluar lain selain pintu utama.

"Lewat jendela!! " celetuk Bima yakin.

"Bener juga. Tuh!! " tunjuk Reno ke sisi jendela kanan kami.

"Apa? Jendela? Nggak! Tinggi loh! Aku takut ketinggian!! " rengekku.

"Elo mau mati kayak sodara elo itu??! " kata Reno kasar sambil menunjuk kamar Tania.

Aku menggeleng cepat

"Ya udah, ayok!! " paksa Reno lalu dia turun dari jendela lebih dulu.

"Sayang... Kamu pasti bisa. " bujuk Bima sambil membelai kepalaku lembut.
Kulihat Reno mulai menempel pada dinding dengan berpijak pada sisa tembok yang ada dipinggir gedung. Ukuran pijakan nya tidak terlalu besar, namun pas untuk satu kaki. Dia berjalan turun kebawah melewati jendela jendela dan pipa pipa air yang ada dipinggir. Sepertinya mudah.

Bima menyuruhku turun lebih dulu. Namun sebelum turun, dia mencium keningku dengan mata berkaca kaca.
"Hati hati sayang. " ucapnya pelan.

Aku mengangguk lalu mulai turun perlahan. Saat aku berhasil sampai dilantai bawah, Bima yang akan menyusulku tiba tiba ditarik seseorang. Dia berteriak lalu berusaha melepaskan diri dari orang itu.
"BIMAAAA!! " teriakku sambil menangis.

Reno berhenti dan sepertinya sama cemasnya sepertiku. Dan kini Bima tidak lagi terlihat. Bahkan suaranya tidak lagi kudengar.
"REN!! KAMU TELPON POLISI! AKU SUSUL BIMA!! " Kataku ke Reno yang ada dibawahku.

"TAPI DIN! BAHAYA! " cegah Reno.

Aku tak menghiraukan perkataannya lalu kembali naik ke atas.
Reno terus berteriak memanggil namaku. Hingga tak kudengar lagi, teriakannya karena aku sudah ada di dalam gedung ini lagi.

Sunyi.

Tidak terlihat ada pergerakan apapun dilantai ini. Aku heran, kemana perginya semua penghuni disini? Apakah mereka tidak mendengar kegaduhan yang kami buat?
Kususuri kamar demi kamar, untuk mencari Bima. Aku tidak mungkin meninggalkan nya, dia celaka karena aku. Karena dia ikut dengan ku mencari Tania. Aku tetap tidak bisa menemukan Bima. Aku kini kalut. Tidak bisa berfikir jernih. Tiba tiba sekelebat bayangan lewat dibelakangku. Saat aku menoleh, seperti ada seseorang masuk ke kamar Tania. Aku yang penasaran lalu mengikutinya.

Sesampai dikamar, keadaan nya kacau. Berbeda dari saat kami masih ada disini tadi. Dan... Tania.
Dia terlihat berdiri didepan ku dengan kondisi mengerikan. Seluruh tubuhnya penuh luka, bahkan tiap inchi tubuhnya koyak. Bola mata nya tidak ada. Tangannya melambai lambai padaku. Dan, tiba tiba dalam sekejap, dia berlari mendekat padaku. Ah, bukan! Bukan berlari! Tapi melayang.

Saat sudah didepan ku, wajahnya yang hancur dapat dengan jelas kulihat. Dia menyeringai. Mulutnya terbuka dan mencoba mengeluarkan suara. Tapi, suaranya tidak dapat kudengar. Karena kulihat tenggorokannya sudah tercabik, mungkin pita suaranya rusak. Sekalipun dia tidak bersuara, tapi gerakan mulutnya bisa dengan mata dah kutangkap.
Dia seperti berkata, "pergi! Atau kamu akan menjadi korban selanjutnya! "

Jantungku berdegup kencang. Aku takut. Sangat takut.
"Tania... Bima mana? Aku bakal pergi kalau aku udah ketemu Bima! " mohonku sambil menangis. Kuraih tangan Tania yang juga berlumuran darah. Tania malah menggeleng dan berkata, "PERGI! "

Aku terus menggeleng dan terus bertanya keberadaan Bima. Tiba tiba...

Buuug!

Kepalaku sakit, dan keadaan gelap.

=======

Kepalaku sakit. Suara berisik terdengar ditelingaku.
Dan perlahan kubuka mata.
"Alhamdulillah... Kamu udah bangun, Kak. " kata adikku yang ada disampingku.

Kuamati keadaan disekitarku.
"Aku dimana?"

"Rumah sakit"

"Bima mana? "

"Kak Bima? Hapenya nggak aktif. Kok kakak malah cemasin kak Bima. Kakak nih, yang harusnya mikirin diri sendiri. Kok bisa sih, nyetir mobil sambil ngantuk. Untung masih bisa selamat. " omel adik perempuanku.

"Nyetir? Kapan?" tanyaku sambil mengingat kejadian yang menimpaku.

"Ih kakak pikun. "

Aku tidak mengerti, kenapa aku di Rumah sakit dan mana Bima. Reno?

"Dek aku beneran nggak ngerti seingetku, aku ke Jakarta nyusulin Tania sama Bima. Terus aku nyari dia dibantu Reno juga.kemana mereka? Bima? Reno?" tanyaku.

"Ih kakak lupa?kakak kan ke Jakarta nyetir mobil sendirian. Terus kecelakaan nih. Jadi aku susulin kesini." jelasnya.

"Hape ku mana?"

Diana memberikan ponsel milikku. Saat ku hubungi Bima, ponselnya tidak aktif. Begitu juga Reno. Pikiranku kalut lagi. Apakah aku berhalusinasi? Tapi, kemana mereka?

Tak lama, ponselku bergetar, tanda ada pesan masuk.

BIMA!

Sebuah voice note kuterima, kudekatkan ponsel ke telingaku dengan ragu.

'Giliran kamu selanjutnya'

Tanganku gemetaran, suara dari seberang sungguh mengerikan. Kulempar ponselku dan berteriak ketakutan. Diana mendekat dan bertanya ada apa. Tapi, sebelum aku sempat menjawab, pintu kamarku diketuk.

Kami berdua menoleh, saat Diana akan berjalan pintu, aku melarangnya.
"Jangan, Dek! Jangan buka!! " pintaku ketakutan.

"Tapi, kak..., "

"Aku bilang, JANGAN! "

Akhirnya Diana menurut karena melihatku ketakutan seperti ini.

Ceklek

Pintu terbuka sedikit. Beberapa pria berpakaian serba hitam masuk. Diana bingung lalu menatapku.
"Jangan... Jangaaaaaaan...! " teriakku makin kencang dengan beruraian air mata.

"Kak... Mereka siapa?" bisik Diana sambil mendekat padaku.

"Dek!! Kamu masuk ke kamar mandi! Telpon polisi cepet! " suruhku.

"Tapi, Kak! "

"BURUAAAAAAN! "

Diana berlari kekamar mandi, seorang pria yang hendak mengejarnya kulempar dengan vas bunga yang ada disampingku. Tapi karena gerakan Diana yang pelan, mereka mampu membekap nya dan menyeretnya pergi.

"JANGAAAAAAN!! " teriakku.

Pria lain, mendekat padaku lalu membuka masker wajahnya.
"Jangan kamu katakan yang sebenarnya... Atau kamu akan bernasib sama seperti mereka! " ancam pria itu.

Aku melirik ke meja nakas sampingku dan saat pria itu akan menyusul teman-temannya yang sudah pergi kuraih pisau buah dan kutusukkan ke punggungnya.

Jleeeb!
Jleeb!
Jleeeb!

"KALIAN PEMBUNUH!! KUBUNUH KALIAN!! " kutusuk dia dengan brutal.

Anehnya pria itu tidak mati, malah merebut pisau itu dari tanganku dan...

Jleeeeeb!

Perutku ditusuk dalam dengan pisau yang ini. Badanku lemas. Sakit rasanya sekejur tubuhku. Dia berdiri lalu menarik rambutku dan menyeretku keluar kamar. Aku tidak bisa melawan lagi. Dia lalu meletakanku pada ranjang yang ada diluar, yang biasa dipakai membawa pasien. Dan tubuhku ditutupi kain setelah sebelumnya lenganku disuntik.

Sebelum mataku tertutup sepenuh nya, dia berkata. "Sebentar lagi, kamu akan berkumpul dengan mereka. "

Dan, gelap.
Diubah oleh ny.sukrisna 21-01-2019 01:04
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
4
1.4K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.