Siap siap ane kentangin lagi ya gan sis...

=========

"Ya udah, sepakat ya. Besok kita berangkat!" seru Didi mengakhiri diskusi malam ini.

"Ini serius kita mau ke tempat itu?" sanggah Bella, seolah ragu.

"Kenapa, Bell?"

"Di sana kan kebanyakan hutan ...."

"Tapi, pantainya seru loh, Bell. Liat nih," timpal Rosa. sambil menunjukan gawainya, memperlihatkan beberapa foto pantai yang mereka maksud.

"Temenku aja pernah ke sana. Aman," Rasyid menambahkan.

"Iya udah yuk, jarang-jarang kan kita liburan bareng. Bawa perbekalan yang cukup, terus kita berangkat pagi-pagi," saran Lilis

"Setuju tuh!" Kali ini Zaki unjuk suara.

"Yang lain gimana? Mau nggak?" Rosa bertanya tanpa mengalihkan mata dari gawai miliknya.

"Pasti ngikut! Tenang aja," seru Zaki.

Esoknya mereka bersepuluh berangkat menaiki dua buah mobil dengan perbekalan yang cukup. Berencana mendirikan tenda di pantai dan menghabiskan malam di sana. Cukup menyenangkan bukan? Tujuan mereka adalah salah satu pantai yang memang jarang dikunjungi wisatawan. Karena letaknya yang cukup jauh, harus melewati beberapa mil dengan pemandangan hutan belantara di kanan kiri jalan, membuat pantai ini hampir tidak pernah di singgahi pengunjung. Padahal pantai ini cukup Indah. Dengan kilau pasir putih yang menghiasinya, air laut yang jernih karena belum tercemari sampah pengunjung, dan juga ada beberapa bukit di sekitarnya.
.
.
Berbekal walkie talkie milik mereka, komunikasi berjalan lancar sejauh ini.
"Mobil belakang aman? Itu Stella mabok kagak? Biasanya dia anti perjalanan jauh tuh," tanya Didi lewat walkie talkie, sambil menatap spion untuk melihat mobil di belakang.

"Aman. Udah minum obat anti mabuk dong, ini malah si Lilis yang dari tadi molor aja." lirik Stella ke Lilis yang sedang meringkuk di sampingnya berselimut jaket pink bergambar kelinci.
.
Selama 3 jam lamanya, akhirnya pemandangan berganti hutan-hutan pinus di samping kanan dan kiri jalan. Sudah mulai jauh dari pemukiman warga dan artinya mereka akan segera sampai di tujuan.
.
Matahari sudah semakin terik, hingga AC mobil tidak begitu terasa lagi dinginnya. Beberapa dari mereka sudah terlelap, meninggalkan supir masing-masing mobil. Thomas dan Rama.
Thomas meraih walkie talkie dari tangan Didi yang tertidur di sampingnya.
"Ram?"

"Iya, Thom? Kenapa?"

"Yang lain udah tidur?"

Rama menoleh ke belakang, mendapati semua temannya terlelap dengan gaya masing -masing. Walkie talkie di dekatkan ke mulutnya. "Tepar semua, Bro!"

"Coba bangunin Rosa. Ini kok kita nggak nyampe- nyampe. Bener nggak sih, jalannya?"

Tanpa diperintah dua kali, Rama menepuk lutut Rosa yang duduk dikursi tengah.
"Ros! Rosa! Bangun, Ros!"