AtikWayAvatar border
TS
AtikWay
Sanggup Namun Tak Sanggup
Malam itu, sebuah hal yang sangat jarang terjadi. Orang tua Rafa dan Rafi makan malam bersama mereka. Hal ini membuat Rafi sangat senang. Ia makan dengan semangat sambil sesekali melirik kedua orang tuanya. Berbeda dengan Rafa, ekspresinya terlihat datar seperti biasa. 
Suasana masih tetap hening. Hanya terdengar sendok dan piring yang beradu. Sampai akhirnya sang ayah membuka percakapan memecah keheningan.
”Rafa, Rafi, papa sama mama mau ngasih tau kalian sesuatu.” Ujar laki-laki paruh baya itu. 
Namun Rafa meletakkan sendoknya dan langsung pergi ke tangga menuju kamarnya dilantai atas. Rafa sudah tak mau lagi mendengar pemberitahuan dari orang tuanya. Paling-paling cuma tentang pekerjaan mereka.
Melihat kelakuan anaknya, sang ibu langsung mencegah. “Rafa, dengerin dulu apa yang mau diomongin sama papa!” Seru wanita paruh baya itu. Tapi Rafa tak merespon sama sekali, ia terus berlalu. 
“Rafa dengerin papa dulu!” Sang ayahnya sedikit membentak. Tapi, tetap tak ada respon. 
“Rafa! Rafa!!!” Pria paruh baya itu memanggil berulang-ulang dengan geram. Namun Rafa tetap menulikan telinga.
“Udah pa, ma, biar Rafi yang bujuk Rafa, kalian tunggu disini ya!” Rafi menengahi suasana yang mulai tak kondusif. Ia segera beranjank melangkah cepat ke kamar Rafa untuk membujuknya.
Rafi membuka pintu kamar Rafa. Maniknya melihat kakaknya itu sedang duduk sambil membelakangi pintu. 
“Kalo loe kesini cuma buat ngebujuk gue, jawabannya gue gak mau.” Tegas Rafa cepat tanpa menoleh. 
Rafi hanya tersenyum, ia menghampiri saudara kembarnya dan menjatuhkan diri di samping pria itu. “Loe selalu tau maksud gue sebelum gue ngomong, loe peramal atau pembaca pikiran?”  Ujar Rafi sedikit bercanda.
Tak ada jawaban dari Rafa, ia terus menerawang ke luar jendela. Melihat hujan yang mengguyur bumi dengan derasnya. “Hujannya gak berenti-berenti.” Gumamnya.  
Samar-samar terdengar suara perdebatan dari arah luar. Merekapun memperjelas pendengaran mereka. 
“Kayak suara mama sama papa.” Bisik Rafi. 
“Ayo kita liat.” Rafa menarik Rafi keluar.
“Kamu itu seorang ibu! Kamu yang seharusnya mengurus mereka! Sekarang kamu liat anak kamu si Rafa, mana pernah dia mendengarkan kita!” Pria paruh baya itu membentak istrinya.  
“Kamu pikir mereka anak aku aja? Lagian aku juga punya kerjaan yang gak mungkin aku tinggal!” Sang istri tak mau kalah. 
“Tapi sudah kewajiban kamu sebagai seorang ibu untuk mengurus anak!” Sang suami berujar geram.
“Tapi bukan berarti kamu bisa nyalahin aku aja! Kamu juga punya kewajiban buat mendidik mereka.” Wanita paruh baya itu berteriak tak kalah geram. 
Sang pria menghela nafas panjang, terdengar lelah. “Mungkin emang udah seharusnya kita cerai. Aku yang bakal ngomong langsung ke mereka. Dan soal hak asuh, kita serahin sama hakim di pengadilan.” Ujar pria paruh baya itu dengan nada sedikit rendah. Istrinya diam dan memalingkan wajah.
Kata cerai seketika membekukan seluruh syaraf Rafi. Wajahnya pucat pasi. Bayangan untuk dapat melihat kedua orang tua berubah hancur berkeping.
Rafa turun menghampiri orang tuanya dengan perasaan marah yang memuncak. 
“Hey kalian!” Panggil Rafa dengan nada tak sopan. Orang tuanya pun menoleh. 
“Rafa?” Gumam sang ibu. 
Rafa mendekat dengan tangan mengepal, mulut terkatup rapat dan wajah memerah menahan emosi. “Mau kalian apa hah? APA!?” Teriak Rafa mengeluarkan seluruh emosinya. 
“Kalian tau, adik gue gak pernah berenti berharap kalo kalian bakal memperlakukan dia sebagaimana anak pada umumnya. TAPI APA!? Sekarang kalian mau cerai? KALIAN PIKIR DIA GAK SAKIT!?” Teriaknya penuh emosi, urat-urat lehernya menyembul keluar.
“Dia tetep sayang sama kalian. Karena dia selalu yakin kalo kalian bakal berubah, padahal, pernah kalian merhatiin dia? GAK!” Cerocosnya marah. 
“Yang ada dipikiran kalian itu cuma KERJAAN DAN KERJAAN!” Rafa menuding orang tuanya sambil terus berteriak, membuat sepasang suami istri itu diam membisu. Mencerna setiap kata putra sulung mereka. 
Sementara Rafi masih mematung, lidahnya kelu kehabisan kata-kata. Hatinya dipeluk erat oleh rasa kecewa terhadap orang tuanya. 
Rafa bergegas keluar setelah seluruh kata-kata yang telah lama dipendamnya tersampaikan. Pria itu tak ingin sampai melakukan hal yang diluar batas karena tak bisa mengontrol luapan emosinya. 
Ia menulikan telinga saat ibunya memanggil.
Melihat kakaknya pergi, Rafi tersadar dari dunianya sendiri. Ia melewati orang tuanya tanpa melihat mereka. Ia khawatir terhadap Rafa. Saudaranya itu sedang dalam emosi yang tinggi. Pria itu takut membiarkannya pergi seorang diri.
Rafi melihat Rafa mengambil motornya di garasi dan langsung melesat menerobos hujan dengan kecepatan tinggi. Kepalanya tak terbungkus helm membuat Rafi semakin  khawatir.
Ia mempercepat langkah menuju garasi. Mengumpat kesal karena helmnya berada di dalam rumah. Kedua saudara kembar itu memang tak pernah menyimpan helm di garasi bersama motor mereka
Tak ingin semakin kehilangan jejak, Rafa akhirnya tetap menjalankan motornya. 
Ketika kakaknya berbelok di sebuah perempatan, Rafi segera menambah kecepatan. Namun betapa terkejutnya ia saat telah berhasil menyusul untuk berbelok di perempatan itu. Ia melihat sebuah truk dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan sedang menuju ke arah Rafa. Seolah kakaknya itu sengaja memilih jalur yang salah untuk menantang truk tersebut. 
Jarak 10 meter, truk itu terus mengklakson, berusaha menyadarkan Rafa untuk menghindar. Namun Rafa benar-benar seperti sudah kehilangan akal. 
Tanpa pikir panjang, Rafi langsung menambah kecepatan, menyalip Rafa dan berbelok di depannya, menghalangi agar kakaknya agar tak berhadapan langsung dengan truk. 
Rafa sangat terkejut melihat Rafi di depannya, seketika pria itu berbelok dan akhirnya menabrak trotoar. Rafa terpental dan kepalanya menghantam pohon. 
Malang bagi Rafi, belum sempat ia menghindar, truk itu sudah menghantam tubuhnya. Kecelakaan pun tak terelakkan. Rafi langsung terpental bersama motornya. Ia langsung terkapar di tengah jalan. 
Rafa masih dapat menangkap kejadian tragis itu dalam pandangannya yang sudah mulai memburam. 
“Rafi.” Gumamnya. Lalu gelap.
 
#
 
Rafa membuka mata perlahan. Ia berusaha mengingat kejadian yang menyebabkannya tak sadarkan diri. Kilasan kejadian tragis yang menimpa adiknya terbayang di benak, membuatnya seketika membulatkan mata. Ia berusaha bangun, tak diperdulikan rasa sakit yang menyerang kepala. 
Seorang suster mencegah. “Anda belum pulih benar, silahkan istirahat dulu.”
“Dimana adik saya sus?” 
“Adik anda sudah dibawa ke UGD dan sedang diperiksa.”
Rafa langsung menyingkap selimut dan turun dari ranjang. Suster itu berusaha menahan. Namun Rafa langsung menepis tangan suster itu dan berlari keluar. Sang suster memanggil-manggil Rafa. Namun Rafa tidak menghiraukannya. 
Pikirannya kalut. Kekhawatiran luar biasa memukul-mukul dadanya. Rasa bersalah memeluk hatinya erat.
Rafa sampai di lorong menuju ruang UGD. Ia melihat orang tuanya sedang duduk di kursi tunggu. Sang ibu sedang menangis tanpa henti, sedangkan ayahnya tampak begitu khawatir. 
Seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan jas putih keluar dari pintu UGD. Rafa segera berlari, berdiri di hadapan sang dokter dan langsung bertanya dengan penuh kekhawatiran. “Bagaimana keadaan adik saya dok?” Tanyanya cepat. Tak memperdulikan reaksi orang tuanya yang sedikit terkejut akan kehadirannya.
“Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi benturan di kepalanya terlalu keras. Darah terlalu cepat terkuras sehingga pasien terlalu banyak kehabisan darah yang menyebabkan ia tak tertolong.” Jawab sang dokter menyesal. 
Rasa bersalah memeluk hati Rafa semakin erat. Dadanya sesak luar biasa menyebabkan air matanya seketika tumpah. 
Ibunya menangis histeris dan ayahnya sudah tak dapat membendung air mata. 
Rafa menerobos masuk ke ruang UGD. Dengan tatapan tak percaya, Rafa mendekati ranjang adiknya.
“Rafi bangun. Katanya loe mau ditemenin maen PS?” Pria itu menepuk-nepuk pipi adiknya. Air matanya telah mengalir deras. 
Tak dapat respon, akhirnya Rafa mengguncang pundak Rafi dan mulai berteriak. “RAFI BANGUN! BUKA MATA LOE!” Teriaknya pilu. 
Rafa terus mengguncang pundak adiknya sambil berteriak histeris, berharap dengan begitu adiknya akan terbangun. “RAFI BANGUN! GUE MOHON! GUE JANJI GAK BAKAL MINUM LAGI, GAK KE BAR LAGI, GAK NGEROKOK LAGI, GUE GAK BAKAL NGEBOLOS LAGI, GUE JANJI RAFI! ASAL LOE BANGUN! GUE MOHON RAFI BANGUN!” Teriak Rafa membabi buta sambil terus menangis dan mengguncang pundak adiknya. 
Merasa usahanya sia-sia, Rafa pun berhenti. Dipelukannya sang adik sambil terus menangis. Rasa bersalah telah menusuk jantungnya begitu dalam hingga bersimbah darah. Rafi mati karena dirinya. Itulah yang menjadi keyakinannya saat ini. Menghancurkan hatinya hingga tak berbentuk lagi.

#

Kematian Rafi menyadarkan orang tua si kembar. Mereka tak jadi bercerai. Tujuan mereka satu-satunya adalah menebus kesalahan di masa lalu. Maka dari itu, kini mereka sangat memperhatikan Rafa, menumpahkan seluruh kasih sayang pada anak sulungnya itu. Mereka yakin, Rafi akan bahagia jika kakaknya bahagia. 
Trauma Rafa terhadap kejadian tragis itu masih membekas. Meskipun telah berlalu selama dua bulan, tapi setiap kali hujan deras turun. Maka bayangan kecelakaan itu akan terulang. Ia seperti dapat menyaksikan bagaimana adiknya terkapar dengan darah merembes deras dari kepala secara langsung di depan mata. Hal itu akan membuatnya menangis sambil berteriak histeris menyebut-nyebut nama Rafi. Orang tuanya telah berusaha memberinya psikiater terbaik. Namun sampai saat ini, belum ada kemajuan yang pasti. 
Rasa bersalah terus menghantui Rafa setiap harinya, membuat pria itu ingin segera mengakhiri hidup. Namun memikirkan bahwa pengorbanan yang Rafi lakukan adalah untuk membuatnya tetap hidup, selalu berhasil membuat pria itu bertahan. Ia sanggup menjalani hidup untuk adiknya, namun disisi lain ia tak sanggup karena rasa bersalah yang menginvasi seluruh hatinya tak kunjung mereda. 
 
 
END
2
611
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.