bukanoranghutanAvatar border
TS
bukanoranghutan
PENYAKIT GUNUNG


Mendaki gunung merupakan aktivitas di alam bebas yang cukup berisiko, sehingga tidak jarang pendaki tumbang diakibatkan oleh penyakit gunung, mulai dari tidak bisa melanjutkan pendakian hingga meninggal dunia.

Penyakit gunung (mountain sickness), penyakit yang biasa menyerang pendaki ketika di gunung. Penyakit ini disebabkan oleh faktor ketinggian, cuaca, stamina pendaki, dan suhu yang berlebihan/ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin). Menurut (Wijaya, 2011) ada beberapa penyakit gunung, antara lain:

a. Hipotermia


Hipotermia adalah penyakit gunung yang seringkali menghilangkan nyawa pendaki, hipotermia merupakan suatu kondisi dimana tubuh kesulitan mengatur keseimbangan suhu karena tekanan udara dingin. Kondisi ini disebabkan suhu bagian dalam tubuh berada di bawah 35 °C. Padahal, tubuh manusia hanya mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5 hingga 37,5°C. Di luar suhu tersebut, respons tubuh untuk mengatur suhu akan aktif. Dan menyeimbangkan antara produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Gejala hipotermia ada dua.

Pertama, saat tubuh dilanda hipotermia ringan, yakni ketika suhu tubuh di antara 32 °C dan 35 °C. Dalam kondisi ini, tubuh akan mengeluarkan reaksi gemetar, kulit dingin dan pucat, napas yang memburu, kelelahan, kebingungan, dan meracau. 

Kedua adalah saat suhu tubuh sudah turun di bawah 32 °C. Ketika itu, tubuh akan berhenti menggigil, tak merasa kedinginan dan malah kepanasan. Di tahap itu, biasanya, korban akan melepas pakaiannya (paradoxical undressing) satu per satu. Lalu, ia lama-lama terkena halusinasi dan kehilangan kesadaran.

Penanganan:
Pindahkan korban ke tempat yang lebih hangat. Lalu periksa pakaiannya, jika basah, lepaskan dan beri selimut. Setelah itu, berikan makanan yang mengandung kalori cepat bakar, seperti cokelat atau gula serta minuman hangat non alkohol. Jika korban sudah sampai taraf tidak bernapas, berikan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation).
Jangan menggosok anggota badan korban dengan keras atau memijatnya. Juga jangan langsung diberi meminum alkohol, menggunakan lampu pemanas, dan berendam di air panas. Tindakan-tindakan tersebut malah bisa menyebabkan fungsi jantung tiba-tiba berhenti.


b. Hipoksia


Hipoksia, disebabkan kurangnya oksigen dalam otak karena faktor ketinggian; gejalanya, antara lain pusing, mual, napas sesak, tidak nafsu makan, kedinginan, badan lemas, jantung berdebar kencang;

Penanganan:
Bawa turun sampai pada ketinggian tertentu maka penyakit tersebut akan hilang dengan sendirinya.

c. Dehidrasi


Dehidrasi, merupakan penyakit kekurangan cairan tubuh, biasanya ditandai denga air kencing berwarna kekuningan keruh.

Penanganan:
Minum air secukupnya sampai air kencing menjadi bening kembali, dan minum oralit sebagai pengganti garam – garaman mineral dalam tubuh.

d. Kram


Kram, termasuk penyakit yang sering dijumpai, merupakan ketidakmampuan otot dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan otot kurang pemanasan, menahan beban berlebih, otot kedinginan biasanya saat atau setelah kehujanan.

Penanganan:
* Regangkan dan pijat otot.
* Gunakan obat penawar rasa sakit, seperti acetaminophen (Tylenol), ibuprofen (Advil, Motrin), or naproxen (Aleve) dan lain sebagainya. Berhati-hatilah dengan obat. Baca dan ikuti petunjuk pada label.
* Minum banyak cairan. Minuman berenergi, dapat membantu mengatasi kram.

Sekian, semoga bermanfaat. Senantiasa utamakan keselamatan dan persiapan yang matang ketika melalukan pendakian ya, Gan!

Diubah oleh bukanoranghutan 31-12-2018 18:43
tata604Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
916
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Outdoor Adventure & Nature Clubs
Outdoor Adventure & Nature ClubsKASKUS Official
2.9KThread4.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.