masih sama. dengan alunan lagu, aku bersandar pada papan tempat tidur.

berusaha tersenyum saat menatap wajahmu dari layar ponselku yang menyala.

dengan sekuat tenaga, aku tahan air mata. hingga akhirnya, tercipta aksara yang dikarenakan mulut tak mampu berkata.

lagi-lagi, untuk yang sama dan pada yang sama.

aku memintamu pada tuhan dengan cara yang baik.

aku bertekuk lutut sembari menengadahkan telapak tangan. menyebut namamu dalam hal yang dinamakan do'a.

berharap pada tuhan yang aku sembah, agar dapat memilikimu—setidaknya, menikmati senyummu.

teruntuk kamu, wanita yang kucinta tapi tak menyembah tuhan yang sama.

aku menyayangimu dari sini. mendoakan segala yang terbaik, walau hatiku terus tercabik.

mungkin, tuhanku marah karena mencintaimu yang bukan umatnya.

mungkin juga, tuhanmu marah karena aku terus memintamu yang menyembahnya.

kita memang berbeda. benar-benar berbeda. dan, itu menyakitkan.

aku tidak marah pada tuhan, aku terima perbedaan. biar saja kisah kita terhalang oleh arah kiblat dan kepalan tangan.

biar juga kamu melaksanakan saat teduh dan aku shalat subuh.

maka, pada tuhan yang aku sembah, sekali lagi, aku memintanya padamu dengan cara yang baik.

jika memang tak bisa bersama, setidaknya buat dia bahagia.

terimakasih karena telah mengizinkannya untuk mengisi hati, walau tak sampai mati.

-
tapi, tuhan, aku dan dia berbeda, apa doaku tetap sampai kepadanya?