Sebelum kita semakin jauh,
izinkan aku memberi tahumu sesuatu :

Ialah aku,
(i) yang pernah sengaja diam-diam menyisipkan kertas yang isinya kutulis sendiri ke buku milikmu, agar barangkali ketika kamu membuka kembali bukumu, lalu menemukan kertas yang kusisipkan itu, kamu akan terkejut dan tersenyum membaca isinya.

(ii) yang selalu sudah siap lima belas menit didepan pagar rumahmu untuk menjemputmu.

(iii) yang pernah diam-diam memperlambat langkahku, agar kamu menyeimbangkan langkahmu dengan langkahku, dan agar aku bisa lebih lama berada di dekatmu.

(iv) yang ikut menyukai semua lagu kesukaanmu karena kamu menyanyikannya setiap hari, dan diam-diam aku menghapalnya, agar kamu tak bernyanyi sendirian, agar kamu menatapku dengan bahagia saat kamu tahu bahwa aku juga hapal dengan lagu yang kamu nyanyikan.

(v) yang membuat daftar lagu di gawaiku, berisikan semua lagu kesukaanmu, lagu yang pernah kamu berikan dan nyanyikan untukku, yang selalu kita nyanyikan bersama. Dan sampai detik ini, terkadang aku masih memutarnya, dan menyanyikannya sembari pikiranku acap kali berkelana ke masa kita dahulu.

(vi) yang pernah mencuri-curi waktu untuk memotretmu, dan kusimpan rapi dalam satu album foto di gawaiku. Ya walaupun album itu pada akhirnya ketahuan juga olehmu, yang disambut dengan kamu yang mencubiti pipiku karena saking gemasnya.

Ialah kamu yang kini kurindu,
namun kita tak bisa mengulang saat-saat dari (i), (ii) (iii), (iv), dan (vi), karena bukan aku lagi yang kamu kabari setiap hari, dan pada kekasih barumu 'lah semua perhatian kamu berikan.

—2712
(Notabene : Ini sebuah catatan tentang kamu, yang pastinya mungkin tak akan kamu baca. Kamu sedang bahagia-bahagianya, ya? Kelak jika puan itu menyakitimu, kembali dan datanglah padaku, pintu rumah dukaku masih terbuka lebar untukmu barangkali kamu ingin melampiaskan semua emosi. Tak apa, jangan sungkan, aku selalu tak tega melihatmu bersedih, apalagi menangis. )