Suasana pembangunan Bendungan Ciawi Sukamahi di Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat, Kamis (4/10). Bendungan yang dibuat untuk mengurangi potensi banjir di Jakarta sebesar 30 persen tersebut ditargetkan selesai oleh Presiden Joko Widodo pada pertengahan 2019 mendatang.

Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini tengah menggarap "bendungan kering" pertama di Indonesia yang berlokasi di Jawa Barat, dengan salah satu tujuannya adalah mengurangi "banjir kiriman" ke Jakarta.

Bendungan kering itu berlokasi di Ciawi dan Sukamahi, Kabupaten Bogor. Melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane, dua bendungan tersebut dibangun untuk mengurangi banjir kiriman dari Bogor ke Jakarta.

Bendungan Ciawi dan Sukamahi dibangun sejak tahun 2017, dan ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2019, menurut keterangan pers Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Kementerian PUPR, yang diterima redaksi, Jumat (9/11). Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,45 juta meter kubik air atau bisa menampung 365 meter kubik air per detik. Sementara bendungan Sukamahi memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik atau 56 meter kubik air per detik.


Lokasi pembangunan waduk kering atau dry dam di Kabupaten Bogor. ( Foto: Kementerian PUPR )

"Dua bendungan tersebut memiliki fungsi memperlambat air menuju Jakarta. Air akan ditampung ke kedua bendungan terlebih dahulu, kemudian akan dialirkan ke Bendung Katulampa, sehingga air yang mengalir menjadi lebih lambat dan sedikit. Dengan demikian air yang ditampung di Bendung Katulampa bisa dialirkan secara bertahap menuju Jakarta," bunyi keterangan pers tersebut.

"Pembangunan dua bendungan tersebut merupakan bentuk perhatian dan komitmen Kementerian PUPR untuk mengendalikan banjir, tidak hanya di hilir melainkan sejak dari hulu. Bendungan Ciawi dan Sukamahi merupakan bendungan kering (dry dam) pertama yang dibangun di Indonesia, yang artinya baru akan digenangi air jika intensitas hujan tinggi, sementara pada saat musim kemarau bendungan tersebut akan kering."



Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan bahwa pengendalian banjir di Jakarta tidak bisa hanya dilakukan melalui upaya struktural atau pembangunan fisik saja seperti kegiatan normalisasi waduk, membangun bendungan dan normalisasi sungai kerjasama KemenPUPR (BBWSCC) dan Pemprov DKI serta proses membangun tanggul di pantai utara Jakarta, melainkan juga perlu upaya lainnya seperti kegiatan non struktural melalui kampanye penyadaran masyarakat.

Kementerian PUPR saat ini membangun 65 bendungan yang terdiri dari 16 bendungan lanjutan dan 49 bendungan baru. Program tersebut juga bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumber daya air sebesar 3,9 triliun meter kubik yang dimiliki Indonesia.

“Saat ini kami fokus untuk meratakan pembangunan infrastruktur sumber daya air ke seluruh daerah di Indonesia agar ke depannya tidak ada lagi daerah yang mengalami kekeringan ketika musim kemarau, dan daerah yang mengalami kebanjiran ketika musim hujan," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Hari Suprayogi.

"Kami juga terus berupaya untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia yang kami miliki, juga menjalin kerjasama dengan beberapa negara seperti China untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai infrastruktur sumber daya air, khususnya bendungan.”

Mengingat kerjasama dengan pemerintah Tiongkok pada bendungan Jatigede sudah terlaksana dengan baik, Ditjen SDA kembali mengusulkan kerja sama untuk beberapa pekerjaan bendungan, di antaranya Bendungan Pelosika di Sulawesi Tenggara, Jenelata di Sulawesi Selatan, Lambakan di Kalimantan Timur dan Riam Kiwa di Kalimantan Selatan, yang masih dalam tahap review oleh pemerintah Tiongkok, kata Hari.

http://www.beritasatu.com/bisnis/521...indonesia.html

Hadiah ultah buat anus biar banjir berkurang ya