Film fiksi sejarah yang diproduksi pada tahun 2017 ini bercerita tentang perjuangan penyair Wiji Thukul yang menuntut keadilan kepada pemerintah melalui gerakan-gerakan, orasi, dan puisinya. Film ini mengritik kentalnya budaya militer era Orde Baru dengan cara amat satir, cenderung lucu, dan cukup berbobot. Film ini sukses meraih penghargaan khusus (Love is Folly) dari juri di ajang Film Festival Love is Folly di Bulgaria pada 25 Agustus-3 September 2017.

Film ini mengisahkan tentang Mbah Sri, seorang tua yang harus mengembara, menyusuri bukit hingga pelosok desa hanya demi menemukan makam suaminya, Prawiro Sahid. Keinginan Mbah Sri hanyalah ingin dimakamkan di samping makam sang suami. Film yang terinsipasi dari tragedi Tsunami Aceh 2004 ini berhasil menyabet dua penghargaan dari ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017.

Film pendek karya seorang aktor kondang Reza Rahadian ini merupakan film yang dirilis pada tahun 2011. Film yang meraih penghargaan Best Movies di ajang LA Lights Indimovie 2012 ini merupakan film yang pada awalnya memberikan kesan film romantis, tetapi setelah menonton sampai habis mungkin agan akan berpikir lagi bahwa film ini tidak sepenuhnya mengisahkan tentang romancedikarenakan twist dan alurnya yang sulit ditebak.

Film ini mengisahkan tentang 3 orang perempuan dan seorang laki-laki yang memiliki masalah yang sama. Sama-sama lajang, sama-sama telah berkarir, dan sama-sama kerap disuruh untuk menikah oleh orang tua mereka. Film ini terbilang sederhana dalam latar tempat dan ceritanya. Namun, unsur dialog dan pemilihan para pemain menjadi daya tarik tersendiri dari film ini.