izhharAvatar border
TS
izhhar
bagian ke lima 33 th
Fadli kembali ke toko batiknya, dia memikirkan Riska tak seharusnya di bersikap seperti itu mungkin kenyataanya mereka tidak pacaran tidak ada hubungan kasih, tapi kenyamanan, rasa aman, mereka cocok dalam beberapa hal penting. Tapi fadli sangat menyesal mengapa dia tidak bisa bersikap serius dengan hubungan “perkenalan” yang satu ini, ingin sekali menjadikan Riska ibu dari anak-anaknya tapi tidak sekarang. Sulit sekali mengatakan “Riska mau kah kau menikah denganku?” jika itu di katakan Fadli akan tahu jawaban nya pasti “ya” apa lagi dengan kondisi Riska terdesak atas permintaan ayahnya, berualang kali Riska mengisyaratkan bahwa dia ingin menikah dengan Fadli, tapi Fadli merasa Riska terlalu dewasa untuknya dan dia belum siap untuk membina hubungan keluarga. Jika Riska telah menikah dengan orang lain dalam waktu dekat ini Fadli pun siap terluka dan dia sadar bahwa ini kesalahanya. Tiket ke Jerman sudah ada di tanggan nya.
Tiga hari kemudian
Bagas sudah sampai di Jakarta lebih cepat dari Jadwal yang dia perkirakan, Bagas memaksa Riska pulang meskipun tanpa calon suami. Tapi Riska menolak karena dia sudah bersumpah akan menuruti keinginan bapaknya untuk kembali bersama calon suaminya.
“tapi Ris kamu,jangan keras kepala gitu kondisi bapak ini loh”
“aku tahu mas, tapi kamu taukan aku paling ngak banget kalau suruh ngelanggar sumpahku sendiri”
“mas sudah sampai jogja, kamu mas Jemput ya di butik”
“ngak mas! Mas langsung balik saja ke rumah bapak, percaya deh aku bisa dapet calon suami dalam waktu dekat ini”
“ok mas kasih waktu kamu untuk pendekatan dan membuat hubunganmu serius dalam waktu dua minggu, pokok nya dua minggu lagi kamu harus balik bawa calon suamimu itu ya”
“insyaallah mas”
            Riska lebih sering melamun waktunya berlalu begitu saja, pikirnya kemana-mana.
“ada tiket nonton film, kamu mau nonton?”
Riska hanya menoleh kearah Mustofa, tidak seperti biasanya dia memperhatikan Mustofa. Kali ini benar-banar melihat Mustofa lebih detail dari sebelum sebelumnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.Mustofa berdiri dengan baju koko nya selengan dan sarung hitamnya, tanpa menjawab apa-apa Riska menuju dalam rumah dan mengambilkan jaket yang biasa di pakai Mustofa untuk keluar malam.
“pakai”
Mustofa memakai jaket yang Riska berikan, kebetulan Mustofa juga mengengam peci putih. Riska mengisyaratkan agar Mustofa juga mengenakanya.
“senyum”
Mustofa tersenyum, gigi – giginya masih rapi.
“ok well”
“ada apa?”
“aku Mau Anda menjadi Ayah dari anak – anak saya ,menjadi teman hidup saya, menjadi suami saya, jadi apa anda bersedia?”
“hah? Maksudmu?”
“mas Mustofa, saya sedang melamar mas Mus sekarang.”
“owww?”
“apa alasanya?”
“harus saya jawab jujur?”
“ya, supaya saya tahu jawaban apa yang harus saya berikan”
“jujur saat ini saya butuh suami di luar permintaan bapak, saya sadar saya membutuhkan seorang suami, entah apa yang saya rasakan pada anda saya merasa anda orang yang tepat saat ini dan nanti”
“ada alasan lain?”
“ada tapi agak sedikit pribadi,saat ini saya sangat berhasrat pada anda”
“ok, saatnya saya jawab”
“silahkan”
“sebenarnya kalau kamu menerima ajakan menonton mungkin malam ini Saya yang akan melamarmu, jujur selama kita hidup bersama sudah hampir dua tahun lebih ini dengan rentang tida bertemu cukup lama, saya juga suka pada Riska,saya juga cukup berhasrat pada Riska”
“ok well, akan ada masalah baru”
“apa?”
“rentang usia yang cukup jauh kalau kita sudah bisa menerimanya tapi kelaurga yang lain.”
“kita jalani saja,akhir minggu depan kamu kan pulang menjenguk bapakmu?”
“iya,mas Mus ikut ya.”
“iya supaya masa – masa ini cepat terselesaikan”
            Mustofa dan Riska meluangkan waktu untuk menghabiskan waktu lebih lama mereka ingin mengenal satu sama lain lebih baik lagi, membiasakan diri untuk hidup bersama. Lebih mendekatkan diri dan membiasakan diri lebih dari biasanya mencoba berpikiran yang di hadapan mereka sekarang adalah  calon teman hidup yang akan mewarnai hidup mereka suatu hari nanti. Sebuah mobil antic parkir di depan Rumah siang ini, Mustofa memang sedang mengambil Libur di rumah sambil memperhatikan bisnis Riska lebih dekat, seorang karyawati masuk ke Ruang tengah memberitahukan ada seorang perempuan ingin bertemu Riska, katanya dia pemilik batik karto sasminto. Mustofa masuk ruangan produksi untuk memanggil Riska.
“Riska ada yang mau ketemu kamu dari karto sasminto”
“karto sasminto? Siapa?”
“pemiliknya”
“ohh ibu sas, tolong temui dulu Pak, nanti saya kesana ini tinggal sebentar lagi”
“namanya siapa? Biar arkrab nanti manggilnya”
“ibu sasmito,dia mantu yang punya batik karto sasminto”
“oh baik saya temui dulu”
Mustofa keluar dan menemui Ibu Sasmito di Butik.
“selamat siang, ibu sasmito ada yang bisa saya bantu”
Ibu sasmito yang tengah melihat koleksi terbaru berbalik arah.
“iya saya ingin bertemu,Mustofa. Sudah saya duga ini Rumahmu mana mungkin Dirimu pindah”
“Lasmini? Sasmito?”
“Sasmito adalah nama besar keluarga Almarhum Suamiku Bayu Sasmito”
“Almarhum”
“iya, maaf aku meniggalkan dirimu dulu”
“hah iya sudahlah Lupakan”
Riska sudah menyelesaikan perkerjaanya di ruang produksi.
“sudah saling kenal?”
“kenapa nak Riska ndak bilang kalau nak Riska ponakanya Mas Mus”
“mas Mus?” Riska melihat kearah Mustofa.
“dia Lasmini”
“Nyonya Lasmini, Rupanya anda Orangnya. Silahkan ada yang bisa Saya bantu, mari ke Ruangan saya”
Mereka berbicara seputar bisnis,dan kemajuan bisnis yang tengah mereka rintis bersama.
Entah ada angin apa pagi ini, Nyonya Lasmini mengajak Mustofa keluar untuk menikmati pagi di Pekalongan. Riska hanya berdiam di rumah sesekali dia keluar ke teras depan memastikan kalau Mus sudah pulang atau mobil Nyonya Lasmini sudah sampai. Jujur Riska tampak resah.
“mbak Riska, pak Mus dah balik”
“iya po rin?”
“iya, bawa makanan juga e”
Riska keluar dari ruang kerjanya , menyapa Mustofa dengan sedikit basa-basi
“bawa apa pak?”
Mustofa mengeryitkan dahi dalam hatinya tumben Riska memanggilnya “pak”.
“pudding,sama snack”
“oww di beliin sama Nyonya Las-mini ya?”
“iya,katanya buat temen-temen di sini sama kamu”
“udah kenyang aku buat temen-temen yang lain ajah”
“serius?”
“serius, aku cemburu”
Riska pergi ngeloyor ke ruang kerjanya dan menutup pintu dengan rapat. Mustofa hanya diam dan mengagkat bahunya tak lupa senyum-senyum.
 
Malam Hari
“Aduhh”
Mustofa segera ngecek ke kamar Riska
“kenapa nduk?”
“nga papa mas, ini kepala kena koper, masuk ajah pintu ga aku kunci kok”
“ lah dalah, mau kemana kamu ini kok baju udah rapi di pack gini?”
“pulang lah, bapak makin parah, Mas Bagas barusan telepon”
“mas anterin,bentar mas juga mau beres-beres”
“iya,makasih loh mas!”
“yo”
Malam itu juga mereka berdua pergi untuk menemui orang Tua, Riska. Paginya mereka sudah sampai di rumah Riska.
“assalamualaikum mas”
“waalaikum salam, sama siapa kamu?”
“mas Mustofa”
“mas?  Bapak-bapak macam itu kamu panggil mas? , ni ni”
“halah,mau ga mau dia calon adik iparnya mas, aku yang pilih titik”
没有别的什么人
Méiyǒu bié de shénme rén?/ apa tidak ada laki laki lain ?
“ndak ada,dia pilhanku. Permisi “
Riska msuk ke rumah dan menghampiri Ibu dan Budhenya yang ada di dapur, setelah sedikit mengobrol Riska memberanikan diri untuk menuju kamar bapaknya.
“bapak? Gimana kabar bapak?”
“nduk, gimana kabarmu?”
“aku sehat pak , bapak pripun?”
“sesek,rasane loro”
“istirahat sink katah pak, mboten sah mikir abot”
“calon mu pie?”
Ketiga perempuan itu hanya saling berpandang.
“wonten pak teng ngajengan”
“sopo jenege?”
“Mus, Mustofa”
“panggil ke sini”
 
Tak lama Mustofa di ajak masuk  Riska untuk menemui Ayahnya, Riska tidak di Izinkan untuk ikut dalam perbincangan mereka berdua. Riska dan Bagas tidak banyak bicara Riska Tahu bahwa Bagas kurang suka dengan  Mustofa. Ibu dan Budhenya ikut dalam pembicaraan di dalam kamar.
“mau ngomong apa lagi, bapak pasti setuju meskipun usia calonmu itu seumuran bapak”
“apa salah kalau aku milih dia mas?”
“nga sih tapi kamu terlalu berani”
“…………….. namanya ini bukan cinta”
“maksudmu?”
“aku sudah terbiasa hudup bersamanya, kebersamaan yang mungkin harusku manfatakan”
“kamu sudah cukup nyaman bersamanya, dia yang menemanimu di setiap keadaan tersulit”
“iya, dia ada saat aku jatuh dalam keadaan pahit,resiko, dia bisa jadi bapak, kamu, atau dia sendiri”
“udah, aku yakin kamu pasti cukup kuat untuk berhadapan dengan keadaan apa pun”
Riska menyusul masuk kekamar bapaknya, keputusan segera di ambil Mustofa dan Riska menikah lusa malam. Nikah agama, sebelum nikah secara resmi di KUA keluarga pun menyiapkan segera keperluan mulai besok pagi. Pernikahan secara sederhana di lakukan di langgar kampung, gending –gending memeriahkan pernikahan ini.
Malam ini merupakan malam pertama Mustofa dan Riska, mereka melaluinya dengan perasaan yang campur aduk pengalaman pertama bagi keduanya untuk memulai segalanya dari pertama. Seperti yang di rencanakan pernikahan secara Hukum atau pencatatan akan di lakukan dua minggu setelah pernikahan ini. Mereka berdua menunggu keadaan bapak membaik, lepas ini semua mereka bersiap mengantarkan Bagas kembali ke China.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
493
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.