Pagi ini hujan pertama di bulan September, tepat ketika bidadari menapakkan kakinya ke kota dimana aku pulang. Jarang-jarang riana mau menyusulku sampai ke sini, tapi kali ini beda. Adakah pengaruh statusnya sekarang yang menuntut dia ingin mengurusku, atau karena rindu atau hanya aku saja yang kege-eran. Tak payah dipikirkan hal macam ini, aku selalu bersyukur bagaimanapun dia. Selama masih positif aku akan selalu mendukungnya walaupun dunia berkata lain.
Quote:"Sayang, aku ke toko dulu. Mau ngecek persediaan barang yang ada sekalian monitor. Kamu istirahat dulu aja, nanti kalo dah cukup, hubungi aku saja. Nanti aku jemput".
"Iya. Hati2".
"Okay".
Aku segera bergegas dan mengecup keningnya.
***
Kini tinggal riana seorang diri di apartment. Tadinya ia ingin sekali berbaring di tempat tidur tp setelah masuk apartment bima. Ia ingin sekali melihat-lihat semua yang ada di ruangan tersebut.
Peralatan cukup lengkap di berbagai sudut ruangan. Bunda berkata kalo bima sempat lama menempati apartment ini sewaktu ia masih awal merintis usahanya. Kalau dipikir2 saat itu berarti waktu mereka sudah putus. Kalau tidak salah saat itu dia sedang menjalin hubungan, tapi riana kurang paham karena pasca putus riana melepas sesuatu yang berbau bima, termasuk kabarnya.
Saat akan membuat teh, riana mengambil cangkir dan dia mengambil salah satu cangkir yang imut. Ia mencoba melihat lebih detail gelas tersebut dan ternyata bernama. Lulu.
Ia terdiam dan berpikir, apakah nama Lulu ini adalah lulu yang ia maksud. Riana meletakkan kembali cangkir itu dan menggantinya.
Rasa penasarannya semakin tinggi. Ia ingin melihat lebih jauh lagi, apakah ada hal lain tentang lulu ini. Ia masuk ke kamar dan membuka laci meja kerjanya. Ditemukan beberapa foto yg tertumpuk, ia melihat satu per satu foto bima yg sedang melakukan berbagai aktivitas di sini. Dan pada lembar2 terakhir ada foto orang lain bersama bima. Ia mulai ingat kembali, orang yg bersamanya memang wanita itu. Ia terus menyusuri kembali barang2 yang ada di sana. Ia mulai tergulai lemas ketika menemukan beberapa barang yg menandakan mereka sempat hidup berdua di kamar ini.
Menjelang jam makan siang, Bima sampai kembali di apartmentnya. Dari awal dia bergegas menyelesaikan segala urusannya. Dia ingin segera menemui riana. Bima masuk dan melihat istrinya sedang duduk di sofa sendiri, ia sangat bersalah karena meninggalkannya sendiri.
Quote:"Sayang, lagi ngelamun?", tanya Bima.
"Eh dah pulang?", jawabnya lemah.
"Kita cari makan siang yuk", ajak bima.
"Bim, gimana kalo kita ke rumah orang tua kamu saja. Aku tinggal di sana saja?".
"Di sini kamu sendirian ya? Baiklah kalo gitu, nanti kita pulang ke rumah".
Bima membawa barang2 yg dibawa riana untuk diangkut ke mobil. Mereka berdua melesat menuju tempat makan. Bima sedikit penasaran kenapa raut muka riana berubah dan ia juga merubah rencananya. Saat makan awalnya mereka masih diam saja, untuk mencairkan suasana akhirnya bima membuka obrolan ringan. Pembicaraan berjalan apa adanya, sampai riana akhirnya menanyakan sesuatu hal yg membuka bima tersedak.
Quote:"Kamu dulu tinggal di apartment sama wanita lain?".
Bima bertanya sekali lagi, dan benar apa yg ia dengar.
"Ia sempat."
"Apa kalian tinggal layaknya pasangan?".
"Iya."
"Kalian menikah?".
"Ri, saat itu aku sedang terluka dan ada seseorang datang. Tanpa pikir panjang aku melakukan banyak kesalahan di waktu itu".
"Maksudnya gara2 aku?"
"Bukan. Aku saja yg tidak bisa menghadapi masalah2 saat itu. Kamu ingat Bona kan? Dia mengaku kalau dia mengandung anakku dan kita harus putus. Tapi akhirnya ia mengaku kalau dia bohong."
"Hmm"
"Dan saat itu dari sisa2 perasaanku, lulu datang."
"Di apartment tadi aku berpikir tempat itu begitu memuakkan buatku karena tahu kamu banyak melakukan hal yang tidak seharusnya di sana. Aku sekarang merasa tidak tahu apapun tentang kamu
"
"Sayang, aku janji apapun yg kamu tanyakan tentang masa lalu akan aku jawab sejujurnya. Kita mulai semuanya dari nol. Aku memang bukan suami yang baik tapi aku akan berusaha untuk kita."
Riana mencoba membesarkan hatinya dan menerima bima dan masa lalunya ketika mereka sempat terpisah.
Sampai di rumah, bunda langsung menyambutnya dengan hangat. Ia tidak kaget menantunya datang ke sana karena bima memberikan kabar. Yang ia ingin tanyakan adalah alasannya.
Bima mengantarkan istrinya ke kamarnya. Setelahnya, ia dipanggil untuk menghadap bunda di ruang kerja ayahnya.
Bima menjekaskan apa yang terjadi. Sebagai laki2 menurutnya tak masalah seberapa kelam masa lalunya yang penting adalah saat itu dan esoknya. Namun, ia benar-benar tidak memahami perasaan wanita. Bunda menjelaskan seberapa terlukanya riana.
Setelah obrolan banyak akhirnya mereka keluar dan bersikap biasa. Bunda bilang kalau hari ini sampai besok ada acara kantor ayahnya dan ia juga akan mengajak kinan. Kinan ingin tinggal di rumah saja, namun beliau ingin ada seseorang yg menemaninya saat ayahnya sibuk mengobrol dengan rekan kerjanya. Akhirnya kinan mau. Agak sedikit ganjil kedengarannya. Namun riana hanya mengiyakan saja.
Malamnya bima mengajak untuk jalan2 tetapi riana menolak. Ia hanya ingin stay di rumah saja karena di luar pasti ramai. Ia duduk di sofa sambil menonton acara tivi. Bima mendekat dan menarik bahunya agar bersender di bahunya.
Quote:"Acara apaan?"
"Berita"
"Hmm"
Bima mengucup pipi dan hidung riana. Tapi riana menghalanginya dengan telapak tangannya.
Quote:"Sayang, gimana kalau kita tidur. Apa kamu nggak cape?"
"Heem, kamu bener. Aku tidur dulu ya, jangan lupa matiin tv nya".
Bima tersenyum melihat tingkah polos istrinya. Ia mematikan tv lalu menyusul istrinya ke kamar.
Bima memeluk istrinya dari belakang dan membalikannya ke hadapannya, "Sayang, bagaimana kalo kita melakukan hal yang biasa suami istri lakukan sebelum tidur? Hm?".
Riana menjawab dengan malu-malu karena dia merasa belum menyiapkan semuanya , "emmmm, jangan sekarang ya. Aku dah ngantuk dan pengin tidur".
Bima terus mendekapnya dan riana mencoba melepaskannya, namun bima sedikit jahil ia pura2 kehilangan keseimbangannya dan ambruk ke tempat tidur. Dengan susah payah riana melepas dekapan suaminya yg sedang becanda, "Ayo kamu keluar. Aku mau tidur", ucap riana dengan kesal bercampur malu. Ia menarik agar bima bangun dan tidur di luar. Karena merasa kasiha akhirnya bima berdiri.
Quote:"Sebelumnya, kasih ini", sambil menunjuk pipinya.
"Nggak, sana tidur".
"Ini dulu".
Riana mengalah dan ia mngecup pipi bima, tapi ia palah berbalik dan riana mengecup bibir suaminya. Bima membalasnya dengan intens dan mendorongnya ke tembok. Satu tangannya mematikan saklar listrik kamar. Dan bima mulai menggiringnya ke tempat tidur. Kini tangan mungil riana berada di leher bima, dan mereka saling menatap ke dalam matanya. Riana hanya pasrah ketika suaminya menanggalkan pakaiannya. Sedikit masih tersisa rasa kuatir bahwa itu akan sakit. Tubuhnya mulai menggeliat menerima respon bima. Dengan lembut, bima mencoba masuk. Mereka melakukan pelepasan bersama-sama. Dan mereka mengulanginya tiga kali dengan posisi yang sebaliknya.
Saat membuka mata, riana sudah tidak di sampingnya. Ia pun memanggil2 dan keluar ia dari kamar mandi dengan pakaian sudah lengkap.
Quote:"Kenapa ga ngajak2?"
"emmm, enak aja"
"Kan kita dah suami istri, haha."
"Jangan jadikan itu alasan terus ya. Sana mandi, bentar lagi bunda pulang".
"Iya... Iya..."
Bima senyum2 melihat istrinya malu-malu.
***
Riana menyiapkan sarapan roti panggang untuk bima. Beberapa kali ia harus terhenti karna bima terus mendekapnya dari belakang. Tanpa sadar bundanya sudah di rumah dan melihat kelakuan manja anaknya pada riana. Ia merasa lega karena sepertinya semua berjalan lancar.
"Ehem"
Riana dan bisa berbalik dan melihat bunda. Keduanya tampak kaget dan segera bima melepas dekapannya. Rianapun merasa malu.
Quote:"Lah gini kan enak dipandang."
"Eh, bunda dah pulang?"
"Udah, barusan. Bunda juga bawa makanan itu di meja."
"Siapppp".
"Nak riana balik ke Jogja jam berapa?"
"Nanti sore sekitar jam 5", jawab riana.
"Bima nganterin?"
"Belum bisa, Bun. Hari senin ada meeting penting."
"Oh. Kapan nih nak riana netap di Jakarta. Apa kalian tidak bosan LDR an terus dari pacaran. Apalagi kalian dah nikah, ga baik."
Keduanya diam. Hal ini sebenarnya sudah dibahas, dan akan melihat bagaimana ke depannya setelah beberapa bulan. Namun menjawab orang tua tidak sopan walaupun mereka ingin menjelaskannya. Keduanya cukup diam, mengiyakan dan senyum saja.