Negara yang memiliki tradisi kuat juara sepak bola seperti Argentina, Jerman, dan Brasil memiliki ambisi untuk melibas negara-negara lain di grup mereka. Dengan memiliki skuad yang begitu mentereng, hal itu dirasa oleh banyak pengamat sepakbola akan memuluskan angan-angan mereka di awal perhelatan Piala Dunia 2018. Tak ayal ketiganya menjadi favorit juaral di perhelatan Piala dunia kali ini.

Kendatipun begitu, negara yang dianggap lemah tidak serta merta menyerah begitu saja. Sebagai tim "underdog" justru mereka tidak memiliki beban yang berat dan lebih fokus memaksimalkan semangat serta strategi bertahan yang solid agar setidaknya tidak menjadi juru kunci. 

Dan Faktanya, di pertandingan awal-awal Piala Dunia 2018 di Rusia satu persatu tim "favorit juara" itu justru mengalami kesulitan melawan tim debutan dan non-unggulan bahkan ada yang menjadi korban keganasan tim-tim non-unggulan tersebut. 

1. Argentina



Di lansir dari tribunnews.com, alih-alih menjadi perbincangan atas kemenangan besar yang akan diraih saat kontra Islandia, Argentina justru terlihat kesulitan saat melawan Islandia. Sebenarnya di babak pertama dan kedua, "Tim Tango" tidak henti-hentinya melancarkan serangan, namun kokohnya lini belakang Islandia dan kurang baiknya penyelesaian akhir dari Messi dkk. memang menjadi alasan yang jelas dan harus di evaluasi oleh pelatih Jorge Sampaoli. Apalagi, sang kapten yang seharusnya memberikan asa untuk kemenangan Argentina justru menyia-nyiakan kesempatan dari tendangan pinalti yang dimiliki timnya.

2. Jerman

Dilansir dari bola.tempo.co, "Tim Der Panzer" besutan Joachim Loew harus menerima pil pahit ketika kalah dengan Meksiko di pertandingan awal. Jerman harus mengakui keperkasaan Meksiko dengan Skor 0-1. Hal ini juga yang melanjutkan tren bahwa tim pemenang piala Dunia selalu kalah di pertandingan pertama grup pada Piala Dunia berikutnya. Kekalahan Ozil dkk. dikarenakan kurangnya determinasi di babak pertama. Sehingga Meksiko mampu mencuri gol. Kedua bek tengah yang tidak memoloki kecepatan juga menjadi kendala ketika Joshua Kimmich maju membantu penyerangan. Alhasil saat serangan balik, Jerome Boateng dan Matt Hummels kocar-kacir dibuat Hernandez "Chicarito" dan Penyerang Muda Meksiko Hirving Lozano. Kekalahan tersebut membuat Jerman untuk sementara menjadi juru kunci grup.

3. Brasil

  
Dilansir dari bolarusia.kompas.com, Brasil mengalami efek "paradoks" dari kebintangan dari setiap lini yang dimilikinya. Tim Samba mendapatkan hasil imbang saat kontra Swiss. Swiss yang tidak menjadi unggulan mampu memberikan perlawanan meskipun sempat tertinggal di babak pertama oleh gol dari Philipe Coutinho melalui sepakan dari luar kotak pinalti. Tim yang telah 5 kali juara dunia tersebut agaknya di babak kedua sedikit mengendurkan serangan dan hal tersebut yang mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Swiss. Permaina sepakbola yang keras diperagakan Swiss sehingga Neymar dkk. menjadi sulit untuk mengembangkan permainan di babak kedua. Tim besutan pelatih bertangan dingin "Tite" mau tak mau harus melakukan evaluasi atas kegagalan Brasil memenangkan pertandingan di babak awal tersebut. Sekaligus memberikan peluang bagi tim lain untuk merebut posisi puncak dari genggaman Brasil. Trio Coutinho, Neymar dan Jesus agaknya masih perlu beradaptasi di Piala Dunia kali ini.


Ada hal yang sering dilupakan di dalam kehidupan kita. Terlihat jelas dari pertandingan awal Piala Dunia 2018. Tim-tim besar mengalami kesulitan. Sejatinya, setinggi dan sehebat apapun kita, pasti ada kalanya kita di bawah. Begitupun yang terjadi dengan tim mentereng di atas. Sepakbola memang terpaku pada skill, strategi dan fisik. Tetapi, terkadang keadaan terlalu jumawa dan merasa lebih unggul bisa menjadi momok tersendiri.


Sumber gambar
http://www.tribunnews.com/piala-duni...buat-frustrasi
https://sport.tempo.co/read/1098732/...tam-jerman-1-0
https://bolarusia.kompas.com/read/20...ba-putus-tren-