Quote:
Bunyi lonceng menandakan waktu pukul 12:00 siang. Andini menutup Qurannya sembari duduk di kursi goyang favoritnya.
Dia ingat saat itu adalah hari ke 10 di bulan Ramadhan. Tak terasa, waktu berjalan sangat cepat. Kurang dari 6 jam lagi akan berbuka puasa bersama suami dan anak-anaknya.
Namun, ada sesuatu yang mengganjal pikiran Andini, ia tenggelam dalam suasana hatinya yang gelisah. Bahkan ia sampai tidak memikirkan hidangan apa yang nantinya akan dipersiapkan untuk berbuka puasa.
Quote:
Walaupun selama ini ia menikmati buka bersama suami dan anak-anaknya, di sudut ruang hatinya yang paling dalam ia memikirkan sesuatu hal yang lain. Ia berharap untuk kembali di kampungnya berkumpul dengan keluarga besar dan merayakan Ramadhan bersama, Ramadhan memiliki cerita tersendiri bagi Andini kala itu.
Quote:
Ketika masih kecil, Andini dan sepupunya (Rifa) selalu menantikan bulan Ramadhan, selain sebagai bentuk bentuk ibadah, mereka melakukan puasa bagaikan sebuah kompetisi. Siapa diantara mereka yang dapat berpuasa sampai hari terakhir di bulan Ramadhan akan mendapat hadiah spesial dari kakeknya pada saat Idul Fitri.
Mereka sangat senang dengan hadiah yang diberikan kakek pada tahun-tahun sebelumnya. Di sekolah pun mereka tetap semangat untuk menjalani puasanya. Ditambah jam sekolah pada saat bulan Ramadhan lebih cepat selesai, sehingga mereka sampai di rumah pukul 14:00 siang dan ada sedikit waktu untuk tidur siang sampai Asar.
Bedug berbuka puasa sudah terdengar.
Setelah sembahyang, keluarga besar Andini sudah siap menyantap hidangan lezat di atas meja.
Quote:
Andini menyukai setiap masakan yang dipersiapkan ibunya. Bahkan ia merasa kalau ibunya memiliki sesuatu seperti magis yang dapat menyihir cita rasa setiap masakan ibunya terasa sangat enak dan nikmat.
Andini kemudian teringat beberapa tahun sebelumnya, pada saat ia dan kakaknya mendatangi ibunya yang sedang menyiapkan hidangan untuk berbuka, mereka penasaran dengan apa yang akan menjadi hidangan berbuka nanti.
Setelah bedug terdengar, ibunya hanya menyiapkan hidangan seadanya saja, yang tentunya diluar ekspetasi Andini.
Ia pun sempat mengeluh pada saat itu.
Quote:
Andini kembali teringat kejadian saat ia sedang dalam masa UAS di kampusnya dan UAS mulai berjalan di pertengahan bulan Ramadhan. Setelah ujian hari terakhir ia terlambat sampai rumah dan melewatkan acara berbuka bersama keluarga, karena jarak rumah-kampus yang jauh. Ketika sampai di rumah, ibunya sedang membersihkan meja makan dan sisa-sisa buka puasa bersama tadi. Setelah cuci muka, Andini langsung duduk di meja makan untuk buka puasa seorang diri, ia tidak menghiraukan ibunya yang sedang sibuk beberes.
Ternyata Andini merasa kesal karena ia sudah memesan hidangan untuk berbuka hari ini kepada ibunya, tetapi lagi- lagi yang dihidangkan ibunya berbeda dari ekspetasi Andini. Saking kesalnya, ia pun sempat mengeluh terhadap ibunya saat itu.
Quote:
Mendengar keluhan anaknya, ayah Andini menjelaskan kalau ibu tidak bisa menyiapkan hidangan berbukan sesuai harapan Andini karena ibu sejak tadi sore mengalami sakit kepala yang cukup parah.
Mendengar hal tersebut, rasa menyesal muncul dalam hatinya, ia tidak pernah memikirkan ibunya yang lelah bekerja sepanjang hari, kemudian harus menyiapkan makanan dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Ia bahkan tidak pernah memikirkan bagaimana orang-orang di luar sana yang masih sulit mendapatkan makanan untuk berbuka puasa. Ia lupa akan pelajaran Nabi Muhammad yang mengajarkan nilai kesabaran dan bersikap baik terhadap orang tua.
Quote:
Air mata pun mengalir deras dari mata Andini di pundak ayahnya.
Ia mendekati ibunya dan meminta maaf karena sudah kesal dan mengeluh terhadap ibunya tadi.
Ibu merasa senang dan memeluk Andini.
Andini tiba-tiba terbangun dari lamunannya oleh suara Adzan, ia buru-buru pergi ke dapur untuk mempersiapkan hidangan berbuka puasa bersama suami dan anak-anaknya.