Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

laskarperangAvatar border
TS
laskarperang
Perjalanan menjelajah tanah Lombok
Jakarta, Jum'at 27 April 2018
Hari itu, dimana banyak orang menyebut hari Jum'at merupakan hari yang berkah. Hari yang menjadi awal petualangan saya berkeliling tempat - tempat menakjubkan di negeri tercinta, Indonesia. Di hari itu, Jakarta menjadi tempat start saya untuk memulai perjalanan panjang dari Nusa Tenggara Barat menuju Tanah Jawa. Pukul 6.30 WIB saya dan teman - teman yang beranggotakan 5 orang dari Jakarta yakni Ikhwan, Izar, Iqbal, Ily dan Lia, telah bersiap menuju Soekarno-Hatta. Dua orang teman yakni Lina dan Caca sudah berangkat mendahului pada pukul 5.30 WIB menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kami sampai di Soekarno-Hatta pukul 7.45 WIB, tepat seperti yang direncanakan, sehingga ada waktu kurang lebih satu setengah jam sebelum waktu keberangkatan yakni pukul 9.00 WIB, untuk makan dan bercerita mengenai plan kami ketika sampai di Lombok.  Ya, perjalanan menaklukan puncak Anjani di tanah tertinggi Nusa Tenggara menjadi tujuan kami, asa dan semangat meletup - letup untuk sebuah tujuan yang besar kala itu.
Dan tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 8.50 WIB, tiba saatnya untuk keberangkatan pesawat kami menuju Lombok. Kemudian pada pukul 9.30 WIB, pesawat yang kami tumpangi, telah take off dan bersiap terbang bebas di atas langit pertiwi untuk membawa kami menuju Nusa Tenggara melintasi gugusan kepulauan indah Indonesia.
Pukul 11.45 WITA, pesawat telah landing dengan selamat di Lombok (alhamdulillah), sebuah kesyukuran bagi kami bisa memijak kaki di tanah lain yang indah di bumi pertiwi ini. Dan setelah melakukan istirahat dan sholat, kami dijemput oleh asisten guide kami yang bernama Pak Karyadi, beliau merupakan orang yang supel, murah senyum, dan sering bercanda, sehingga selalu mampu mencairkan suasana perjalanan. Pak Kar, (begitu panggilan akrabnya) membantu kami menaikkan carrier beserta barang bawaan yang berjibun banyaknya ke atas mobil innova miliknya. Setelah selesai dengan proses loading barang bawaan, kami pun memulai perjalanan di Lombok dengan berwisata kuliner khas Lombok, yakni nasi balap puyung yang maknyuss (hehehe). Pak Kar membawa kami menuju daerah Praya untuk menyantap nasi balap puyung tersebut. Seporsi nasi balap dibanderol dengan harga 30 ribu rupiah, (ya, lumayan lah, hehehe). Sambil makan, pak Kar bercerita tentang kisah dibalik nasi balap puyung ini. Jadi, dinamakan nasi balap puyung, karena dahulu ada seorang perempuan yang dipanggil inaq esunyang sering menjajakan nasi dengan lauk berupa suwir ayam dan kacang kedelai, kepada teman - teman dari cucu inaq esun yang merupakan seorang pembalap lokal, adapaun puyung merupakan daerah asal dari nasi balap tersebut. Beberapa dari kami manggut - manggut mendengar cerita dari Pak Kar ("sungguh menarik dan informatif pak", sahut kami dalam hati). Cerita dilanjutkan dengan wisata - wisata yang ada di Lombok, seperti Kampung Sasak Sade, Gili Trawangan, Tanjung Aan, Pantai Kuta Mandalika, serta ditambahi sedikit pelajaran tentang bahasa Lombok, yang dengan mudah saya praktekan kepada pak Kar, "Matur tampiasih semeton!", yang artinya terima kasih saudara ! (Kita bersaudara dari nabi Adam pak Kar, hehehe).
Kurang lebih satu jam kami habiskan di tempat makan nasi balap puyung ini, selanjutnya perjalanan kami lanjutkan menuju Kampung Sasak Sade, waktu sore itu menunjukkan pukul 3.00 WITA. Menempuh perjalanan sekitar 20 menit, dan akhirnya kami sampai di Kampung Sasak Sade. Saat sampai, kami langsung disambut oleh penduduk lokal Kampung Sade, yang sekaligus menjadi guide kami, saya lupa namanya, namun penjelasannya begitu detail mengenai Kampung Sasak Sade (great job semeton !!! hehehe), sekedar informasi bahwa Kampung Sasak Sade merupakan kampung dari suku Sasak di desa Sade, Rembitan, Lombok Tengah yang merupakan penduduk asli Pulau Lombok. Mereka menjaga kemurnian nilai - nilai adat tradisi masyarakat suku Sasak di Lombok, hal ini diwujudkan dengan penggunaan tempat tinggal mereka yang pada umumnya masih menggunakan ijuk sebagai atap rumah mereka, dinding - dinding dari anyaman bambu yang menjadi sekat rumah mereka, dan tanah masih menjadi alas dari rumah tradisional mereka. Adat lain yang sebelumnya mereka pegang adalah mengenai Islam waktu telu, yakni konsep beribadah atau sholat yang dilaksanakan hanya tiga kali dalam sehari, namun adat tersebut sudah ditinggalkan, berganti dengan konsep beribadah yang sesuai dengan syariat Islam. Adapun adat khas suku ini adalah, apabila ada seorang pria yang ingin menikahi wanita di suku tersebut, maka sang pria akan menculik wanita idamannya, untuk kemudian esoknya dilamar menjadi istrinya. Jadi, sebelum proses lamaran, ada kegiatan menculik yang dilakukan pria terhadap wanita idamannya, dan hal ini harus tanpa sepengetahuan dari orang tua wanita yang bersangkutan, sehingga proses pernikahan dilangsungkan dengan adegan culik menculik oleh sang pria. Tradisi ini dinilai cukup unik bagi orang awam yang mendengarnya, mengingat stereotypemasyarakat mengenai menculik selalu merujuk pada hal negatif, namun di lain sisi, kegiatan menculik yang dilakukan di kampung ini bertujuan positif demi sebuah hubungan rumah tangga penduduk muda suku Sasak di Kampung Sasak Sade ini.
Selesai dari Kampung Sasak Sade, pak Kar menawarkan destinasi yang cukup menarik kepada kami, yakni menikmati sunset di Pantai Tanjung Aan. (that's good idea, pak Kar !) Ya, saya dengar dari kerabat, Tanjung Aan merupakan tempat yang pas untuk menikmati proses matahari tenggelam di Lombok. Tak pikir panjang, segera kami bergegas kesana mengejar sunset yang akan menunjukkan penampilan terbaiknya pukul 6 sore nanti. Adapun saat itu, waktu menunjukkan pukul 4.45 WITA, dan perjalanan menuju Pantai Tanjung Aan dari Kampung Sasak Sade membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit, sehingga masih ada sedikit waktu sebelum sang fajar meninggalkan belahan bumi bagian timur. Pukul 5.25 WITA, kami telah sampai di Pantai Tanjung Aan. Saat sampai, saya sempat bingung mendeskripsikan pantai ini, sangat indah, dengan gradasi air laut yang berwarna biru berjajar di kejauhan, ditambah lagi dengan bukit - bukit tinggi untuk melihat landscape pantai. (really, it's definitely awesome guys !) Sore itu kami mendapat sambutan yang cukup istimewa dari panorama alam yang indah dari Lombok. Kecantikan sunset yang menggeliat di ufuk barat, dengan sinar emas yang memberi warna pada langit biru sore itu. Di utara, berdiri gagah sang Rinjani, dengan puncak Anjaninya yang menjadi kaki langit tanah Nusa Tenggara. Pemandangan indah yang sekali lagi coba ditunjukkan bumi pertiwi kepada saya. (betapa indahnya negeri ini Tuhan, bantulah kami untuk selalu menjaganya, amin) Alinan musik khas Banda Neira yang bercerita tentang Langit dan Laut, pun membawa saya menembus ke dalam jantung keindahan Tanjung Aan sore itu, hingga memberi saya momen terbaik sunset di tanah Nusa Tenggara. Dan perjalanan sore itu diakhiri dengan mengabadikan beberapa foto yang tentunya sayang untuk tidak dibagikan, karena sekali lagi, Christopher McCandless dalam Into The Wild mengingatkan saya bahwa "happines only real when shared".
Tak lupa rasa syukur diucapkan atas keindahan ciptaan-Mu sore itu, serta terima kasih pada Pak Kar yang membawa kami pada sambutan indah di awal kami menginjak kaki di tanah Nusa Tenggara. (You did the great job, pak Kar !! hehehe) Saya berharap ini merupakan awal untuk melihat sesuatu - sesuatu yang indah di Kepulauan Indonesia bagian tengah ini.

Cerita perjalanan mendaki Rinjani terangkum di blog Rinjani 

Terima kasih agan - agan !
 
===================================================
- Sunset Tanjung Aan -

Perjalanan menjelajah tanah Lombok

azid12353Avatar border
tata604Avatar border
tata604 dan azid12353 memberi reputasi
2
1.2K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Cerita Pejalan Domestik
Cerita Pejalan Domestik KASKUS Official
2.1KThread2.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.