Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bej0cornerAvatar border
TS
bej0corner
Mukena Yang Tertunda Untuk Ibu
Mukena Yang Tertunda Untuk Ibu

Air wudhu selalu membasahi ibu baik di pagi, siang, sore ataupun malam hari. Itulah kehebatan ibuku yang selalu taat terhadap Allah.
 
Mukena Yang Tertunda Untuk Ibu

Terkadang aku malu,bagaimana ibuku yang sudah tua tetap kukuh pergi ke masjid untuk solat.
 
“Ari, Ibu pergi ke masjid dulu ya”.
“Iya bu”.
 
Ya Allah, mukena ibu ternyata sudah kusut dan tidak layak pakai. Aku janji bu, nanti kalau sudah kerja aku akan membelikan mukena untuk ibu.
 
....
Hari ini adalah hari yang sepesial karena aku diterima kerja di salah satu perusahaan besar.
 
“Bu, aku diterima kerja !!!”.
“Beneran Ri ?alhamdullilah, ibu ikut senang”.
 
Pelukan hangat dari seorang ibu, itulah yang membuat aku terus semangat walaupun telah ditinggal selamanya oleh bapak dan hanya hidup bersama ibu saja.

Mukena Yang Tertunda Untuk Ibu
 
Namun itu bukanlah sebuah alasan untukku bermalas-malassan, karena semangat dari ibu yang selalu menyemangatiku.
 
“Bu, tetapi bagaimana dengan ibu nanti dirumah ? aku mungkin hanya bisa pulang seminggu sekali karena jarak yang jauh”.
“Masa depanmu itu lebih penting, ibu tidak bakal kenapa-napa”.
 
.....
 
Satu minggu setelah aku diterima kerja, hari inilah aku akan meninggalkan ibuku untuk pertama kalinya sendirian dirumah.
 
“Bu, aku tidak tega dengan ibu”.
“Kamu tahu kan ibu itu masih sehat, dan masa depanmu adalah yang terpenting”.
 
Begitulah sifat seorang ibu, tidak pernah memikirkan dirinya sendiri bagi seorang ibu anak adalah segalanya.
 
....
 
Lima hari aku kerja di perantauan yang jauh dari sosok ibu, rasa rindu seakan menyerangku.
 
“Bagaimana kalau aku mengirimkan surat kepada ibu saja ? ah, iya aku akan mengirimkan surat kepada ibu”.
 
Ya, nanti setelah selesai bekerja aku akan mengirimkan surat kepada ibu mengabarkan keadaanku dan menanyakan kabar ibu.
 
Di Rumah Ibu
 
Ibu tetap menggenggam tasbihnya setiap hari dan selalu melantunkan pujia-pujian dan kalimat tasbih.
 
Disela tasbihnya, ibu selalu mengadahkan kedua tangannya dan meneteskan air mata.

Mukena Yang Tertunda Untuk Ibu
 
“Ya Allah, Anakku Ari sudah besar, sekarang dia sudah bisa mencari uang sendiri. Jagalah dia Ya Allah, lindungi dia dari orang-orang yang menjahatinya”.
 
Selalu seperti itu doa ibu di sela-sela bacaan tasbihnya yang selalu ibu baca setiap hari, sepertinya ibu memang tidak dapat dipisahkan dari keislamannya.
 
Di Mess Ari
 
Secarik kertas telah kusiapkan, tanganku juga telah memegang pena untuk menuliskan perasaanku kedalam kertas yang akan kukirimkan ke ibu.
 
“Assalamualaikum ibu, apa kabarnya bu ? kabarku disini baik-baik saja dan semoga ibu pun juga baik-baik saja. Oh iya bu, maaf belum bisa pulang tapi dua hari lagi Ari pasti pulang kok. Ari kangen sama ibu. Yaudah ya bu, sampai jumpa hari Mingu. Wassalamualaikum”.
 
Ibu, semoga ibu segera menerima surat ini dan aku akan segera pulang bu. Ari sudah kangen sekali dengan ibu.
 
Hari itu juga, sore itu juga aku segera menuju ke kantor pos untuk mengirimkan surat rinduku kepada ibu.
 
.....
Satu hari kemudian, surat yang dikirimkan Ari pun sampai di rumah ibu. Namun ibu belum bisa membacanya karena memang ibu merupakan seorang yang buta aksara.
 
Dengan semangat dan berlari kerumah Bagas yang juga sahabat dari Ari, ibu meminta Bagas untuk membacakan surat dari anak tunggalnya itu.
 
“Assalamaualaikum, assalamualaikum”.
“Walaikum sallam, eh bulik. Ada apa ?”.
“Bagas, ini bulik dapet surat dari Ari. Tolong bacakan ya !!”.
“Owallah iya bulik, silahkan duduk dulu. Biar Bagas siapkan teh kepada bulis”.
“Tidak perlu Gas, bulik cuman ingin kamu bacakan ini saja”.
“Tidak papa bulik, nanti Bagas bacakan setelah Bagas siapkan teh untuk bulik dulu ya”.
 
Setelah dibacakan surat dari Ari, ibu menangis tersedu-sedu yang membuat Bagas menjadi tidak tega.
 
“Gas, tolong tuliskan surat dari bulik”.
“Iya bulik”.
 
Surat dengan hati pun sudah dikirimkan balik oleh ibu, Bagas tersenyum melihat bulik bahagia karena Ari bakal pulang.
 
Namun kebahagian itu kembali menjadi sedih setelah Pak Pos membawakan sebuah surat yang ternyata dari Ari di perantauan.
 
“Bagas, ini surat dari Ari ya ?”.
“Iya bulik”.
“Tolong bacakan ya Gas”.
“Iya bulik”.
 
Disobeknya amplop surat dari Ari, lalu bagas segera membaca dengan pelan namun tetap terdengar oleh ibu Ari.
 
“Assalamualaikum bu, maaf Ari tiba-tiba ada urusan pekerjaan yang mendadak jadi kemungkinan belum bisa pulang minggu ini”.
 
Dengan wajah yang disembunyikan, ibu tampak terlihat menahan rasa kecewanya kepada Ari. Bagas pun juga merasa kecewa dengan sahabatnya yang lebih peduli kepada pekerjaan ketimbang ibunya.
 
......
 
Setiap minggu selalu begitu, Ari seperti lupa kepada ibunya dan lebih mementingkan pekerjaannya.
 
Tidak terasa sudah satu tahun Ari tidak menengok ibunya yang sebatang kara di gubuk kecilnya, hanya uang jatah saja yang dikirimkan oleh seorang Ari kepada ibu.
 
Hingga akhirnya, Ari benar-benar mendapatkan waktu cuti untuk 4 hari dan itu tidak disia-siakan Ari. Dengan segera Ari mengirimkan surat kepada Bagas untuk menyampaikan kepada ibu bahwa dia akan pulang dan akan membawakan hadiah berupa mukena..
 
Satu hari kemudian, surat dari Ari pun diterima Bagas. Bagas dengan segera menyampaikannya kepada Ibu Ari..
 
“Bulik, ada surat dari Ari”.
“Dia mau kesini ya Gas”.
“Bentar bulik, Bagas baca dulu”.
“Apa isinya Gas ?’.
“Ari bakal pulang karena dapat cuti dari perusahaan selama 4 hari, dan ibu akan dibelikan mukenah baru”.
“Alhamdullilah, anakku pulang beneran”.
 
Satu hari berselang, ibu yang sendirian di gubuk tuanya terus bertasbih dan merasakan rasa sakit yang luar biasa.
 
Ibu seperti merasa usianya sudah tidak panjang lagi, ibu mengambil secarik kertas dan menggambar sosok ibu, Ari dan seorang perempuan yang berhijab.
 
Bersama sebuah kado yang dibawakan oleh Ari dari perantauan yang diberikan untuk ibu, namun ibu memintanya untuk memberikan hadiah kepada perempuan berhijab tersebut.
 
Selesai menggambar, ibu kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat dan itulah hari terakhir ibu merasakan dunia..
 
Bagas yang penasaran, karena ibu Ari tidak keluar sama sekali hari ini pun mencoba memeriksa rumah perempuan tua tersebut.
 
“Assalamualaikum bulik, loh kok tidak dikunci”.
 
Bagas memberanikan diri untuk masuk, tetap dengan memanggil “Bulik” disetiap langkahnya.
 
Dan terdiamlah Bagas ketika melihat Ibu Ari terbujur kaku sambil mengenakan mukenah dengan tangan memeluk sebuah kertas.
 
“Austagfirllah bulik, bulik bangun bulik”.
 
Dipegangnya tangan tua dengan keriput itu dan diceknya nadi, tidak ada detak nadi sama sekali. Bagas masih belum percaya dengan air mata yang deras Bagas kemudia mengecek nafas dari Ibu Ari, dan sekali lagi tidak ada nafas.
 
“Innallilahi wa innallilahi rojiun, bulik sudah meninggal”.
 
.....
Satu hari setelah ibu meninggal, Ari pulang kampung dengan membawa tas ransel yang mungkin penuh dengan pakaian dan makan-makannan.
 
“Assalamualaikum ibu, ini Ari bu”.
 
Sudah memberikan salam sampai tiga kali tetap saja tidak ada jawaban, pintu pun terkunci.
 
“Oh mungkin pergi ke Rumahny Bagas”.
 
Ari segera menuju rumah dari sahabatnya tersebut, dengan penuh semangat dan gembira karena akhirnya bisa kembali ke kampung halamannya.
 
“Assalamualaikum Gas”.
“Walaikum sallam, eh...Ari”.
 
Seperti halnya dua sahabat yang sudah tidak lama jumpa, Ari dan Bagas pun saling berpelukan sepertinya mereka sama-sama kangen.
 
“Eh iya Gas, ibuku didalam ya ?”.
“Emm,, ibumu tidak ada didalam Ri, kamu duduk dulu aja aku siapkan teh terus nanti ke rumah ibumu”.
“Ah repot-repot, loh tadi aku habis kerumah ibu tapi ibu tidak ada”.
“Iya kamu santai dulu, kamu kan dari jauh pasti capek bukan ?”.
 
Setelah ngobrol kesana kemari, dan satu gelas teh hangat sudah habis. Kini waktunya Bagas membawa Ari ke rumah baru milik ibunya sekarang.
 
Ari tampak bingung karena dirinya dibawa ke sebuah kuburan, Ari masih belum mudeng kenapa Bagas membawanya ke kuburan..
 
“Kamu kenapa Gas, kok membawa aku kesini ?”.
“Itu rumah ibumu yang baru Ri”.

Mukena Yang Tertunda Untuk Ibu
 
Ibbuuuuuu...kenapa buuuu...Ari salah buuuuu...Ari sallaaahhhh”...
“Sabar Ri, ibumu sudah bahagia”..
“Aku salah Gas...Aku kira uanglah segalanya tetapi ibuku meninggalpun aku tidak ada disampingnya”...
 
30 menit di makam ibu, Ari pun diminta untuk bangun oleh Bagas karena dengan Ari menangisi maka ibu dialam sana akan bersedih juga..
 
Sampai di rumah Bagas
 
Bagas memberikan kertas yang dipeluk ibu saat meninggal..
 
“Ini sepertinya ada sebuah surat dari bulik buat kamu, aku belum membukanya”.
“Terima kasih Gas”.
 
Kertas yang digambar oleh ibu, begitu melihat gambar tersebut Ari belum paham apa maksud dari ibunya.
 
“Ini apa ya Gas ?”.
“Sebentar ini sepertinya sebuah pesan dari bulik kepadamu Ri”.
“Pesan apa Gas ?”.
“Ohhh aku paham Ri, kamu sebelum kesini bukannya mengirimkan surat kepada bulik bahwa akan memberikannya hadiah berupa mukena baru.?”.
“Iya Gas, ini ada di tasku”.
“Nah, bulik sepertinya sudah tahu bahwa mungkin saat kamu kesini bulik sudah tidak ada, maka dari itu bulik menggambarkan ini”.
“Lalu apa tujuan perempuan berhijab ini ?”.
“Sepertinya bulik ingin kamu segera menikah, dan memberikan kado untuk bulik sebagai mas kimpoimu nanti Ri”.
“Ibu, kalau memang itu pesanmu..Ari tidak akan mengecewakan ibu untuk kedua kalinya”..

Seorang anak mungkin hanya berpikir bahwa memberikan harta kepada ibunya itu adalah segalanya yang bisa membuat seorang ibu atau orang tua bahagia.

Mukena Yang Tertunda Untuk Ibu
 
Namun merawat dan menjaganya disaat tua adalah yang diinginkan orang tua ketimbang harta, namun mereka tidak pernah mengatakan itu karena bagi mereka memberatkan seorang anak bukanlah keinginan mereka.
 
Mari di Bulan Ramadhan ini, tingkatkan kepatuhan kita kepada orang tua.. jangan sampai menyesal kalau mereka sudah tidak ada..
 
 








ngejlebAvatar border
ngejleb memberi reputasi
1
4.8K
19
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.