Siapa yang tidak tahu dengan lebah? Tentu semua tahu. Lebah ternyata memiliki nilai keuntungan jika kit amampu membudi dayakannya secara benar. Budi daya lebah madu bisa menjadi salah satu pilihan usaha baik perorangan maupun kelompok. Sebab, dari jenis usaha yang terbilang sederhana dan tidak begitu rumit, serta membutuhkan biaya yang tidak begitu besar itu, pembudidaya bisa meraup keuntungan yang cukup lumayan.



Dalam budi daya lebah madu ini, bukan hanya madunya saja yang bisa dijual tapi juga yang lainnya. Kotak papan sarang lebah berukuran 40 x 40 cm dengan ketinggian 20 cm yang sudah berisi koloni ribuan lebah pun laris manis di pasaran.

Tidak hanya itu, sengatan lebah untuk terapi pengobatan yang banyak diminati orang saat ini, juga terhitung bisa menghasilkan uang yang cukup lumayan. Nah, gambaran keuntungan cukup lumayan sudah bisa dipastikan dari hasil budi daya lebah madu tersebut. Gambaran keuntungan itu sendiri sudah bisa tergambar melalui asumsi antara biaya usaha yang dikeluarkan dengan hasil penjualan produksi yang akan diperoleh.

Jika dihitung secara rinci, asumsi usaha yang cukup menguntungkan itu adalah, biaya awal yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha. Biaya yang dikeluarkan pada tahap awal usaha sekitar Rp175 ribu.

Dana tersebut digunakan untuk pembuatan kotak papan berukuran 40 x 40 cm dan tinggi 20 cm, serta pengadaan tujuh sekat kawat dalam kotak sebagai tempat lebah bersarang. Biaya pembuatan kotak lengkap tersebut hanya menghabiskan dana sekitar Rp100 ribu.




Selanjutnya biaya yang dikeluarkan adalah sekitar kurang lebih Rp50 ribu untuk pembelian sarang lebah yang sudah berkoloni dan dimasukkan ke dalam sarang kotak kayu yang sudah tersedia.

Biaya ini sebenarnya bisa ditekan atau dihilangkan jika pembudidaya mau mencari sendiri sarang lebah madu yang sudah berkoloni dari dalam hutan. Sebab, biaya pemindahan sarang lebah yang sudah berkoloni dari dalam hutan ke kotak papan yang sudah tersedia hanya sekitar Rp25 ribu.

Sedangkan untuk biaya produksi yang dikeluarkan itu merupakan biaya produksi awal dan akhir. Sebab, setelah mengeluarkan biaya tersebut dan lebah madu sudah bersarang, pembudidaya tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan.

Karena setelah lebah madu bersarang di dalam kotak, kemudian membuat rumah sendiri yang menempel di sekat kawat, pembudidaya tak perlu sibuk memikirkan pakan lebah. Lebah-lebah itu akan mencari pakan sendiri dengan mengisap sari aneka bunga di sekitarnya. Sementara pembudidaya hanya melakukan pemeriksaan kotak sarang sepekan sekali untuk mengantisipasi hama agar koloni lebah tidak pergi.





Aktivitas itu sendiri dilakukan rutin selama tiga bulan. Setelah tiga bulan penuh, pembudidaya siap melakukan panen madu asli perdana. Biasanya dari satu kotak sarang tersebut bisa diperoleh hasil madu asli berkualitas baik mencapai 0,5-1 kilogram dan harga jual madu tersebut di pasaran mencapai Rp50 ribu per 0,5 kilogram.

Dari satu kotak sarang yang usianya bisa mencapai tiga tahun tersebut, pembudidaya bisa melakukan panen sebanyak 36 kali. Di mana selama tiga tahun tersebut panen madu bisa dilakukan setiap 24 hari sekali. Dari 36 kali hasil panen itu jika sekali panen rata-rata menghasilkan 0,5 kilogram madu asli (Rp50 ribu x 36), artinya pembudi daya sudah bisa memperoleh hasil mencapai Rp1,8 juta.

Nah, dari situ saja, kata dia, sudah jelas tergambar bagaimana laba yang akan diperoleh oleh pembudidaya lebah madu tersebut. Laba itu bisa bertambah besar lagi jika pembudidayanya kreatif.

Itu keuntungan dari pengembangan budidaya, pembudidaya yang kreatif juga bisa belajar cara pengobatan dengan menggunakan sengatan lebah (apipuntur). Terapi sengat lebah ini juga terhitung cukup potensial dalam menambah penghasilan sebab saat ini terapi tersebut mulai banyak digemari untuk berbagai keperluan kesehatan hingga sampai ke masalah disfungsi seksual. Begitu menguntungkan bukan?