- Beranda
- Stories from the Heart
RINDU RAMDHAN
...
TS
lyla.jinan
RINDU RAMDHAN
Quote:
Musim sudah berubah, bulan sudah berganti, sebentar lagi Ramadhan. aku bersyukur Allah SWT memberiku kesempatan untuk bertemu lagi dengan ramadhan, aku bahagia, bagiamana tidak? Ramadhan adalah bulan penuh berkah, ladanganya untuk mengumpulkan pahala, semua amal baik dilipat gandakan, karenanya ramadhan menjadi istimewa. Belum lagi kebahagiaan menyambut hari raya idul fitri, ah ingatanku langsung melayang pada saat aku masih kanak-kanak.
Aku akan berlomba untuk dapat berpuasa sebulan penuh, sebab ibu akan membelikanku baju baru, mukenah baru, sepatu baru. Aku mati-matian berusaha untuk tidak batal puasa meski harus jalan kaki sepulang sekolah dibawah teriknya sinar matahari siang bolong, sebab ayah telah berjanji akan mengajakku jalan-jalan ke pasar ramadhan usai shalat terawih. aku akan berlomba untuk tadaruz al-quran di sore hari, sebab kakek dan nenekku sudah menyiapkan hadiah untukku saat hari raya idul fitri. Mereka senang katanya mendengarku mengaji dari speaker di mushollah. Pernah suatu waktu mereka berkata
“mengaji yang benar, belajar dari ustadz dengan baik. dengarkan nasehatnya. Nanti kalau kakek dan nenek mati biar bisa mengirimi doa dan yasiin” begitu kata kakekku.
“tenang saja kek, aku tidak hanya akan mengirimu doa dan yasiin. Aku juga akan mengirimu baju kokoh dan sarung baru pada saat ramadhan kalau aku besar nanti” jawabku yang saat itu masih anak-anak. Kakekku hanya tertawa. Beda lagi dengan nenekku, nenek selalu ribut saat aku malas-malasan untuk sahur saat menginap dirumahnya.
“makan yang banyak yin, minum susu coklatmu biar puasamu kuat seharian. Ini, tambah lagi lauknya” ucap nenekku. Atau dia akan mengatakan “kalau makan jangan sambil merem yin, buka matamu. Nanti kamu salah makan malah menelan tulang ikan” dan dulu biasanya aku akan menggerutu karena nenek sangat cerewet menurutku (. Tapi saat menjelang hari raya idul fitri nenek akan memanggilku.
“yiiin, sini. Ini uang untukmu. Bilang ibumu untuk beli baju baru. Nanti kalau kamu puasa sebulan penuh nenek beri bonus saat hari raya idul fitri” mendengar nenek bicara seperti itu aku pasti akan cengengesan tak keruan, dan segera berlari pulang pada ibu untuk minta antar beli baju baru.
Ah, begitu indah masa kecilku. Ada nenek dan kakek yang selalu memanjakanku. Ibu dan ayahku juga menuruti kemauanku. Mereka selalu memanjakanku saat bulan puasa. Kecuali saat aku mulai malas untuk tadaruz al-quran. Biasanya ibu akan berteriak “yiiiin, sana mengaji. Jangan malas nanti ustad akan menyuruhmu mengulangi mengaji dari membaca iqro” begitu kata ibu. Kalau ayah dia cuma akan berkata “yin ngaji.” Singkat namun aku pasti langsung ciut. Ayahku memang sangat tegas.
Kini, 19 tahun berlalu. Aku duduk diam di depan laptopku di dalam kamar seluas 2x2 meter ini. sambil menahan senyum dan tangis mengingat suasana ramadhan dirumahku. Ya, saat ini aku tidak bisa berpuasa ramadhan dirumah. Aku masih harus menyelesaikan kuliahku dan tinggal jauh dari rumah. Tadi sore ibuku menelfon.
“jangan lupa terawih dan membeli persediaan untuk sahur” katanya. Ayahku kemudian menambahkan “sempatkan mengaji, kirim doa dan yasiin untuk kakek dan nenekmu”. Aku bilang “iya”. Kemudian saat ayah dan ibu menutup telfonnya aku malah menangis, ingin pulang rasanya. Ingin mengunjungi makam kakek nenek di rumah. Namun apalah daya aku belum bisa aku masih harus menemui dosenku untuk merevisi skripsiku.
Namun begitulah ramadhan, selalu mempunyai cerita uniknya sendiri. Selain dari berkah yang melimpah di bulan ramadhan yang selalu aku nantikan. Aku juga selalu merindukan kehangatan bulan ramadhan yang bisa membuatku berkumpul dan lebih dengan keluargaku. Ibu, Ayah… aku rindu. (
Aku akan berlomba untuk dapat berpuasa sebulan penuh, sebab ibu akan membelikanku baju baru, mukenah baru, sepatu baru. Aku mati-matian berusaha untuk tidak batal puasa meski harus jalan kaki sepulang sekolah dibawah teriknya sinar matahari siang bolong, sebab ayah telah berjanji akan mengajakku jalan-jalan ke pasar ramadhan usai shalat terawih. aku akan berlomba untuk tadaruz al-quran di sore hari, sebab kakek dan nenekku sudah menyiapkan hadiah untukku saat hari raya idul fitri. Mereka senang katanya mendengarku mengaji dari speaker di mushollah. Pernah suatu waktu mereka berkata
“mengaji yang benar, belajar dari ustadz dengan baik. dengarkan nasehatnya. Nanti kalau kakek dan nenek mati biar bisa mengirimi doa dan yasiin” begitu kata kakekku.
“tenang saja kek, aku tidak hanya akan mengirimu doa dan yasiin. Aku juga akan mengirimu baju kokoh dan sarung baru pada saat ramadhan kalau aku besar nanti” jawabku yang saat itu masih anak-anak. Kakekku hanya tertawa. Beda lagi dengan nenekku, nenek selalu ribut saat aku malas-malasan untuk sahur saat menginap dirumahnya.
“makan yang banyak yin, minum susu coklatmu biar puasamu kuat seharian. Ini, tambah lagi lauknya” ucap nenekku. Atau dia akan mengatakan “kalau makan jangan sambil merem yin, buka matamu. Nanti kamu salah makan malah menelan tulang ikan” dan dulu biasanya aku akan menggerutu karena nenek sangat cerewet menurutku (. Tapi saat menjelang hari raya idul fitri nenek akan memanggilku.
“yiiin, sini. Ini uang untukmu. Bilang ibumu untuk beli baju baru. Nanti kalau kamu puasa sebulan penuh nenek beri bonus saat hari raya idul fitri” mendengar nenek bicara seperti itu aku pasti akan cengengesan tak keruan, dan segera berlari pulang pada ibu untuk minta antar beli baju baru.
Ah, begitu indah masa kecilku. Ada nenek dan kakek yang selalu memanjakanku. Ibu dan ayahku juga menuruti kemauanku. Mereka selalu memanjakanku saat bulan puasa. Kecuali saat aku mulai malas untuk tadaruz al-quran. Biasanya ibu akan berteriak “yiiiin, sana mengaji. Jangan malas nanti ustad akan menyuruhmu mengulangi mengaji dari membaca iqro” begitu kata ibu. Kalau ayah dia cuma akan berkata “yin ngaji.” Singkat namun aku pasti langsung ciut. Ayahku memang sangat tegas.
Kini, 19 tahun berlalu. Aku duduk diam di depan laptopku di dalam kamar seluas 2x2 meter ini. sambil menahan senyum dan tangis mengingat suasana ramadhan dirumahku. Ya, saat ini aku tidak bisa berpuasa ramadhan dirumah. Aku masih harus menyelesaikan kuliahku dan tinggal jauh dari rumah. Tadi sore ibuku menelfon.
“jangan lupa terawih dan membeli persediaan untuk sahur” katanya. Ayahku kemudian menambahkan “sempatkan mengaji, kirim doa dan yasiin untuk kakek dan nenekmu”. Aku bilang “iya”. Kemudian saat ayah dan ibu menutup telfonnya aku malah menangis, ingin pulang rasanya. Ingin mengunjungi makam kakek nenek di rumah. Namun apalah daya aku belum bisa aku masih harus menemui dosenku untuk merevisi skripsiku.
Namun begitulah ramadhan, selalu mempunyai cerita uniknya sendiri. Selain dari berkah yang melimpah di bulan ramadhan yang selalu aku nantikan. Aku juga selalu merindukan kehangatan bulan ramadhan yang bisa membuatku berkumpul dan lebih dengan keluargaku. Ibu, Ayah… aku rindu. (
Quote:
JANGAN LUPA
Diubah oleh lyla.jinan 26-05-2018 00:41
anasabila memberi reputasi
1
506
Kutip
2
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru