Sistem pemerintahan demokrasi Indonesia kembali mendapatkan ujian pelik. Atas dasar dan alasan kebebasan berekspresi yang menjadi salah satu ciri khas negara demokrasi, berbagai pernyataan yang sedikit mengusik tataran berpikir khas orang timuran, kembali menjadi perdebatan.

Sekian lama kita di-nina bobokan dengan ujaran-ujaran halus dalam balutan eufimisme, kini kita diajari bertutur kata lugas tanpa majas dengan diksi kasar. Contoh, ketika seorang politisi melemparkan pernyataan yang 18+ saat mengkritisi Kemendag terkait skandal penipuan biro perjalanan umroh. Sadis, tanpa tedeng aling-aling.

Belum reda tensi akibat polemik statemen yang membuat telinga memerah, muncullah istilah partai setan. Benarkah ada partai berafiliasi dengan setan? Partai yang disebut-sebut dengan gerakan yang anti-Tuhan? Saya tidak sedang membahas kriteria partai tersebut. Nanti dikira saya ikut memanaskan suasana yang sudah semakin hot jelang pilpres. Saya hanya tergelitik dengan sebutan kata "setan". Bagi yang belum kenal dengan mahluk tersebut, silakan baca tulisan ini hingga tuntas.

Setan, iblis, dan mahluk tak kasat mata lainnya adalah satu diantara ciptaan Tuhan lainnya. Mereka hidup, beranak pinak, dan mungkin juga berpolitik seperti halnya manusia. Eksistensi setan bukanlah bualan seperti janji-janji politikus ketika kampanye. Tapi mereka, yakni, setan, iblis, genderuwo, dan apapun jenisnya itu, benar-benar ada.

Dalam Alqur'an, keberadaan setan dapat ditemui di surah Al-hijr ayat 27. Disebutkan bahwa Allah telah menciptakan jin sebelum Adam, dari api yang sangat panas. Iblis dan setan adalah golongan dari jin.

Sedangkan penjelasan Alkitab mengenai setan seperti yang tertera dalam Imamat 17:7. Dalam ayat tersebut, didefinisikan jin adalah setan. Sehingga dilarang membuat persembahan dan menyembah kepada golongan ini karena dianggap zinah.



Berdasarkan sekelumit penjelasan kedua kitab suci yang oleh Rocky Gerung dikategorikan sebagai kitab "fiksi" tersebut, maka jelaslah setan itu ada dan ia hidup, berkembang biak, dan mungkin saja saat ini mereka sedang melakukan hajatan PEMILU-S. Pemilihan Umum Setan.

Pelabelan sifat jahat yang melekat pada setan bisa kita temukan dalam setiap kajian doktrin agama apapun. Ia benar-benar dideksripsikan sebagai mahluk luarbiasa nakal, usil, bengis dan tentu saja anti Tuhan. Itu sebabnya, para penceramah, apakah itu ustadz, pastor, pendeta dan pemuka agama lainnya, selalu mengajak umatnya senantiasa berdoa supaya dijauhkan dari segala godaan setan.

Lantas, jika ia mahluk jahat, mengapa diciptakan oleh Tuhan? Sabar, kita bahas sambil ngopi ya?

Mengutip kisah yang ditulis oleh Rusli Mathari dalam kolom esai-nya di Mojok, Nabi Sulaiman AS pernah meminta izin Allah untuk menangkap dan mengurung iblis alias setan. Lantas apakah yang kemudian terjadi ketika setan berhasil dipasung? Kehidupan menjadi tidak bergairah. Sebab Allah mengatakan (dalam bahasa manusia), "Wahai Sulaiman, menangkap dan memenjarakan Iblis tidak akan mendatangkan kebaikan pada manusia karena manusia menjadi tidak bergairah dalam beribadah dan mencari nafkah.” Kira-kira begitu.

Jadi premis sederhananya begini, tanpa setan, maka kehidupan akan datar. Manusia tidak memiliki semangat untuk beribadah serta mencari nafkah. Tidak perlu ada polisi, hakim, penceramah agama, karena memang ndak dibutuhkan. Ditambah lagi sikap "manusiawi" ala manusia yang kurang bergairah jika hidup ini tanpa adanya tantangan.

Situ yakin tetap beribadah jika iming-iming surga dan neraka itu tidak ada? Surga itu ada sebagai balasan bagi orang baik. Dan untuk mengetahui kebaikan seseorang, maka ia perlu diuji. Pakai apa? Ya setan tadi. Lah kok enak tanpa adanya ujian dapat surga? Ongkang-ongkang kaki ndak keringatan tapi dapat duit?
Yakin bersedia berpanas-panasan dijalanan bila tidak ada yang hendak dituju? Loh kok sampai sana?!

***
Pernyataan tentang "setan" dalam orientasi apapun, hendaknya tidak usah dijadikan hal yang serius. Lagian kata setan kadang memiliki perluasan dan penyempitan makna. Tergantung konteks dan dalam suasana apa kata setan ini dimunculkan.

Dikehidupan sehari-hari, setan sering dihadirkan sebagai bagian dari manusia itu sendiri. Misalkan bagi penggemar Manchester United, pastilah familiar dengan slogan the red devils, alias si setan merah. Apakah lantas MU berisikan pemain-pemain setan yang berwarna merah seperti jersey homemereka? Nggak kan? Mosok striker-nya Lucifer, winger-nya Asmodeus, midfielder-nya Astaroth, centre back-nya bernama Leviathan, terus kipernya Behemoth. Bukan itu maksudnya.

Mungkin skuad besutan Jose Mourinho bin Sukadi ini menggunakan istilah setan merah sebagai bagian dari strategi psywar kepada lawan mainnya. Mereka sedang memprovokasi pihak lawan bahwa ada semangat setan didalam tim yang akan menghajar siapapun hingga babak belur. Dan terbukti kan? Manchester United dengan "setannya" berhasil menjadi juara Premier League musim 2017-2018. Juara dua maksudnya.


©Skydavee

Sumber gambar: google