Menjadi pahlawan di jaman sekarang bukanlah mimpi. Selama kita semua ingin, pasti tetap bisa jadi pahlawan. Buktinya, 11 wanita cantik ini membuktikan kalau mereka adalah Kartini zaman now yang memberi kontribusi pada lingkungannya. Penasaran gak Gan sama mereka ini? 

Usia, lokasi daerah atau pekerjaan bukan halangan bagi mereka gan. Dalam kondisi penuh tantangan yang mereka hadapi, tetap saja wanita-wanita Indonesia yang cantik ini berprestasi dan berkarya dengan cara mereka masing-masing. 

11. Kartini Zaman Now yang Menginspirasi

1. Resika Caesaria



Wanita cantik ini dijuluki Ratu Cimol dari Banyumas. Ane pernah baca thread tentang dia di forum ini. Bagaimana dia berjuang sejak jaman sekolah untuk biaya sekolahnya hingga akhirnya dia juga membantu warga sekitarnya, di Banyumas, untuk mendapatkan penghasilan. 




Dengan harga yang murah, Cika, panggilan akrabnya, mengatakan bahwa memang dia, melalui Made Arizka - badan usaha miliknya, berfokus untuk menolong pengangguran dan yang kekurangan di lingkungan sekitarnya. Kini, Cika sudah memiliki lebih dari 200 mitra usaha. Inspirasinya ini telah membawanya mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2014 silam. 

2. Triana Rahmawati



Melihat sosoknya, kita tidak akan menduga kalau wanita ini menyediakan dirinya menjadi pendamping bagi Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK). Diawali dengan kepeduliannya terhadap para ODMK ini, Triana bersama dua orang temannya, Febrianti Dwi Lestari dan Wulandari, mendirikan Griya Schizofren. 

Di griya ini, mereka mendampingi para ODMK dalam melaksanakan aktivitas mereka sehari-hari. Mulai dari bernyanyi, mengobrol, menggambar dan kegiatan lainnya. 

3. Anissa Potter

Travel blogger - atau lebih tepatnya, Anissa membranding diri sebagai Student Traveler. Memang sejak lama dia menggemari jalan-jalan. Kemudian ketika diberi kesempatan dengan berbagai beasiswa yang diraihnya, Anissa pun mewujudkan mimpinya dengan menjadi student traveler dan menerbitkan 2 (dua) buah buku dengan judul sama. 

Hampir 30 negara sudah dia kunjungi, keren kan gan?  eh tapi, dia tak hanya berhenti di situ. Kecintaannya pada lingkungan mendorongnya untuk membuat papan mainan seperti monopoly yang fokus pada lingkungan hidup. Namanya Ecofonopoly. Dengan permainan ini, diharapkan para pemainnya lebih memahami dan mencintai lingkungan mereka. 



Permainan ini pun membawanya meraih beragam penghargaan, sebut saja Bayer Young Environmental Envoy 2010 Jerman, sebagai salah satunya. Kini, papan permainan itu pun sudah memiliki beberapa seri, termasuk seri cinta Indonesia. 





4. Hayu Diah Patria




Sebut saja daun krokot yang memiliki kandungan asam lemak Omega-3 untuk perkembangan otak anak-anak, bagus untuk warga. Karena itulah Hayu Diah mengadakan program pelestarian tanaman liar dan edukais warga sekitar untuk memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. 




5. Amalia Agustin



Siapa bilang anak muda zaman now gak peduli lingkungan? Adalah Amalia Agustin, gadis kelahiran 1996 membuktikan sebaliknya. Setelah pembicaraan bersama teman-temannya, Amalia mengajukan proposal program Karya Ilmiah Remaja "Go to Zero Waste School" ke Program Young Changemakers dari Ashoka Indonesia. 

Proposalnya diterima dengan biaya operasional Rp2,5 juta, program ini pun dimulai, dengan 4 (empat) program, yaitu sampah inorganic, organic, tetrapak dan kertas. Menurutnya:: 




6. Rusmawati



Tingkat kemiskinan di daerah pesisir Serdang Bedagai, Sumatera Utara, sangatlah terasa. Pendidikan bukanlah hal yang bisa diraih oleh setiap anak di sana, bahkan tidak sedikit anak putus sekolah. Sebagai aktivis Hapsari - LSM yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, Rusmawati merasa terdorong untuk melakukan sesuatu. 

Wanita kelahiran tahun 1976 ini bersama rekan-rekannya dalam Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN) mendirikan Sanggar Belajar Anak untuk para anak belajar dengan gratis. Sementara, anak mereka belajar, para wali diikutkan dalam kegiatan berorganisasi dan berdiskusi bersama. Selain itu, dibuatkan juga program pinjaman lunak agar mereka bisa beternak, berkebun dan lainnya. 




7. Ratna Indah Kurniawati



Sebagai tenaga di bidang kesehatan, Ratna Indah Kurniawati tergerak ketika melihat salah seorang mantan penderita kusta di kecamatan Gratis harus meminta bantuan orang tuanya untuk menjalankan hidup. Ratna ingin membantu orang itu dan para mantan penderita kusta lainnya untuk bisa hidup mandiri. 

Karena itulah dia mendirikan paguyuban di Grati untuk memfasilitasi pengambilan obat warga sekitar dan juga menyediakan pelatihan kepada para mantan penderita kusta. Dia membimbing mereka untuk menjalankan usaha jangkrik. Selain itu, di ajuga mengadakan penyuluhan tentang pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan memberdayakan para penderita penyakit ini. 




8. Risna Hasanudin



Wanita kelahiran Banda Neira, Maluku tahun 1988 ini dikenal kepeduliannya kepada anak-anak dan perempuan Arfak, Papua Barat. Setelah lulus kuliah di Maluku, Risna pun ke Papua Barat. Di tempat inilah dia melihat kondisi yang dialami anak-anak dan para perempuan Arfak. 




Karena itulah dia mendirikan Rumah Cerdas Perempuan Arfak Papua Barat di tahun 2014. Di tempat ini, anak-anak Arfak bisa belajar dan mendapatkan pendidikan yang dibutuhkan. Selain itu, Risna juga memberikan pelatihan terkait usaha kecil untuk para warga dan wanita Arfak. Memang dia ini mutiara dari timur Indonesia ya gan. 

9. Anjani Sekar Arum



Sebagai wanita kelahiran Malang dan memiliki darah seni, Anjani Sekar Arum sudah memutuskan untuk bekerja tak jauh dari seni sejak kuliah. Sebutlah batik yang menjadi pilihan. Perjuangan mengenalkan batik bantengan terbayar ketika diminta ikut dalam pameran di luar negeri. Namun... 

Ibarat sinetron di tv gan, Anjani mengalami kendala dalam memenuhi target kain batik yang harus disiapkannya. Sudah mencari sana sini pun, dia kesulitan menemukan pengrajin batik yang cocok. Karena itulah, dia mendirikan sanggar batik Andaka di Kota Batu, Malang. Selain untuk memenuhi kebutuhannya, sanggar ini menjadi tempat belajar untuk anak-anak warga sekitar dan melestarikan batik bantengan. 

Kini, sanggar batik Andaka memiliki 58 anak yang belajar membatik dan 25 di antaranya aktif membatik O iya gan, semua penjualan batik anak didiknya menjadi hak sang anak semua loh... Salut ane. 




10. Hardinisa Syamtiri



Wanita cantik ini mengalami tantangan dalam hidup sejak pertama kali menjejakkan kakinya di daerah Jorong Luak Bega, Talang Anau, Sumatera Barat. Tempat itu sudah 3 tahun tidak memiliki bidan. Karenanya, ketika dia datang, Hardinisa Syamtiri harus menghadapi ketidakpercayaan masyarakat sekitar terhadap kemampuannya, selain permasalah lokasi yang terpencil. 

Namun, dengan pendekatan yang super, dia berhasil meluruhkan hati para warga gan. Yes banget kan ya. Kartini masa kini ini tidak berhenti di situ. Dia tidak ingin para lansia di daerah itu mengalami masalah yang biasa terjadi seperti stroke dan hipertensi. Karena itulah dia membentuk SEROJA. 




11. Sri Irdayati



Kalau agan baca para Kartini zaman now di atas, mungkin kepikir kalau semua hanya di luar kota. Kalau di Jakarta gak mungkin. Eits.. jangan salah gan, Sri Irdayati, adalah Kartini jaman sekarang di Jakarta. Memang, Sri dilahirkan di Kalimantan Barat, tapi aktivitasnya memberi pendidikan usaha gratis kepada anak-anak dilakukan di Kelapa Gading Jakarta. 




Kelas usaha ini dilakukan di kontrakannya. Sri mengajar anak-anak usia 6-12 tahun mulai dari bagaimana membuat manik-manik hingga memahami neraca keuangan dan membuatnya. Semua ini dilberikan secara gratis. Keren kan? Pantaslah kalau diberi SATU Indonesia Awards juga. 

Nah... itu dia 11 wanita pahlawan era kekinian. Menurut agan, pantas gak mereka disebut Kartini zaman now? Terus, agan ada sosok kartini masa kini lainnya gak? Boleh loh share lah gan ke ane. Atau daftarin mereka ke SATU Indonesia Awards yuk... Eh iya... maaf ya gan buat fotonya yang jelek. Maklum, ane ndak nemu banyak foto narsis mereka. 

Sumur: Satu Indonesia Awards | Anissa Potter - Student Traveler & Ecofonopoly