Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

azizm795Avatar border
TS
azizm795
Indonesia Terjebak Rente Ekonomi Impor Pangan
Direktur Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati berpendapat, julukan negara agraris yang disematkan pada Indonesia, kontradiksi dengan fakta bahwa Indonesia adalah bangsa yang sudah terjebak siklus impor pangan.
Baca juga : INDEF: Sampai Kapan Impor Terus?
’’Sektor pangan bukannya semakin maju menuju kemandirian, malah makin bersandar pada pasokan dari luar. Bahkan, bahan baku industri pun lebih dari 60 persen harus dipenuhi dari impor,’’ kata Enny di Jakarta, Rabu (18/4).
Sembilan temuan BPK terkait pengelolaan tata niaga impor pangan secara gambling menggambarkan rendahnya validitas data pangan, minim koordinasi dan integrasi data lintas kementerian. Juga ketidakpatuhan terhadap SOP (Standar Operasional Prosedur) dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Baca juga : Jelang Puasa dan Lebaran, Pemerintah Impor 400 Kontainer Bawang Putih
’’Dipicu oleh carut-marut data pangan dan disparitas harga internasional vs lokal yang menggiurkan, membuat pemburu rente merajalela dan memanfaatkan berbagai celah yang ada. Pangan menjadi penyumbang besar pembentukan inflasi, sehingga stabilitasnya wajib dijaga. Kenaikan harga pangan akan dengan mudah melemparkan keluaga hampir miskin menjadi rumah tangga miskin,’’ tukasnya.
Tingginya kontribusi dan peran pangan terhadap inflasi, jelas Enny, menjadi penting untuk segera dicari jalan keluarnya. Diperlukan upaya serius dan komprehensif untuk memaksimalkan peningkatan produktivitas pangan dalam negeri. Acapkali pemerintah justru mengimpor pangan pada saat yang tidak tepat.
Baca juga : Impor Beras Meningkat Hingga 1,3 Juta Ton Sepanjang 2017-2018
’’Kebijakan impor raw sugar misalnya, tidak efektif menjaga stabilitas harga. Karena waktu impor dan struktur pasar yang terbatas pada beberapa importir produsen saja, sehingga menimbulkan moral hazard dan berpotensi memunculkan pemburu rente," lanjut Enny.
Menjelang puasa dan lebaran, stabilisasi harga pangan mutlak diperlukan. Jamak diketahui bahwa lonjakan harga pangan selalu menjadi ritual tahunan, terutama pada momentum puasa atau hari raya keagamaan.
’’Jika operasi pasar sekedar program dan proyek, dapat dipastikan, fenomena liarnya harga pada saat hari raya, tidak akan terelakkan. Instrumen operasi pasar efektif jika mampu mempengaruhi dominasi kepemilikan pasokan dan memperbaiki struktur pasar yang tidak sehat. Artinya diperlukan penguasaan cadangan yang memadai,’’ kata Enny.

Sumber: www.law-justice.co
0
2.4K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.