- Beranda
- Heart to Heart
Tentang pertemanan, keakraban, dan bahan guyonan.
...
TS
naxpexadont
Tentang pertemanan, keakraban, dan bahan guyonan.
Jika berteman itu menjadi ajang saling mengolok-olok (walaupun itu dalam konteks bercanda).
Jika berteman itu salah satunya sering jadi bahan guyonan yang lain entah dari kekurangannya atau kelemahannya.
Jika berteman itu membuat kita dengan mudah mengatakan kata-kata kotor dengan dalih tingkat keakraban yang sudah tinggi sehingga tidak perlu jaim-jaiman lagi.
Jika berteman itu ada salah satu orang yang menjaga diri untuk tidak mengganggu orang lain, menghina orang lain, menjatuhkan orang lain itu dianggap sok baik dan munafik.
Entah kenapa saya lebih tenang jika tidak punya teman.
Orang bilang dengan pemikiran seperti ini, saya orang yang kaku, sensian, sok alim, tidak bisa diakrabi, yang pada akhirnya di lingkaran sosial saya, orang-orang yang dekat dengan saya hanya sebatas "teman formal". Teman kerja saja (ya, ini masalah di tempat kerja). Yang tidak akan bicara dan diajak bicara kecuali masalah pekerjaan.
Kadang merasa sepi, tapi di sisi lain, ada rasa tenang juga karena tidak ada yang mengganggu saya. Yang saya khawatirkan adalah, ketika saya mendapat amanah menjadi penanggung jawab dalam sebuah acara di tempat saya bekerja, saya takut tidak ada "teman" yang bakal membantu saya meskipun selama ini ketika ada "teman" yang menjadi penanggung jawab sesuatu dan dia mengamanahi saya job desk tertentu (yang artinya dia ketuanya dan saya hanya di bagian anggota seksi pada acara itu), saya melakukannya dengan baik. Akankah ada timbal balik dari mereka? akankah saya dapat bantuan dari mereka? mengingat saya adalah orang baru di tempat kerja sekarang ini.
Jujur saya orangnya nggak suka mencari kelemahan orang dan menggunakannya untuk bahan becandaan. Saya selalu teringat waktu jaman SD saya, ketika saya sering diejek teman-teman saya. Entah itu becanda atau memang niat mengejek. Mereka (teman-teman SD saya) selalu mengejek bareng-bareng. Hal itu terekam jelas sampai saat ini. Betapa jengkel, dendam, enegnya saya dengan semua hal itu. Maka saat saya dewasa, hal itu mempengaruhi sekali kepribadian saya. Saya menjadi pribadi yang tidak suka menghina orang lain sekalipun itu buat becanda. Yang entah kenapa niat baik saya untuk tidak menghina orang lain dan tidak mau diejek berimbas dengan mereka yang menganggap saya orang yang kaku, sok alim, sok munafik, dsb.
Saya jadi berkesimpulan, di lingkaran sosial manapun pasti akan ada salah satu atau salah sedikit dari bagian lingkaran itu yang ditempatkan pada posisi sebagai bahan guyonan. Mau tidak mau saya akui itu. Tapi alih-alih berupaya untuk memposisikan diri sebagai "pengejek", saya lebih tenang untuk menghindari semua itu yang mana dari itu berimbas kepada saya yang kadang dijadikan bahan lelucon mereka atau ketika cuma ada dua orang berkumpul dan salah satunya adalah saya, yang terjadi adalah saling diam-diaman. Walaupun saya sudah membuka percakapan, dia pasti membalas dengan balasan yang singkat-singkat. So, saya minta sarannya, gimana menyikapi semua ini?
Jika berteman itu salah satunya sering jadi bahan guyonan yang lain entah dari kekurangannya atau kelemahannya.
Jika berteman itu membuat kita dengan mudah mengatakan kata-kata kotor dengan dalih tingkat keakraban yang sudah tinggi sehingga tidak perlu jaim-jaiman lagi.
Jika berteman itu ada salah satu orang yang menjaga diri untuk tidak mengganggu orang lain, menghina orang lain, menjatuhkan orang lain itu dianggap sok baik dan munafik.
Entah kenapa saya lebih tenang jika tidak punya teman.
Orang bilang dengan pemikiran seperti ini, saya orang yang kaku, sensian, sok alim, tidak bisa diakrabi, yang pada akhirnya di lingkaran sosial saya, orang-orang yang dekat dengan saya hanya sebatas "teman formal". Teman kerja saja (ya, ini masalah di tempat kerja). Yang tidak akan bicara dan diajak bicara kecuali masalah pekerjaan.
Kadang merasa sepi, tapi di sisi lain, ada rasa tenang juga karena tidak ada yang mengganggu saya. Yang saya khawatirkan adalah, ketika saya mendapat amanah menjadi penanggung jawab dalam sebuah acara di tempat saya bekerja, saya takut tidak ada "teman" yang bakal membantu saya meskipun selama ini ketika ada "teman" yang menjadi penanggung jawab sesuatu dan dia mengamanahi saya job desk tertentu (yang artinya dia ketuanya dan saya hanya di bagian anggota seksi pada acara itu), saya melakukannya dengan baik. Akankah ada timbal balik dari mereka? akankah saya dapat bantuan dari mereka? mengingat saya adalah orang baru di tempat kerja sekarang ini.
Jujur saya orangnya nggak suka mencari kelemahan orang dan menggunakannya untuk bahan becandaan. Saya selalu teringat waktu jaman SD saya, ketika saya sering diejek teman-teman saya. Entah itu becanda atau memang niat mengejek. Mereka (teman-teman SD saya) selalu mengejek bareng-bareng. Hal itu terekam jelas sampai saat ini. Betapa jengkel, dendam, enegnya saya dengan semua hal itu. Maka saat saya dewasa, hal itu mempengaruhi sekali kepribadian saya. Saya menjadi pribadi yang tidak suka menghina orang lain sekalipun itu buat becanda. Yang entah kenapa niat baik saya untuk tidak menghina orang lain dan tidak mau diejek berimbas dengan mereka yang menganggap saya orang yang kaku, sok alim, sok munafik, dsb.
Saya jadi berkesimpulan, di lingkaran sosial manapun pasti akan ada salah satu atau salah sedikit dari bagian lingkaran itu yang ditempatkan pada posisi sebagai bahan guyonan. Mau tidak mau saya akui itu. Tapi alih-alih berupaya untuk memposisikan diri sebagai "pengejek", saya lebih tenang untuk menghindari semua itu yang mana dari itu berimbas kepada saya yang kadang dijadikan bahan lelucon mereka atau ketika cuma ada dua orang berkumpul dan salah satunya adalah saya, yang terjadi adalah saling diam-diaman. Walaupun saya sudah membuka percakapan, dia pasti membalas dengan balasan yang singkat-singkat. So, saya minta sarannya, gimana menyikapi semua ini?
0
1.8K
17
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
22.5KThread•32.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya