• Beranda
  • ...
  • F1
  • Rio Haryanto : Nemapaki Puncak Tertinggi beserta Ekspektasi dan Realita didalamnya

overthewallAvatar border
TS
overthewall
Rio Haryanto : Nemapaki Puncak Tertinggi beserta Ekspektasi dan Realita didalamnya
Hallo,

Spoiler for "Kata Pengantar":


Hampir genap 2 tahun lalu, Indonesia berbangga hati dengan Rio Haryanto. Berkat segala usaha dan talenta yang telah diasah sejak dini, seorang laki-laki kelahiran Surakarta, 22 Januari 1993, anak dari pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati tersebut telah menciptakan sebuah sejarah bagi Indonesia, ya dialah pembalap Formula 1 pertama Indonesia! Formula 1 merupakan ajang balap mobil bergengsi yang melahirkan bakat-bakat dan orang-orang yang hebat dengan karakter kuat seperti Jim Clark, Niki Lauda, Ayrton Senna, Michael Schumacher, Lewis Hamilton hingga Sebastian Vettel. Tidakkah kita bangga akan prestasi anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia?


Rio Haryanto - Formula BMW


Awal mula perjalanan Rio Haryanto menuju Formula 1 tidaklah seperti membalikkan telapak tangan, tentu perlu talenta, kerja keras, hingga dana yang tidak sedikit. Beruntungnya Rio soal pendanaan sedikit demi sedikit masih dapat didukung oleh sang Ayah melalui Kiky yang setia menemani sepanjang karir balapnya. Diawali dengan menjuarai Go-Kart tingkat Nasional pada tahun 2008 dan menjuarai Formula BMW Pacific musim 2009 pada usia 16 tahun yang membuka langkahnya menuju pentas dunia dimulai. Atas raihan gemilang tersebut, Rio mendapatkan kursi GP3 untuk musim 2010 bersama Manor Racing.

Spoiler for Informasi:


AWAL KARIR DI EROPA

Sebagai satu-satunya pembalap Asia, perjalanan Rio pada musim debutnya di GP3 sangat sensasional dengan torehan kemenangan pada Sprint Race di Istanbul Park, Turki. Kemenangan Rio tersebut diwarnai sedikit cerita, pada saat itu panitia balap tidak mempunyai bendera Indonesia yang seharusnya dikibarkan diatas podium sehingga digunakanlah bendera Polandia yang dipasang terbaik untuk mengakalinya dan disaat yang bersamaan panitia balap tidak memiliki lagu Indonesia Raya yang baru saja di unduh. Tentunya hal ini telah menggambarkan tidak ada yang berekspektasi laki-laki berusia 17 tahun asal Indonesia akan memenangkan balapan. Prestasi tersebut kemudian diikuti oleh podium 2 pada Feature Race di Silverstone, Inggris dan podium 3 pada Feature Race di Monza, Italia yang membawa Rio menuju peringkat 5 diakhir klasemen GP3 musim 2010 dengan poin 27. Dalam kesempatannya, Rio mengalahkan rekan setimnya yaitu James Jakes, Adrien Tambay dan Adrian Quaife-Hobbs yang membawanya pada kesempatan uji coba mobil F1 bersama Virgin Racing di akhir musim 2010 yang membuat Rio menjadi orang Indonesia pertama yang mengemudikan mobil F1.

Spoiler for Informasi:



Rio Haryanto - 2010 Sprint Race GP3 Turki


Pencapaian Rio di GP3 musim 2011 lebih baik dari tahun sebelumnya, Rio meraih 2 kemenangan pada Feature Race di Nurburgring, Jerman dan Sprint Racedi Hungaroring, Hungaria serta podium 2 dan 3 di Monza, Italia dengan jumlah poin 31 dan bertengger di posisi 7 pada klasemen akhir. Karena 2 kemenangan yang diraih Rio ketika balapan berjalan basah membuat dirinya mendapatkan reputasi sebagai wet weather specialist. Raihan tersebut memuluskan langkah Rio untuk menaiki jenjang tangga yang lebih tinggi yaitu GP2 Series pada musim 2012 bersama Carlin. GP2 merupakan ajang yang melahirkan bakat-bakat hebat seperti Lewis Hamilton (2008, 2014, 2015, 2017 F1 World Champions) dan Nico Rosberg (2016 F1 World Champions). Dengan berada pada kompetisi ini membuat Rio menyamai torehan seniornya, yaitu Ananda Mikola yang membalap di kelas F3000 (sebelum berubah menjadi GP2 pada tahun 2005 dan F2 pada tahun 2017) pada musim 2000 dan 2001.

Spoiler for Informasi:



RIo Haryanto - Silverstone Test 2012


Selama kurun waktu 2012-2014, prestasi Rio di ajang GP2 biasa-biasa saja dengan hanya mencatatkan 2 podium melalui finish2 pada Sprint Race di Silverstone, Inggris 2013 dan finish 3 pada Sprint Race di Monaco 2014 yang diikuti dengan torehan Fastest Lap pada Sprint Race di Sepang, Malaysia 2012 dan meraih Pole Position di Spa, Belgia pada saat sesi kualifikasi berjalan dengan guyuran hujan. Dalam rentang waktu tersebut, Rio berhasil mendapatkan FIA superlicense untuk membalap di Formula 1 yang didapatkannya saat mengikuti ajang Young Driver Test  2012 di Silverstone, Inggris bersama Marussia F1 Team dan hingga saat ini hanya Rio satu-satunya pembalap Indonesia yang berhasil mendapatkan FIA superlicense.

BREAKTHROUGH SEASON

Melangkah jauh ke musim 2015, Rio mengawali musim dengan meraih podium 2 pada Feature Race di Sakhir, Bahrain setelah berhasil menyalip Alexander Rossi pada putaran terakhir dan KEMENANGAN pada Sprint Race. Performa brillian Rio membuatnya semakin percaya diri menghadapi GP2 musim 2015 yang diikuti oleh kemenangan pada Sprint Race di Red Bull Ring, Austria dan Silverstone, Inggris serta podium 2 pada Sprint Race di Sochi, Russia. Atas raihan tersebut, Rio telah menjalani musim terbaiknya selama berkarir penuh di Eropa sejak 2010 dengan raihan 138 poin dan posisi 4 di klasemen akhir GP2 2015. Namun, performa brillian tersebut diikuti dengan 4 balapan tanpa mendapatkan poin di Spa, Belgia dan Monza, Italia. Beruntungnya hal tersebut tidak mengurungkan niat Manor Racing untuk memberikan kesempatan uji coba pada Rio di akhir musim 2015 di ajang Young Driver Test di Yas Marina, Abu Dhabi.


Rio Haryanto - 2015 Sprint Race GP2 Austria


Dalam suatu kesempatan, bos tim Campos Racing, Adrian Campos melemparkan pujian kepada Rio dengan mengatakan "Stoffel Vandoorne adalah pembalap yang unik, dan semua orang mengakui dirinya memiliki sesuatu yang berbeda. Tapi Rio merupakan satu-satunya pembalap yang mampu mengalahkannya dan berani head to head." Dasarnya adalah kemenangan Rio di Sakhir, Bahrain dan Red Bull Ring, Austria yang didapatkan setelah duel satu melawan satu melawan Vandoorne, cara paling jantan untuk memenangkan sebuah balapan, Bravo! Setelah melihat Rio berjuang tahun demi tahun di GP2 dan berganti tim setiap tahunnya demi menuju Formula 1 mulai dari Carlin, Barwa Addax, Caterham dan Campos Racing akhirnya jalan menuju Formula 1 terbuka untuk dirinya dan membuat mimpi Indonesia untuk mempunyai pembalap F1 semakin terbuka lebar.

MENUJU FORMULA 1 DAN MANOR RACING

Sebelum menapaki jenjang karir menuju Formula 1 bersama Manor Racing pada musim 2016, Rio harus mendapatkan FIA superlicense. Awal yang dilalui yaitu melalui uji coba bersama tim Virgin Racing dengan mengendarai mobil VR01 di akhir musim 2010 sebagai hadiah karena berhasil menjadi pembalap terbaik Manor Racing di ajang GP3 2010. Kemudian, pada ajang Young Driver Test musim 2012 di Silverstone, Inggris Rio mendapatkan kesempatan untuk mengemudikan mobil MR01 milik Marussia F1 Team (Sebelumnya bernama Virgin Racing di musim 2010 dan Marussia Virgin Racing di musim 2011). Selama mengikuti uji coba, Rio melahap 300km dengan mobil MR01 yang membuatnya mendapatkan FIA superlicense untuk balapan di Formula 1, Selamat!


Rio Haryanto - Abu Dhabi Test 2015


Akhir tahun 2015 Rio mendapatkan kesempatan untuk uji coba Formula 1 bersama Manor Racing yang baru memulai ulang kiprahnya di Formula 1 setelah mengalami masalah keuangan di musim 2014. Beruntungnya pada awal tahun 2015, Stephen Fitzpatrick menyelamatkan Manor Racing sehingga dapat kembali berajang di Formula 1 untuk musim 2015. Karena keterbatasan waktu dan dana membuat Manor Racing tidak dapat membuat mobil baru dan menggunakan mobil musim 2014 yang dimodifikasi (MR03B) sehingga Manor Racing tidak dapat berbicara banyak dengan raihan tanpa poin dan menyelesaikan balapan di posisi paling buncit sepanjang musim. Menyedihkan.

Kedatangan Fitzpatrick membawa secerca harapan agar dapat membuat Manor Racing lepas dari julukan tim "medioker" di Formula 1. Prestasi terbaik Manor Racing  di ajang Formula 1 adalah finish 9 Jules Bianchi pada F1 Monaco 2014 atau dengan kata lain meraih 2 poin. Bahkan lebih sedikit dibanding pergantian nama tim yang telah dilakukan 5 sejak berdiri pada tahun 2010, yaitu Virgin Racing, Marussia Virgin Racing, Marussia F1 Team, Manor Marussia F1 Team hingga berubah seutuhnya menjadi Manor Racing untuk musim 2016.  

Fitzpatrick melakukan beberapa perubahan dengan merekrut Dave Ryan, mantan kepala mekanik tim McLaren yang telah berpengalaman di Formula 1 sejak tahun 1974 dan pernah bekerja sama dengan para juara dunia seperti James Hunt, Niki Lauda, Ayrton Senna, Alain Prost, Mika Hakkinen hingga Lewis Hamilton. Gebrakan lain yang dilakukan Fitzpatrick, yaitu melakukan kerjasama mesin dengan Mercedes untuk musim 2016 yang notabene memiliki mesin terbaik di Formula 1 era Hybrid. Kemudian Fitzpatrick juga merekrut mantan anggota tim Ferrari seperti Nicholas Tombazis dan Pat Fry serta menampung pembalap bertalenta yang juga sang juara DTM 2015, Pascal Wehrlein yang menurut beberapa pihak, Wehrlein diuntungkan oleh kerjasama Manor Racing dan Mercedes karena posisinya sebagai pembalap binaan Mercedes.

Sementara itu di arah yang berlawanan, Rio sedang berjibaku untuk mendapatkan kursi kedua Manor Racing dengan Alexander Rossi, Will Stevens, Fabio Leimer, dan Jordan King. Rio sendiri dalam perjuangannya memasuki Formula 1 juga bertemu dengan Presiden Jokowi dan Menpora Imam Nahrawi untuk menyanggupi permintaan Manor Racing sejumlah 15 Juta Euro. Tentunya permintaan yang kurang dapat dipenuhi oleh Pemerintah Indonesia. Namun setelah melalui negosiasi yang berjalan alot dengan Manor Racing akhirnya kursi kedua Manor Racing dimenangkan oleh Rio dengan membayar uang sejumlah 15 Juta Euro (setara Rp 240 Miliar Rupiah) kepada Manor Racing, WOW! Tentunya merupakan angka yang fantastis sehingga Rio mendapat reputasi sebagai pay driver. Julukan pay driver bukanlah hal asing di Formula 1, karena beberapa pembalap juga pernah melakukannya demi mendapatkan kursi tim F1, sebut saja Sergio Perez, Esteban Gutierrez, Vitaly Petrov, dan Pastor Maldonaldo. Nama terakhir mendapat sokongan dari PDVSA (Perusahaan minyak Venezuela) yang konon katanya membayar 45 Juta Poundsterling (setara 832 Miliar Rupiah!) untuk mendapatkan kursi Williams. Bahkan seorang 3 kali juara dunia seperti Niki Lauda pun juga menjadi pay driverpada awal karirnya di Formula 1 untuk mendapat kursi tim BRM.

"SETENGAH MUSIM" DI FORMULA 1

Pada 18 Februari 2016, Manor Racing mengkonfirmasikan bahwa Rio akan membalap bersama mereka untuk musim 2016 dan berdampingan dengan Wehrlein. Untuk tahapan ini pihak Rio baru membayar sejumlah 8 Juta Euro kepada Manor Racing yang membuat Rio hanya akan membalap selama 11 balapan hingga akhirnya ditambah menjadi 12 balapan atau sampai jeda musim panas. Desas-desus yang menciptakan kehebohan di Indonesia serta tingginya harapan bagi seorang laki-laki asal Indonesia untuk memenangi balapan Formula 1.


Rio Haryanto - F1 Australia 2016


Rio membuat debut resminya untuk Manor Racing pada F1 Australia 2016 yang menyelipkan sedikit cerita memilukan, saat Rio hendak keluar dari garasi mobilnya, ia menabrak Romain Grosjean sehingga Rio dihukum turun 3 peringkat startdan tambahan 2 poin penalty (Mungkin Rio Nervous!). Setelah memulai start dari posisi terakhir, Rio perlahan-lahan berusaha merangsek ke depan dalam balapan yang diwarnai bendera merah setelah insiden antara Fernando Alonso dan Esteban Gutierrez di tikungan ketiga. Setelah balapan dilanjutkan, mobil MRT05 yang dikendarai Rio mengalami masalah driveshaft sehingga balapan Rio berhenti pada putaran 17.

Spoiler for Informasi:


Raihan Rio pada setengah musimnya di Formula 1 yaitu mengakhiri balapan sebagai yang terakhir melintasi garis finish pada balapan di Bahrain, Spanyol, Monaco, Kanada, Azerbaijan, Austria, Hungaria, dan Jerman. Insiden dengan Nico Hulkenberg dan Esteban Gutierrez pada F1 Russia membuatnya keluar lebih awal dari balapan serta kesalahan sendiri dengan melintir pada F1 Inggris. Finish terbaik Rio di Formula 1 adalah peringkat 15 pada F1 Monaco dari 15 peserta yang menyelesaikan balapan dan tanpa mendapatkan poin sama sekali, sedangkan Wehrlein meraih 1 poin pada F1 Austria 2016. Namun, pada sesi kualifikasi F1 Eropa di Baku, Azerbaijan, Rio membuat kejutan dengan menyelesaikan sesi kualifikasi di peringkat 17, mengalahkan rekan setimnya, Wehrlein dan Juara Dunia F1 2009, Jenson Button. Hasil tersebut merupakan hasil terbaik Rio pada sesi kualifikasi selama berkarir di Formula 1.

Selama menjalani kiprah di Formula 1, Rio memang terbebani oleh ekspektasi masyarakat Indonesia yang ingin melihatnya berdiri di atas podium tertinggi sebagai bayaran atas "8 Juta Euro" yang telah dikeluarkan. Namun nyatanya Rio tidak mendapatkan paket mobil terbaik dengan hanya mengemudikan MRT05 milik Manor Racing yang bahkan untuk merangsek ke posisi 10 besar sulitnya minta ampun. Tetapi tak jarang Rio melakukan kesalahan yang berasal dari faktor pembalap seperti kurang baiknya manajemen ban dalam balapan. Faktor manajemen ban merupakan pendukung performa pembalap, karena dengan manajemen yang bagus akan membuat pembalap dapat menyelesaikan balapan dengan pitstop sedikit mungkin serta tidak akan khawatir kehilangan grippada akhir balapan. Hal ini terbukti dengan raihan poin Wehrlein di F1 Austria 2016, dimana Wehrlein mampu memaksakan strategi 1 stop dan menggunakan ban soft hingga 47 putaran.

Head to head antara Rio dan Wehrlein di sesi kualifikasi 5 untuk Rio dan 7 untuk Wehrlein, akan tetapi pada balapan statistiknya jauh dari harapan. Ketika keduanya sama-sama menyelesaikan balapan, Rio tak pernah berada di depan Wehrlein pada 8 kesempatan berbeda. Penyebab buruknya performa Rio di balapan ialah seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal ini sangat disayangkan, karena ban Formula 1 dan GP2 sama-sama dipasok oleh Pirelli, terlebih lagi Rio telah mengenal karakter ban Pirelli sejak berada di GP2. Hasil yang buruk bagi seorang yang sangat bertalenta seperti Rio. Andai saja Rio mendapatkan kesempatan lebih lama untuk membuktikan diri di Formula 1 setidaknya sampai akhir musim, mungkin Rio dapat memperbaiki hasil yang didapatkannya.

SETELAH FORMULA 1

Sudah menjadi rahasia umum bila Rio dan perwakilannya gagal untuk memenuhi tenggat waktu yang ditentukan pihak Manor Racing sehingga posisinya digantikan oleh Esteban Ocon mulai dari F1 Belgia. Setelahnya, Rio mendapat jabatan sebagai pembalap cadangan Manor Racing dan belum juga mendapatkan kesempatan untuk mengemudikan mobil Formula 1 kembali. Pihak Rio sendiri sebenarnya sudah berusaha mengejar kursi Sauber untuk musim 2017, namun kembali gagal setelah Sauber lebih memilih Wehrlein.

Melalui akun Instagramnya @rharyantoracing, kesibukan Rio belakangan ini adalah melanjutkan bisnis ayahandanya, sembari menjaga kondisi fisik agar tetap bugar dan fit dengan bersepeda. Selain itu, Rio juga mengikuti uji coba Formula E di Valencia, Spanyol dan uji coba Super Formula di Suzuka, Jepang bersama Honda. Tetapi, belum ada kejelasan mengenai masa depan Rio di kedua ajang tersebut. Penulis sendiri sebenarnya berharap Rio tetap dekat dengan ajang Formula 1 seperti menjadi pembalap cadangan atau membalap di ajang Super Formula seperti yang dilakukan oleh Vandoorne dan Pierre Gasly sebelum membalap di Formula 1.

Sungguh sedih melihat talenta seperti Rio harus terbuang sia-sia tanpa dapat membuktikan dirinya di Formula 1. Mungkin saja memang ekspektasi tinggi yang mewakili laki-laki "15 Juta Euro" asal Indonesia tertanam dalam harapan masyarakat Indonesia dengan melihat Rio berdiri di podium tertinggi dan bendera Indonesia berkibar di atasnya. Untuk melihat Rio memenangkan balapan Formula 1 bersama Manor Racing merupakan mission impossible. Sudah seharusnya masyarakat tidak terlalu membebani Rio terlalu berlebihan dan lebih memberikan ruang bagi Rio untuk berkembang lebih jauh dahulu di Formula 1.

Sean Gelael lebih beruntung dan tepat dalam memulai karir menuju Formula 1, Kenapa? Karena Sean mendapat sokongan dana yang tak terbatas dari sang ayah, Ricardo Gelael melalui bisnis franchise KFC di Indonesia. Tim yang menaungi Sean selalu melakukan re-branding dengan nama "Jagonya Ayam" yang mengartikan sponsor utama di tim itu adalah KFC Indonesia milik Ricardo Gelael. Jalur yang dipilih Sean untuk menuju Formula 1 lebih tepat karena Toro Rosso, tim yang menaungi Sean merupakan tim yang berorientasi kepada pembalap muda sebagai wujud ambisi Red Bull mencari bibit bibit muda untuk berkancah di Formula 1. Apabila Sean mampu tampil meyakinkan di F2 pada musim 2018 hingga mendapatkan FIA superlicense bukan tak mungkin kursi F1 2019 akan menghampiri Sean. Terlebih lagi tim Prema yang menaungi Sean di F2 bukan tim sembarangan karena merupakan tim yang mengantarkan Charles Lerclerc menjadi Juara F2 2017.

Nasib tak menentu Rio untuk kembali membalap di Formula 1 semoga mendapat perhatian dari Pemerintah Republik Indonesia atau para konglomerat agar lebih mendukung karir anak bangsa di cabang olahraga motorsport. Malaysia melalui manajemen Sepang International Circuit dan Tony Fernandes selalu mendukung kiprah pembalapnya di ajang Moto2 dan Moto3, bahkan pembalap Malaysia, Hafizh Syahrin sudah semakin dekat untuk mendapatkan kursi di MotoGP bersama Monster Yamaha Tech3. Semoga hal ini dapat menjadi lecutan bagi Indonesia agar dapat berprestasi lebih dan tidak mengabaikan cabang olahraga motorsport.

Segala sesuatu yang tertulis di atas, dituliskan untuk mengedukasi masyarakat tanpa ada maksud buruk apapun seperti menjiplak karya orang lain, Terima Kasih!
tata604Avatar border
tata604 memberi reputasi
1
3.1K
2
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
F1
F1 KASKUS Official
267Thread939Anggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.