Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

benny1010Avatar border
TS
benny1010
SENIMAN TARI ASAL SUMATERA BARAT
Manari Art Centre - Seniman Tari Asal Sumatera Barat


Gusmiati Suid (alm)
Seniman dan Koreografer Minangkabau - Sumatera Barat - Indonesia


Almarhum Gusmiati Suid adalah seniman dan budayawan perempuan asal Batusangkar Provinsi Sumatera Barat.
Lahir di Batusangkar, 16 Agustus 1942, dengan nama Syarifa Gusmiati, dari pasangan suami istri Gasim Shahab dan Ashia.

Sejak kecil, seniman yang akrab dipanggil ibu yet ini tumbuh besar bersama Bapak Suid. Kelak, nama Suid melekat di belakang namanya. Hingga akhir hayat, nama Gusmiati Suid lebih dikenal dibandingkan nama aslinya, yaitu Syarifa Gusmiati.

Sejak usia empat tahun, Gusmiati Suid (alm) belajar silat Kumango pada pamannya bernama Wahid Sampono Alam. Wahit adalah seorang pendekar silat Kumango yang cukup disegani masa itu.

Pada tahun 1982, Gusmiati Suid mendirikan sanggar tari di Batusangkar. Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Azwar Anas, meresmikannya dan memberi nama Gumarang Sakti. Nama ini berasal dari cerita tentang seekor Kuda Putih Sakti yang melegenda di Minangkabau, Sumatera Barat. Sejak berdirinya sanggar Gumarang Sakti, Gusmiati Suid (alm) mulai giat berkarya dan membina penari, pemain teater dan pemusik.

Pada tahun 1980an Sanggar Gumarang Sakti sudah dikenal di seluruh Sumatera. Hampir pada setiap festival-festival tari dan teater, mereka meraih gelar juara dan penampil terbaik. Ini membuktikan bahwa Kelompok Tari yang di pimpin oleh Gusmiati Suid (alm) ini selalu melahirkan karya-karya tari yang berkualitas.

Karya-karya tari Gumarang Sakti adalah tari Rantak, Alang Babega, Panen, Gandang Sakato, Limbago dan masih banyak lagi karya-karya tari lain yang sudah di kenal oleh insan seni tari di Sumatera Barat. Hampir semua karya-karya tari yang dihasilkan Gumarang Sakti, berpijak kepada konsep seni tradisi silat, bakaba dan teater tradisi Randai yang ada di Minangkabau.

Nama Gusmiati Suid (alm) di era 80an tercatat sebagai seorang Seniman dan Koreografer wanita Minangkabau yang tidak hanya disegani di wilayah Sumatera tapi seluruh Indonesia. Tapi, sangat disayangkan, karya-karya tari Gusmiati Suid (alm) tidak terlalu dikenal lagi oleh generasi muda sekarang.

Dalam berkarya Gusmiati Suid (alm) tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah ia ciptakan. Ini terlihat ketika Gusmiati Suid (alm) sedang melakukan proses penciptaan karya, ia selalu meluangkan waktu untuk mengasah kemampuan anak didiknya dengan cara latihan teknik silat dan eksplorasi gerak tari setiap hari, dengan penuh disiplin, langsung di bawah pengawasannya.

Untuk memperkaya material gerak dan format penyajian yang dibutuhkan dalam karyanya, Gusmiati terus mempertajam pengetahuan akan kekayaan seni dan budaya Minangkabau dengan melakukan penelitian ke berbagai daerah di Sumatera Barat. Hal itu agar pemahaman atau pengetahuan tentang seni budaya Minangkabau semakin di perkaya.

Pemahaman khasanah Minangkabau yang semakin hari semakin bertambah, justru membuat Gusmiati Suid (alm) semakin gelisah. Ia menilai banyak sekali kesenian-kesenian tradisi Minangkabau yang unik dan menarik belum diketahui oleh masyarakat luas.

Kegelisahan itu mendorong Gusmiati untuk terus berproses melahirkan karya-karya baru. Ia ingin mengangkat atau memperkenalkan seni tradisi Minangkabau ke masyarakat luas.


Hijrah ke Jakarta

Sejak berdirinya sanggar Gumarang Sakti, Gusmiati selalu membina hubungan silahturahmi dengan siapapun, terutama insan seni dimanapun berada. Hal tersebut ia lakukan untuk memperluas khasanah budaya serta menambah ketajaman berfikir serta kepekaan dalam menangkap gejala sosial yang semakin hari semakin berkembang.

"Baguru ka Alam Takambang" (Berguru ke Alam Terkembang), yang merupakan salah satu falsafah orang Minangkabau rupanya telah jadi prinsip Gusmiati Suid dalam mengarungi kehidupan yang ia jalankan.

Dunia tari yang dijalankan Gusmiati merupakan profesi yang berat bagi seorang wanita. Ia harus membagi tanggung jawab sebagai seorang ibu bagi anak-anak dan keluarganya. Hal itu sangat ia sadari.

Seiring waktu berjalan, kreativitas dunia taripun terus bergerak, menggeliat menghadapi berbagai tuntutan yang berbeda, memerlukan kearifan, kesabaran serta kesungguhan untuk menjalankannya.

Gusmiati menangkap fenomena alam yang selalu mengusik kreatifitas jiwa kesenimanannya terus "bergerak" maju. Untuk menyikapi semua itu, ia merangkul, bergaul dan berdialog dengan siapa saja secara lebih luas. Tujuannya adalah9 agar apa yang dibicarakan dalam setiap karyanya, dapat tersampaikan dengan baik. Hal ini juga yang mendorongnya Hijrah ke Jakarta pada tahun 1984.

Menurut Gusmiati, Ibu kota negara adalah tempat yang ideal untuk mengembangkan dan memperkenalkan seni tradisi Minangkabau. Di samping itu Kesempatan dan peluang berkarir dalam dunia seni lebih banyak di ibu kota dibandingkan di daerah.

Gusmiati berharap di Jakarta bisa berdialog dengan berbagai seniman multietnis, multidisiplin ilmu. Ia melakukannya untuk menambah wawasan berkeseniannya secara baik dan yang pada akhirnya tidak menutup kemungkinan akan bisa melahirkan karya yang lebih baik pula.

Limbago merupakan karya tari perdana Gusmiati sejak ia menetap di Jakarta. Karya tari ini tampil pada Festival Koreografi 1987 di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki dan mendapat sambutan yang baik dari kalangan seniman tari Indonesia saat itu. Beberapa bulan setelah itu, Gumarang Sakti mendapat kesempatan tampil pada festival tari di Calcuta, India.

Dari festival tari di Calcutta, menurut Gusmiati, Gumarang Sakti mulai dikenal secara Internasional. "Jalan mulai terbuka lebar untuk Gumarang Sakti dalam menapaki kiprahnya di kancah tari Dunia", katanya.

Hampir setiap tahun Gusmiati bersama sanggar Gumarang Sakti tampil di berbagai festival tari berskala Nasional maupun International, seperti Indonesia Dance Festival, Art Summit Jakarta, Performing Art Academy Festival di Hongkong, De Labaule Performing Art Academy festival Perancis, In Transit Festival di Berlin, KIAS festival di Amerika Serikat dan lain-lain.

Dalam KIAS festival di Amerika Serikat tahun 1991 Gumarang Sakti mendapat penghargaan tertinggi sebagai grup tari penampil terbaik dan dapat menarik penonton terbanyak ketika tampil di gedung pertunjukan Joice Theatre. Tempat ini adalah salah satu gedung pertunjukan bergengsi di New York Amerika Serikat. Padahal ketika sebelum mengikuti program KIAS ini, banyak penilaian "miring" dari berbagai pihak termasuk pemerintah akan karya yang akan dibawa Gusmiati Suid.

Penghargaan itu sangat berpengaruh pada nama baik Gusmiati, sehingga nama Gusmiati Suid mulai saat itu masuk kepada jajaran nama nama besar seniman tari dunia.

Perjuangan panjang seorang Gusmiati Suid yang berasal dari kota Batusangkar, tidak sia-sia. Walaupun ia hanya sebagai perempuan kampung biasa, namun kecintaannya akan budaya Minangkabau ia tunjukkan di pentas tari dunia. Selayaknya apa yang telah diperjuangkan Gusmiati Suid (alm) bersama Sanggar Gumarang Sakti , patut diberi apresiasi dan juga inspirasi bagi generasi muda serta pemerintah.

Kini nama Gusmiati Suid dan Gumarang Saktinya hanya tinggal kenangan. Karya-karya serta penghargaan yang diraih bersama bersama grupnya melalui tahapan-tahapan panjang yang melelahkan kini seakan hilang dan pergi bersama wafatnya pada tanggal 28 September 2001 hari Jum’at pukul 4.30 wib di rumah sakit Era Medika Jakarta.

Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kita pada sosok Gusmiati Suid, seniman dan budayawan asal Batusangkar Sumatera Barat, yang telah berjuang tanpa lelah mengangkat seni tradisi leluhur Minangkabau ke pentas tari dunia.


Benny Krisnawardi, Murid dan Asisten Koreografer Gusmiati Suid.

Yogyakarta, 20 Oktober 2014

0
3.6K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1.1KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.