Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

blizzard000Avatar border
TS
blizzard000
Ikut-ikutan Tanah Abang, PKL di Sudirman Gelar Dagangan di Trotoar
Jurnalindonesia.co.id – Kebijakan Pemprov DKI Jakarta terhadap pedagang kaki lima (PKL) di Tanah Abang, Jakarta Pusat, berdampak pada PKL lain di Ibu Kota, salah satunya di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.

Sebagaimana dilaporkan Media Indonesia, Para PKL di Jalan Jenderal Sudirman itu menggelar dagangannya di trotoar. Mereka mengaku mengikuti jejak PKL di Tanah Abang.

Puluhan PKL itu memenuhi trotoar di dekat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

“Kami minta enggak muluk-muluk sampai boleh berjualan di Jalan Sudirman. Cukup dibolehkan berjualan di trotoar saja, kami sudah bersyukur,” kata Ilham, 47, salah seorang PKL yang sudah 2 bulan ini menggelar dagangannya di tempat itu.

Meskipun tahu hal itu dilarang, Ilham mengaku tak takut dirazia petugas Satpol PP.

“Buktinya PKL yang di Tanah Abang enggak ada yang ditangkapi. Di sana bukan cuma boleh berjualan di trotoar, melainkan difasilitasi berjualan di jalan. Jadi kenapa saya harus ditangkap?” ucapnya.

Diketahi, Perda DKI Jakarta No 8/2007 tentang Ketertiban Umum Pasal 25 ayat (2) menyebutkan, ‘Setiap orang atau badan dilarang berdagang, berusaha di bagian jalan atau trotoar, halte, jembatan penyeberangan orang, dan tempat-tempat untuk kepentingan umum di luar ketentuan.


Para pedagang kaki lima (PKL) memadati trotoar Jalan Sudirman, dekat Halte Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Selasa (30/1/2018). (Foto: Kompas/Iwan Supriyatna)

Namun selama dua bulan berjualan, para PKL mengaku tak pernah didatangi petugas Satpol PP.

Mereka mulai menggelar lapak pada pukul 18.00 WIB dan tutup sekitar pukul 23.00-00.00.

Beragam barang mereka jual di atas trotoar yang semestinya milik pejalan kaki, mulai sepatu, pakaian, sandal, topi, hingga makanan seperti pecel sayuran dan minuman ringan.

Para PKL menggelar dagangan hingga hampir menguasai separuh lebar trotoar, mulai dari JPO Halte Transjakarta Bendungan Hilir hingga trotoar sebelum Gedung Intiland.

Yellow line atau rambu yang merupakan jalur pejalan kaki bagi disabilitas pun mereka sikat.


Para pedagang kaki lima (PKL) memadati trotoar Jalan Sudirman, dekat Halte Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Selasa (30/1/2018). (Foto: Kompas/Iwan Supriyatna)

Cukup panjang trotoar yang mereka okupasi, hingga 100 meter-200 meter.

Lapak dagangan pun dilengkapi dengan lampu yang sangat terang sehingga membuat nyaman pedagang dan pembeli.

Gusuran Pasar Benhil
Para PKL yang berdagang di trotoar Jalan Jenderal Sudirman itu merupakan para pedagang korban penertiban di Pasar Bendungan Hilir.

Pada 2015, mereka ditertibkan lantaran berjualan hingga mengambil badan jalan.

Kehadiran mereka berawal dari kebiasaan warga sekitar Pasar Bendungan Hilir di tiap Ramadan dengan menggelar dagangan takjil di badan jalan sepanjang pasar.


Para pedagang kaki lima (PKL) memadati trotoar Jalan Sudirman, dekat Halte Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. (Foto: Media Indonesia)

Hal itu dimanfaatkan para PKL untuk ikut berdagang barang dagangan lain, bahkan hingga di luar Ramadan.

Alhasil, jalan di depan pasar selalu macet sepanjang hari.

Pada Mei 2017, pedagang takjil di Ramadan dipindahkan ke lapangan kosong yang dijadikan sebagai ‘Benhil Central’ saat itu.

Sementara itu, para PKL berjualan dengan cara kucing-kucingan hingga akhirnya menemukan tempat yang pas di trotoar Jalan Jenderal Sudirman.

Selasa (30/1/2018) malam, petugas Satpol PP sempat mendatangi kawasan tersebut.


Petugas Satpol PP mendatangi lokasi PKL berjualan di atas trotoar Jalan Sudirman, dekat Halte Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Selasa (30/1/2018) malam. (Foto: Kompas/Iwan Supriyatna)

Sebagian pedagang langsung mengemas dagangan mereka, namun sebagian lagi memilih tidak beranjak dari lapak mereka.

Kasatpol PP Kelurahan Bendungan Hilir Delki Siregar mengatakan malam itu ia ditugasi menertibkan kawasan tersebut.

Penertiban itu bermula dari laporan warga yang masuk melalui aplikasi Qlue.

Ia juga memperlihatkan foto utama harian Media Indonesia terbitan Selasa (30/1) yang memuat gambar PKL berjualan di atas trotoar Sudirman.

“Kita selama ini fokus ke Tanah Abang. Baru tadi ada keluhan dari warga, kemudian ada instruksi dari pimpinan untuk menertibkan PKL di sini,” ujar Delki.

Sudah bayar uang keamanan
Sebagaimana dilaporkan Kompas.com, para PKL itu mengaku membayar sejumlah ‘uang keamanan’ untuk berdagang di kawasan itu. Sehingga ketika ada Satpol PP datang, mereka tidak merasa khawatir.

Seperti yang dituturkan Alex, seorang pedagang asesoris berupa topi dewasa.

“Sudah bayar uang keamanan, sehari 20 ribu,” kata Alex kepada Kompas.com, Selasa (30/1/2018).

Meski demikian Alex tidak tahu uang keamanan tersebut mengalir kemana. Ia mengatakan, dirinya selalu bayar uang keamanan ke orang yang dianggap punya kekuasaan di kawasan tersebut.

“Enggak tahu juga, tapi ada yang narikin setiap hari, ada juga mingguan, ada juga bulanan,” ucap Alex.

Para anggota Satpol PP itu berjalan di antara deretan lapak PKL.

Namun, sebagaimana yang diceritakan Alex, Satpol PP tersebut hanya memerintahkan untuk dibereskan saja. Ketika Satpol PP pergi, para PKL kembali memasang barang dagangannya.

“Diberesin dulu, nanti digelar lagi, biasalah kalau itu,” kata Alex.

Lihat video berikut:



JURNAL INDONESIA
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
3.7K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.