Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

andikase277Avatar border
TS
andikase277
Nightmare Before Christmas
Back to 1993, Disney Pictures merilis salah satu film musikal paling terkenalnya; The Nightmare Before Christmas yang ditulis oleh Tim Burton. Selain musikal, film ini adalah salah satu stop motion movie yang mendapat banyak kritik positif.

Pertama, untuk menjelaskan apa itu stop motion. Hal ini adalah teknik pembuatan film dengan model yang dibuat dari clay model, bisa dibilang film yang dirajut dari gambar-gambar. Biarpun secara FPS bagus, jeda yang selalu ada di stop motion movies menjadi daya tarik tersendiri.

Film ini menceritakan tentang Jack Skellington, penghuni Halloweentown, Pumpkin King sekaligus tokoh paling berpengaruh di rakyat Halloweentown, yang merasa bosan dengan aktivitasnya yang selalu berulang; menyelenggarakan Halloween dari tahun ke tahun, dan semuanya selalu berakhir sukses.


Setelah Halloween, tanpa sengaja Jack membuka portal ke dunia lain, yaitu ke Christmastown. Melihat dunia yang benar-benar berbeda dengan Halloweentown membuat Jack terobsesi pada Natal. Dengan percobaan untuk mempelajari dan membuktikan Natal secara rasional, tapi gagal.

Pada akhirnya, Jack merasa bahwa tidak adil hanya penghuni Christmastown saja yang merayakan Natal, memutuskan bahwa penghuni Halloweentown juga harus ikut serta di Natal. This year, Christmas will be….ours!

Tidak semua penghuni Halloweentown antusias karena sama sekali tidak paham tentang Natal, apalagi setelah mendengar penjelasan alakadarnya dari Jack. Karena antusiasmenya, Jack memerintahkan untuk menculik “Sandy Claws” Santa Claus. Disini, Jack menjelaskan pada Santa tentang rencananya, yang jelas ditentang.


Bukan hanya santa, Sally the ragdoll, boneka yang dibuat oleh Dr. Finklestein juga merasa bahwa ide Jack untuk Natal hanya akan berujung bencana. Tapi Jack yang terobsesi tidak mengindahkan peringatan Sally dan Santa. Dia menugaskan Sally untuk membuatkannya baju Santa.

Sementara itu, Jack memerintahkan trio Trick-or-Treat untuk “mengamankan” Santa sampai Natal berakhir. Tapi mereka membawa Santa pada Oogie Boogie, boogeyman yang menjadi tokoh antagonis di Halloweentown yang juga tidak disukai Jack. Jack juga meminta agar Oogie Boogie tidak tahu tentang rencananya untuk Natal.

Saat Santa ada di dalam “pengawasan” Oogie, Jack dan seluruh penghuni Halloweentown mempersiapkan hadiah-hadiah Natal, dan Jack membuat dirinya semakin mirip dengan Santa. Bahkan, obsesinya membuat Jack menjadi Santa secara harfiah -lengkap dengan skeleton reindeer- dan memberikan hadiah pada anak-anak.


Well, karena dibuat oleh penghuni Halloweentown yang hanya mengenal ketakutan, tidak mengherankan kalau “hadiah” yang mereka ciptakan sama sekali tidak menyenangkan. Scary even. Semua anak ketakutan karena hadiah-hadiah seram dari Jack.

Sampai-sampai muncul berita kalau Santa “lost it’s nature” dan militer pun bertindak. Mereka menembak jatuh Jack dalam kostum Santa-nya. Saat sadar akan apa yang telah dilakukannya pada Natal, Jack menyesalinya tapi juga membuat pengalaman barunya berharga, juga menumbuhkan kembali rasa cintanya pada Halloween.

Pada akhirnya, untuk membetulkan semua kesalahan yang dibuatnya, Jack memutuskan kembali ke Halloweentown dan membuat Santa asli menyelamatkan Natal. Disana dia menemukan Oogie Boogie menyandera Santa dan Sally, sampai akan menenggelamkan mereka ke dalam kuali.


Jack menyelamatkan mereka, sekaligus membuat Oogie mati dengan membuatnya jatuh ke dalam kuali -not the exact scene, but yeah, that’s the idea- kemudian meminta maaf atas segala kekacauan yang dibuatnya. Santa kembali ke Christmastown dan mengembalikan keceriaan Natal.

Selain itu, Santa kembali ke Halloweentown dan memberi mereka hadiah salju, yang tidak pernah dilihat penghuninya. Bagian terakhir, Jack dan Sally mengungkapkan perasaan mereka masing-masing; Sally yang sudah lama menyukai Jack dan Jack yang menyadari peran penting Sally selama kekacauan Natal. Fin.


The Nightmare Before Christmas bukanlah film yang ditujukan untuk anak-anak, tema dan visualisasi film ini bisa dikatakan terlalu dark untuk anak-anak. Rating untuk film ini adalah PG, karena visualisasi dan humor gelapnya. Dibuat dengan budget 18 juta USD, film ini meraup pendapatan total sebesar 75 juta USD di Amerika.

Dibutuhkan waktu lebih dari 3 tahun dan lebih dari 120 crew untuk membuat film berdurasi 76 menit ini. Untuk satu detik gambar, butuh sekitar 12 stop motion. Dan film ini juga dikenang karena musikal yang captivating. Kritik positif mengalir dari berbagai pihak.

Rotten Tomatoes memberi cap Certified Fresh di angka 95%. “efek visual yang sama revolusioner dengan Star Wars, penuh imajinasi dan membawa kita ke dunia yang baru” penggambaran karakter yang kuat juga mendapat nilai positif.

The Nightmare Before Christmas memenangkan Oscar untuk kategori Best Visual Effects, menyusul Hugo Awards, Golden Globe, Saturn Awards, AFI’s Top 10 Animation, dan #1 dalam kategori “25 Best Christmas Movie” oleh Rotten Tomatoes.


Sama seperti Jack yang berusaha membuat dirinya terobsesi akan hal baru, kita semua pernah mengalami ini bukan? Di dalam ngidol, apalagi. Hukum alam, saat sesuatu yang baru muncul, kita bisa dengan mudah melupakan yang lama. Alasannya? It’s natural.

Well, sudah pada dasarnya kita mudah tertarik akan sesuatu yang baru, meskipun itu hanya sesuatu yang lama yang dikemas ulang dan dijual sebagai hal baru. The original even can’t traced back. Saat sebuah grup ada di puncak, banyak fans baru yang akan muncul.

And after that, depends. Tergantung bagaimana grup itu bisa mempertahankan posisinya sebagai fans favorite. Selama mereka mengeluarkan material yang bisa menarik fans, maka aman. Jika tidak, ya, dilihat saja seberapa jauh fans bisa bertahan.

For the glory hunter -that’t not necessarily bad, ‘cuz we all stan the winners- maka itu adalah fase dimana warna aslinya akan terbuka. Obsesi mereka saat mengenal grup yang sedang ada di puncak, dari mengumpulkan info, bergabung ke fancafe, drown in the song, and anything, could be turn into satiric, know-it-all one.

Just like Jack, obsesi tanpa diiringi pengetahuan cukup, berusaha menyimpulkan sendiri dari informasi sepotong-sepotong, dan kemudian berusaha membuat argumenmu menjadi seperti kebenaran mutlak, it was pain in the ass.

Well, mengutip kata-kata yang sedang populer di social media.

Gini ya, kalau baru kenal idol belum setahun, download bajakan, baca berita yang kredibilitasnya gak jelas, terus sok-sok pinter, jangan adu argumen sama yang udah ngidol dari sebelum grup-nya terkenal, ngikutin berita dari sumber non-translate, sama ngerasain susahnya cari materi idol. Beda itu, sudah simpan argumenmu.

I mean, we all through this phase. Hanya hasil akhirnya berbeda untuk tiap orang. Ada yang tetap down to earth, hardcore right/left wing, pacifist, enthusiast, and even pain-in-the-ass. Aku sendiri tidak akan mengkategorikan diriku down to earth, mungkin lebih tepat enthusiast, and leftie.


Seiring waktu, seiring perubahan arus, kita bisa melihat mana yang true fans, mana yang bukan. Dan tentu, orang yang sarkas tidak bisa dibilang bukan fans, melainkan cara mereka berbeda. Mereka juga biasanya sudah makan asam garam, seperti artikel tentang kategori fans sebelumnya, jangan sekali-kali memancing.

Obsesi akan idol bisa backfired kalau kita tidak hati-hati. Dan internet, dengar, berapa banyak dari kita yang tidak menghargai Tim Bernes-Lee dengan membuat internet menjadi dunia yang gila? Orang tanpa real life diluar internet, that’s the worst, dan kasus ini tidak jarang kita temui di dunia idol.

Well, untukku, kategori fans yang terobsesi membuat dirinya dan pendapatnya menjadi kebenaran mutlak adalah pain in the ass yang sebenarnya. Juga fans atau oknum -bagaimana kita bisa tahu siapa yang mana- yang membuatku kesal akhir-akhir ini.

Mereka seperti trio Trick-or-Treat, tidak tahu akibat dari perbuatan mereka. And not just for my copied article, even wider consequences. What kind of life they lead? Really, I pitied them. Sama seperti kita melihat Jack Skellington mendefinisikan Natal dari persepsinya; geregetan.

Pada akhirnya, menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah yang terbaik. Tenggelam bukan masalah, selama kau tahu cara bernafas dalam air.


Lastly, have a very happy christmas for everyone who celebrate. May we all unity in the soon future.
0
285
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buat Latihan Posting
Buat Latihan PostingKASKUS Official
35.6KThread1.7KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.