BURSA Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang berdiskusi untuk menyiapkan peraturan baru tentang distribusi saham penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sehingga dapat memperluas kepemilikan saham emiten.



"Idenya bagaimana semua investor nantinya dapat kesempatan sama untuk membeli saham di pasar primer," ungkap Direktur Penilaian BEI Samsul Hidayat kepada pers di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.



Ia mengatakan, dengan lebih banyak pemilik saham suatu perusahaan, likuiditas di pasar akan meningkat.



Selama ini, diakui Samsul, hanya perusahaan efek yang bertindak sebagai penjamin emisi (underwriter) yang mendistribusikan saham IPO. Nantinya, alokasi saham juga dapat dilakukan perusahaan efek non-underwriter.



Samsul menambahkan, skema alokasi saham ke semua perusahaan efek juga nantinya dilakukan melalui daring.



Diharapkan, peraturan tersebut dapat terbit pada tahun depan.



"Alokasi saham oleh underwriter disesuaikan, akan ada algoritma alokasinya. Peraturannya juga sepaket dengan rancangan bookbuilding online," katanya.



Samsul juga mengharapkan, melalui peraturan baru yang sedang didiskusikan itu, porsi penjatahan saham investor ritel dan institusi pada saat IPO dapat efisien dan wajar sehingga terjaga likuiditas transaksi.



Samsul pun mengatakan ide utamanya ialah semua perusahaan efek dapat menjadi front end sehingga semua investor dapat membeli saham IPO melalui semua perusahaan efek anggota bursa (AB).



Sebelumnya, Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyampaikan bahwa salah satu cara yang efektif untuk menambah investor baru ialah dengan memberikan kesempatan kepada investor ritel untuk memiliki saham-saham IPO.



"Sebab biasanya perusahaan yang akan masuk bursa memberikan harga khusus untuk sahamnya saat IPO," kata Tito. (E-3)


Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...ipo/2017-12-21

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Kemendagri Coret Pelesiran DPRD Banten

- Keterlaluan, Jenazah pun Dipungli

- Pemprov-BPPT Olah Sampah Jadi Listrik