Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Dulu Minder, Sekarang Jadi Kader


RABU, 10 Maret 2010 menjadi titik balik bagi Idah Paridah, 51.



Tanggal itu merupakan saat Idah bergabung dengan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka). Ia tak menyangka, bergabungnya dengan Pekka ternyata banyak membawa perubahan berarti dalam hidupnya.



"Waktu itu sekitar 2010, kehidupan keluarga kami dalam kondisi terpuruk. Suami saya kena penyakit asma. Ada semacam penyumbatan pada tenggoroknya," kata Idah mengawali pembicaraan dengan wartawan Media Indonesia ditemui di kediamannya.



Ibu rumah tangga warga Kampung Babakan Anyar RT 03/09 Desa Pamuruyan, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu mengaku awalnya tak mengetahui apa itu Pekka.



Saudaranya yang sudah lebih dulu bergabung dengan Pekka menawarinya ikut di lembaga tersebut.



"Belum tahu apa itu Pekka. Kegiatannya seperti apa. Tapi sama saudara akhirnya diberi tahu kalau Pekka itu kegiatannya ini, ini, ini," tutur perempuan kelahiran Sukabumi, 28 April 1967 ini.



Tanpa pikir panjang, Idah mengiakan tawaran saudaranya itu.



Bukan tanpa alasan jika saudaranya itu menawari Idah gabung dengan Pekka.



Selama ini Idah dikenal cukup aktif membantu masyarakat di tempat tinggalnya dalam berbagai hal.



"Saya minta izin suami dan anak-anak. Ternyata mereka tak keberatan saya gabung dengan Pekka. Ini juga mungkin jalan bagi saya mencari nafkah tambahan," tuturnya.



Kali pertama bergabung dengan Pekka, Idah langsung diikutsertakan dalam kegiatan Monitoring Stakeholder Forum (MSF) di tingkat Kecamatan Cibadak.



Satu tahun berikutnya atau sekitar 2011, Idah juga ikut pelatihan paralegal selama satu pekan di Wisma Hijau, Cibubur.



"Awalnya saya ragu-ragu karena selama ini enggak pernah bepergian jauh. Tapi saya beranikan diri ikut. Di sana ada perwakilan dari 19 provinsi. Dari Desa Pamuruyan saya sendiri yang ikut," ujarnya.



Berbagai aktivitas yang diikutinya bersama Pekka membuat rasa kepercayaan Idah makin meningkat.



Mengobrol dengan Idah pun serasa berbicara dengan kalangan pejabat.



Pengetahuannya sangat luas saat berbincang soal kesetaraan gender, legal, dan berbagai hal lain yang sudah dipelajarinya.



"Bergabung di Pekka membuat saya lebih berani. Apalagi kalau mengadvokasi masyarakat, mutlak diperlukan. Mungkin karena sudah sering mengikuti berbagai pelatihan, akhirnya keberanian itu terus muncul," kata Idah.



Pengabdian



Bagi Idah, saat ini yang ada di benaknya hanya pengabdian.



Artinya, Idah tak mencari sekadar materi dengan bisa membantu masyarakat.



"Yang saya peroleh ilmu. Ilmu itu tak berat dibawa. Sekarang saya sering banyak dikontak dari dinas-dinas di Kabupaten Sukabumi. Seperti dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, mereka menawari pembuatan 1.000 akta kelahiran bagi masyarakat, khususnya anggota Pekka," ujarnya.



Selain di Pekka, Idah aktif sebagai kader posyandu dan tutor pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Kelompok Belajar (Kober) Melati Mandiri.



Idah menyadari banyaknya aktivitas di luar tak lantas membuatnya khilaf tentang kodratnya sebagai perempuan.



"Sebelum beraktivitas di luar, saya selalu meminta izin suami dan anak-anak," ucapnya.



Berbagai aktivitasnya sebagai kader Pekka membuat Idah paham betul berbagai persoalan di masyarakat, khususnya kalangan perempuan.



Dia paham betul apa yang mesti dilakukan ketika menerima keluhan masyarakat.



"Misalnya ada orang sakit minta bantuan, secara otomatis saya harus mengidentifikasi masalahnya dulu. Setelah itu, dari bekal ilmu dan pengalaman, saya coba fasilitasi warga yang membutuhkan pertolongan," imbuhnya.



Posisinya sebagai Divisi Hukum Serikat Pekka Kabupaten Sukabumi membuat Idah harus mengetahui detail aturan-aturan hukum positif.



Tidak ada masalah bagi Idah karena ia sangat menikmati kehidupan dan aktivitasnya saat ini.



Pada 2010 dan 2015, ia pernah diikutsertakan dalam pelatihan bersama AIfJ (Australia-Indonesia for Justice).



Pelatihan itu lebih fokus kepada pengenalan dan pemahaman identitas hukum.



"MSF di tingkat provinsi dan nasional pun pernah ikut juga. Pokoknya banyaklah pengalaman setelah hampir tujuh tahun bergabung dengan Pekka. Saya tak sekadar kader posyandu, bukan sekadar tutor PAUD dan kober, atau juga bukan hanya sebagai ibu rumah tangga," jelasnya.



Meskipun pengalamannya bisa dibilang segudang, kehidupan Idah bersama suami dan anak-anaknya relatif sederhana.



Bagi Idah, saat ini materi bukan sekadar tujuan akhir, melainkan lebih kepada bagaimana hidup bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.



Menurut Idah, Pekka bukan sekadar berkumpulnya ibu-ibu.



Kader Pekka harus siap memfasilitasi masyarakat yang membutuhkan selama 24 jam.



Sayangnya, masih ada yang menganggap sepele keberadaan Pekka itu karena hanya terdapat janda.



"Padahal bukan itu saja. Hampir 75% kader Pekka itu ada yang cerai mati dan cerai hidup. Ada juga yang kadernya memiliki suami yang sakit-sakitan, seperti saya. Justru dari itu, Pekka mendidik perempuan hidup mandiri, tidak tergantung pendapatan suami," tegasnya.



Libatkan masyarakat



Banyak hal yang sudah Idah lakukan bersama Pekka terhadap masyarakat.



Namun, pengabdiannya dirasa belum maksimal karena sampai sejauh ini masih banyak juga masyarakat yang harus terus dibantu.



"Alhamdulillah, sejauh ini kita sudah sering melaksanakan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Beberapa kali kita kerja sama dengan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) memfasilitasi tes VCT untuk mendeteksi HIV/AIDS," ujarnya.



Beberapa kali Ida, juga kita ikut peringatan Hari AIDS Sedunia atas undangan KPA.



Isbat nikah juga pernah dilaksanakan lewat kerja sama dengan pengadilan agama untuk sebanyak 800 pasangan.



"Biayanya didanai dari pemerintah melalui prodeo," ungkapnya.



Upaya pemberdayaan terhadap perempuan pun terus dilakukan Serikat Pekka Kabupaten Sukabumi. Tujuannya perempuan di Kabupaten Sukabumi khususnya bisa mandiri tanpa harus selalu mengandalkan penghasilan suami.



"Tadinya minder, sekarang bisa lebih pede (percaya diri). Apalagi Pekka sekarang sudah banyak dikenal luas, khususnya di kalangan pemerintahan. Pekka sudah tak asing lagi," tandasnya.



Konsep pemberdayaan yang dilakukan Pekka mencakup berbagai hal.



Tak hanya fokus di pendidikan, tapi juga pemberdayaan secara ekonomi.



Saat ini sudah terbentuk lembaga keuangan mikro (LKM).



"Konsepnya nanti masyarakat menabung. Jika sudah sekian persen tabungan, berdasarkan hasil penghitungan, bisa meminjam. Mudah-mudahan saja apa yang kami (Pekka) lakukan manfaatnya bisa dirasakan masyarakat. Utamanya dari sisi kemandirian," tandasnya. (M-2)



Biodata



Nama: Idah Paridah

Usia: 51

Tempat dan Tanggal Lahir: Sukabumi, 28 April 1967

Nama suami: Eman Sulaeman

Anak: 1. Ilfan Suherman (menikah)

2. Mirna (menikah)

3. Sendi Sulaeman Putri (kelas 3 SD)

Pendidikan

1. SDN Pamuruyan

2. SMPN 2 Cibadak

3. Paket C di PKBM Syofarinah Cibadak

Organisasi

1. Pekka

2. Posyandu







Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...der/2017-12-21

---

Kumpulan Berita Terkait :

- PT RAPP Dinilai Delegitimasikan PP Gambut

- Perkuat Semangat Gotong Royong

- Ajak Ibu-Ibu Berdaya Diri, bukan Ngerumpi

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
575
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Media Indonesia
Media IndonesiaKASKUS Official
30.5KThread1.3KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.