Hola agan-agan, apakadabra? Moga senantiasa sehat dan berlimpahan rejeki. Amin. Pada Jum’at, 1 Desember 2017, tepat di hari jadi ane (iya gak penting), ane menjadi salahsatu yang beruntung berkesempatan menonton pertama kali film yang diangkat dari kisah perjalan seorang maestro musik tanah air. Iya, the one and only: Chrisye. Bisa dibayangkan betapa antusias ane melambung bukan kepalang.


Resensi

Hadir dalam Press Screening Film Chrisye Bersama MNC Pictures, di Epicentrum XXI menjadi momen paling istimewa di awal Desember. Hadir dalam press screening itu para pemeran utama seperti Wiro Sableng, eh, Vino G Bastian, si molek Velove Vexia, dan artis kawakan Om Ray Sahetapy. Ada juga Sutradara Rizal Mantovani bersama Istri mendiang Chrisye, Damayanti Noor.

Rame banget gan. Ane sampai tidak sempat menggapai Velove jadi cukuplah memandang di kejauhan. Meski kerap terhalang kumpulan kepala dan kerumunan kamera.

Karena senang banget, ane pun ingin membagi pengalaman menonton filmnya. Buat referensi agan-agan yang mau menyempatkan diri mendatangi bioskop-bioskop terdekat di kota agan. Mohon maaf kalau agak mild spoiler.

Film ini berdasarkan sudut pandang sang istri. Jadi kita tidak melihat gemerlap dinamika seorang artis top Indonesia. Karena kalau soal itu kita sudah sering lihat di televisi, sebut Tante Damayanti.

Seperti sering kita lihat, Chrisye adalah salahsatu artis yang menelurkan banyak hits. Ia pun tak sungkan berkolaborasi dengan ragam lintas musisi yang beda genre dan generasi. Doi tuh selalu update. Mau selalu belajar dari yang muda. Meski kadang malah lebih banyak mereka yang menimba ilmu darinya. Doi terkenal low profile sih. Gak neko-neko tapi perfeksionis kalau soal berkarya.



Kembali ke film, biopic ini pun lebih banyak bicara soal kekuatan keluarga dan sahabat yang senantiasa menguarkan energi positif. Chrisye yang introvert, gelisah, cenderung tidak pede, namun versatile, cukup baik diperankan Vino.

Takjub juga ane melihat usaha doi. Kita belum move ondari aktingnya kemarin di Warkop DKI Reborn sebagai Kasino yang pecicilan. Kini doi harus konsisten kalem di sepanjang film. Berusaha menyelami sosok yang memang apa adanya, pendiam, kontemplatif, dan bergerak seperlunya.

Film ini menyuguhkan momen demi momen dengan rendah hati. Film ini pun jadi sangat berasa di rumah. Sarat nilai keluarga yang layak dipetik. Film ini juga bertaburan cameo-cameo ciamik, gan. Sinematis yang sederhana tapi luhur dalam waktu bersamaan. Ada satu-dua scene monumental yang akan kita peluk kenang selalu. Apa tuh? Saksikan sendiri aja ya gan. Lebih seru agan mengalaminya sendiri. Lebih orisinil.

Sinopsis

Drama ini mengangkat sejumlah konflik nyata yang dialami Chrisye semasa hidupnya. Sejak remaja dia harsu menentang ayahnya yang menginginkan Chrisye menjadi seorang insinyur. Chrisye diam-diam bermusik dan berjuang membuktikan bahwa bermusik memang pilihan hidupnya lewat lagu ‘Lilin-lilin Kecil’, ‘Aku Cinta Dia’ dan masih banyak lagi.

Pencarian jati diri Chrisye terus berlanjut. Menjadi Mualaf, menikah dengan Yanti, dan berkeluarga membuak cakrawala baru Chrisye dalam memandang hidup. Tapi juga menambah kegelisahan baru. Meski Chrisye sudah menjadi penyanyi hebat, dia masih merasa khawatir tidak bisa menafkahi keluarga hanya dengan kemampuan bernyanyi. Hingga Chrisye sempat memutuskan untuk berhenti bernyanyi.

Kegelisahan demi kegelisahan membawa Chrisye ke dalam pejalanan spiritual yang panjang. Pencarian hakiki tentang makna hidup inilah yang mendasari Chrisye dalam menciptakan lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”, yang liriknya ditulis Taufik Ismail. Saat itulah Chrisye benar-benar menemukan titik balik dalam kehidupan dan karir musiknya.

Press Screening bersama awak media ini merupakan bagian agenda Gala Premiere. Film Chrisye tayang perdana pada 7 Desember 2017 di bioskop. Film Chrisye melakukan promo dengan serangkaian screening dan nonton bersama di sejumlah kota, di Yogyakarta, Solo, Palangkaraya, Cirebon, Bandung Makasar, Semarang, Palembang, dan Padang.