Pengajaran adalah upaya bagi manusia yang sudah memiliki ilmu dan di salurkan ilmu tersebut kepada orang lain dengan kata lain dalam rangka menuju manusia yang berilmu. Dilihat dari proposisi diatas ada perbedaan antara manusia yang memiliki ilmu dan manusia yang berilmu. Sedikit akan kita bahas dengan analogi, yakni ; si A yang memiliki pakaian dengan si B yang berpakaian, tentunya berbeda. Memiliki pakaian itu hal yang rancu, rancunya itu pakaian yang ia miliki bisa di lemari kamarnya, di mesin cucinya, dan di tempat yang lainya dan kemudia orang tersebut bisa saja dalam keadaan telanjang, sedangkan berpakaian sudah tentu ia sedang mnggunakan pakaian tersebut. Inti dari perbedaan tersebut dilihat dari imbuhan “ber” yang artikulasinya dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah “menggunakan”.
Pengajaran terdiri dari susunan kata imbuhan peng dan ajaran, mari kita bahas sedikit tentang kedua kata tersebut. Bisa kita tempatkan sebagai kalimat yang sebagai Hasil daripada sesuatu ataupun sebuah Proses yang berlangsung. Jika kita melegitimasi bahwa peng-ajaran adalah sebuah hasil maka bahwa pengajaran adalah hasil dari upaya merubah diri dan orang lain kepada hal baik dan benar. Kalo kita nisbatkan peng-ajaran sebagai sebuah proses yang sedang berjalan, maka sesuai dengan apa yang penulis katakana diawal pertemuan ke-4 ini bahwa ini merupakan upaya lanjutan dari pendidikan yang mana proses menuju manusia berilmu. Sedikit kita bahas kembali pendidikan, bahwa tahap ini merupakan upaya pembentukan sebuah perbuatan, yang pada ahirnya menciptakan sebuah system atau budaya yang berbicara keilmuan. Sedang pengajaran adalah perbuatan atau proses yang spesifik, artinya untuk mengkrucutkan proses merubah secara dari umum ke khusus. Pendidikan merupakan proses umum sedangkan pengajaran adalah proses khusus namun keduahal ini menghasilkan sintesa yang sama yakni perubahan kearah yang baik dan benar.
Proses khusus (pengajaran) disini bertumpu pada kemampuan aktor atau pelaksana pengajaran tersebut. Kemampuan yang ditempuh dari pencarian ilmu (baca : proses pendidikan) yang pada tahap pertama merupakan untuk konsumsi pribadi (baca; seperti konsep nabi, bahwa wahyu yang diterimanya hanya untuk dirinya sendiri dan tidak bersifat ajaran). Lanjut tahap kedua yakni penyampaian atau penyaluran ilmu itulah yang disebut pengajaran, upaya inilah bagian yang memang membutuhkan perhatian khusus. Artinya bahwa mahasiswa yang sudah melewati proses pendidikan niscaya akan mampu melakukan pengajaran, terlebih ini merupakan antisipasi dari kurangnya pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat yang belum mampu secara financial. Barangkali hal ini akan dibahas lebih lanjut di part atau bagian lain dari hasil tulisan saya ini.
Istilah “Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang disampaikan kepada orang lain”, disini saya melihat bahwa yang dinamakan ilmu bermanfaat adalah ilmu yang sebelum disampaikan kepada orang lain itu mampu terlebih dahulu menyelamatkan orang yang memiliki ilmu tersebut. Dalam hal ini saya menyatakan bahwa orang yang berilmu niscaya akan selamat hidupnya, dan banyak juga yang sepakat bahwa berbeda antara yang pintar dan cerdas, pintar disini seperti yang di sampaikan diatas adalah memiliki ilmu sedang cerdas adalah yang berilmu.
Memang jika kita lihat secara mendalam, begitu sulit ketika ingin menyampaikan ilmu agar bermanfaat. Sulitnya itu seperti tadi dibahas, ilmu itu niscaya menyelamatkan diri sendiri dan barulah pasti bisa menyelamatkan yang lain dalam artian disampaikan kepada orang lain, itulah konsep ilmu yang bermanfaat menurut kaca mata saya. Justru ini menjadi tantangan tersendiri dan pastinya memiliki hasil tersendiri. Sederhananya semakin keras cobaan maka akan semakin banyak pula hasil yang kita dapat. Karena proses akan senantiasa sesuai dengan hasil.
Tentunya peningkatan kualitas disini sebagai ujung tombak bagi mahasiswa untuk menghadapi perbagai persoalan, karena melihat dari perkembangan yang ada yakni; perkembangan manusia, perkembangan zaman dan perkembangan teknologi tentunya mahasiswa ini dapat dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Jika tidak mampu maka sudah terlihat seperti apa kedepannya yang akan dialami oleh bangsa ini. Ya, lagi-lagi sekilas mahasiswa menjadi pengemban tugas yang luar biasa. Bagi saya, mahasiswa sebagai kaum yang mengawali wacana pergerakan dengan gagasan-gagasan, itu sudah merupakan gerakan membangun, mempertahankan dan mengantisipasi kemunduran sebuah bangsa. Kendati hari ini bisa kita pertanyakan bersama, berapa banyak mahasiswa yang dalam peningkatan kualitas diri itu dilakukan ? jelasnya bahwa tujuan dari peningkatan kualitas ini adalah mempersiapkan diri untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat, minimalnya di tingkat desa. Berapa banyak mahasiswa hari ini yang dalam setiap perbincangan dengan teman-temannya di kampus khususnya membicarakan persoalan sosial yang ada ? dan barangkali masih banyak pertanyaan yang mesti dijawab.
Jika kemudian jawaban itu adalah sedikit, maka bagaimana aktualisasi kesejahteraan rakyat ini bisa terwujud ?.
Pendidikan dan pengajaran adalah sumpah mahasiswa yang sakral dalam aktualisasi kesejahteraan rakyat (baca; pendidikan, ekonomi, budaya, politik dll).