Madison Missino sejak kecil ingin menjadi pekerja seks.Dan setelah 18 tahun terjun di industri ini, perempuan 35 tahun tersebut telah melakukan segalanya. Mulai dari tukang pijat plus-plus, pramuria, juga jadi bintang film dan majalah porno.Meski begitu, sejak memulai debutnya di film dewasa lima tahun yang lalu, perempuan kelahiran Sydney, Australia, ini mengatakan bahwa bekerja di depan kamera tidak selamanya mengasyikkan.Missina, yang telah memegang gelar “Porn Star of the Year” tiga kali berturut-turut, telah berpartisipasi dalam lebih dari 200 film dewasa sejak tahun 2012.



Dalam satu tahun saja, setidaknya ia memfilmkan 55 adegan.Dan belum lama ini, perempuan pirang ini mengatakan yang sebenarnya tentang film porno, yang ia sebut sebagai “tidak ada yang seksi sama sekali” di dalamnya itu.“Ini cukup klinikal … dan ini benar-benar hampa dari apa yang membuat seks yang bagus jadi bagus,” ujarnya, dikutip dari New York Post.“Ada banyak sekali tek-tok sebelum film diambil, sehingga film tampak sangat bagus.“Tapi sebenarnya ini sangat berantakan … dan sangat menyakitkan. Seks terburuk yang pernah aku alami ya di film porno.”



Missina mengatkan bahwa rekan-rekan kerja lelakinya seringkali terjebak dengan maskulinitas di lokasi pengambilan gambar, terutama jika baru pertama mengenal industri ini.

“Karena kami ada kamera di san, Anda tidak berhubungan seks dari sudut yang normal,” tambahnya.
“Mereka sering menyodok rahim atau ovarium dan itu sangat menyakitkan. Terkadang kista pada ovarium bisa meledak saat (film) porno.”
Perempuan yang juga berprofesi sebagai perempuan panggilan ini juga bilang, biasanya saat pengambilan gambar sutradara tidak akan memotong di tengah adegan, kecuali jika pemeran-pemeran lelaki kehilangan momentum.



“Kebanyakan orang terkejut saat tahu kami harus melakukan sesi pemotretan porno sebagai bagian dari adegan seks,” tuturnya, lagi.
“Selama pemotretan itu, kami juga mempraktikkan transisi antarposisi, yang biasanya bisa sangat akrobatik untuk bisa mendapatkan gambar yang keren.
“Tapi tergantung adegannya, kebanyakan film porno tidak suka banyak cut saat pengambilan gambar.
“Satu-satunya ada cut di tengah adegan adalah ketika si laki-laki sudah kehilangan ereksinya—yang terjadi setiap saat.
“Itulah yang lucu tentang orang-orang yang memesan aku, yang berharap bisa sebagus orang-orang di film porno—yang hampir semuanya pakai viagra.”




Missina, yang meski begitu masih menyukai industri dan orang-orang yang menyewanya, mengakui bahwa ia memiliki masalah besar dalam menjalin hubungan resmi, lantaran kariernya.
“Orang yang berkencan dengan aku melihatku sebagai ‘piala bergilir’ karena aku adalah bintang porno,” katanya.
“Seringkali mereka tertarik pada karierku, dan itu sangat bermasalah bagiku. Mereka suka pamer dengan bintang porno, ternyata.”
Lepas dari itu semua, seperti disinggung di atas, Missina tetap mencintai industri ini. Ia juga mengaku beruntung terjun ke industri ini, lebih-lebih dengan petualangan gila yang selama ini ia jalani.


bisa curhat juga ya porn star