WARTA KOTA, PALMERAH -- Sejak dua pekan ini elpiji 12 kilogram mengalami kenaikan rata-rata Rp 10.000.
Dari sebelumnya Rp 145.000 menjadi Rp 155.000. Namun pasokan cukup.
Menurut H. Rahmat (60) salah satu agen gas di bilangan Kalibata Jakarta Selatan kenaikan ini dipicu kebijakan Pemerintah yang ingin mengurangi penggunaan gas bersubsidi.
Meskipun demikian sampai sekarang gas 3 kilogram (gas bersubsidi_red) justru belum naik. Harganya tetap Rp 16.000.
Ia menjelaskan, awal tahun rencananya Pemerintah akan menerapkan kebijakan pembatasan pembelian gas 3 kilogram.
Selama ini masyarakat hanya diimbau untuk tidak membeli elpiji 3 kilogram namun bisa bebas membeli kapanpun dan di manapun.
Mulai awal tahun, hanya masyarakat yang memiliki kupon saja yang boleh membeli gas 3 kilogram.
Kupon ini hanya diberikan kepada masyarakat yang benar dianggap miskin.
Kupon ini diberikan pihak Wali Kota dan hanya bisa ditukarkan di agen yang ditunjuk. Artinya gas 3 kilogram yang bersubsidi di agen yang ditunjuk. Tidak bisa lagi ditemui di sembarang agen.
"Sekarang ini kan gas 3 kilogram buat orang miskin tapi yang nggak miskin juga tetap beli yang 3 kilogram daripada yang 12 kilogram karena lebih murah," ujar H. Rahmat kepada Warta Kota, Selasa (21/11).
Ia menuturkan harga gas 3 kilogram sekarang ini 16.000 artinya 1 kg gas harganya sekitar Rp 5.335.
Bandingkan dengan gas non subsidi di tabung gas 12 kg yang harga per kilogramnya lebih mahal, hampir Rp 13.000 perkilogram.
Ketika Pemerintah mengeluarkan gas 5 kilogram dengan harga mencapai Rp 100.000 walaupun dianggap gasnya lebih baikpun tidak ada sambutan dari masyarakat
Karena harga gas 3 kg yang masih tetap lebih murah.
Perbedaan harga gas yang mencolok antara gas 3 kilogram dengan 12 kilogram serta 5 kilogram membuat masyarakat berbondong-bondong mengganti tabung yang sebelumnya 12 kg menjadi 3 kg saja.
"Memang sudah hampir setahun ganti tabung gas pakai yang 3 kg karena lebih irit," kata Ayi warga Serpong.
Sebelumnya ia menggunakan tabung 12 kg untuk keperluan sebulan. Harganya mencapai Rp 150.000.
Dengan mengganti gas 3 kg ia bisa berhemat setengah dari pengeluaran membeli gas.
Ibu dua anak ini menghitung bila keperluan 12 kilogram dengan menggunakan gas 3 kg hanya mengeluarkan Rp 60.000. Ada penghematan sampai Rp 80.000.
"Bagi ibu-ibu bisa irit sampai Rp 80.000 lumayan banget. Bisa beli keperluan yang lain, misalnya beras," katanya.
Bahkan ia menyesal keputusan mengganti gas 3 kg juga terhitung terlambat karena ada kekhawatiran banyak kejadiaan ledakan di gas melon.
Namun kemudian kekhawatiran itu hilang karena hampir semua tetangganya menggunakan gas 3 kg.
"Belinya sudah langganan. Semua tetangga di sini juga belinya ama agen itu. Masak sih agen itu tega beli gas melon yang bikin meledak," katanya ketika memutuskan mengganti gas 3 kg.
http://wartakota.tribunnews.com/2017...ji-3-kg?page=3
Terus kalau gak boleh beli, melon punya masyarakat mau dipake apa? Dibuat nampung oksigen?